Corona Dunia: Vaksin Sinopharm Diminta Ditarik; Delegasi India Positif Corona

7 Mei 2021 6:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi vaksin corona Sinopharm. Foto: Leonardo Fernandez Viloria/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi vaksin corona Sinopharm. Foto: Leonardo Fernandez Viloria/REUTERS
ADVERTISEMENT
Dunia masih menghadapi pandemi virus corona. Setidaknya 154 juta orang di seluruh dunia pernah terinfeksi virus ini. Sebanyak 3 juta di antaranya meninggal dunia.
ADVERTISEMENT
Penanganan COVID-19 pun masih terus dilakukan di sejumlah negara. Mulai dari penggunaan vaksin Sinopharm di Filipina hingga lonjakan kasus corona di India menjadi pemberitaan pada Kamis (6/5).
Berikut kumparan merangkum sejumlah berita penanganan corona di sejumlah negara:

Presiden Filipina Usai Divaksin Sinopharm: Jangan Ikuti Langkah Saya

Presiden Filipina Rodrigo Duterte mendapat kritik tajam lantaran menerima vaksin asal China, Sinopharm. Kritik muncul lantaran vaksin tersebut dinilai warga Filipina belum terbukti efektivitasnya.
Karena banjir kritik, Duterte meminta China menarik kembali seribuan vaksin hasil donasi tersebut. Ia juga meminta warganya tidak mengikuti jejaknya yang divaksin dengan Sinopharm.
Duterte beralasan mau disuntik vaksin karena mendapat nasihat dari dokter untuk segera divaksin.
"Jangan ikut langkah saya," ucap Duterte seperti dikutip dari BBC.
Presiden Filipina Rodrigo Duterte menerima vaksin COVID-19 Sinopharm, di istana kepresidenan Malacanang di Manila, Filipina, Senin (3/5). Foto: Malacanang Presidential Photographers Division
"Itu berbahaya karena belum ada studi, ini mungkin tidak baik bagi tubuh. Biarkan saya jadi satu-satunya orang yang menerima itu," sambung dia.
ADVERTISEMENT
Duterte juga mengaku menerima kritik yang diarahkan kepadanya dan meminta maaf kepada seluruh warga Filipina.

Duterte Minta China Tarik Kembali Vaksin Sinopharm yang Diberikan ke Filipina

Presiden Filipina Rodrigo Duterte meminta Kedubes China menarik 1.000 dosis vaksin COVID-19 Sinopharm yang didonasikan ke mereka. Hal itu ia sampaikan setelah mendapat kritikan dari warganya karena vaksin tersebut belum terbukti ampuh.
"Tarik saja itu, sehingga tak ada lagi persoalan," ujar Duterte seperti dikutip dari BBC.
Duterte pun meminta kepada China agar hanya mengirim vaksin Sinovac ke Filipina.

WHO Tak Yakin Keamanan Efek Samping Vaksin Sinopharm pada Penderita Komorbid

WHO menyuarakan kekhawatiran terhadap vaksin asal China, Sinopharm. Mereka bahkan menyebut, sangat tidak yakin mengenai data yang disampaikan oleh perusahaan pengembang vaksin itu.
Vaksin Sinopharm. Foto: Shutter Stock
Kekhawatiran WHO terkait dengan efek samping serius vaksin Sinopharm. Meski demikian, WHO sangat percaya vaksin itu mampu mencegah COVID-19.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut terungkap dari sebuah dokumen yang dilihat Reuters. Dokumen itu berisi penilaian dari Kelompok Penilaian Strategis WHO (SAGE) yang mengevaluasi Sinopharm di 45 negara. Sebanyak 65 juta dosis di puluhan negara itu diberikan kepada orang-orang dewasa.
Dokumen itu meringkas data uji klinis Sinopharm di China, Bahrain, Mesir, Yordania, dan Uni Emirat Arab.
Hasilnya efikasi uji klinis tiga di berbagai negara itu sebesar 78,1 persen. Angka itu sedikit turun dari yang sebelumnya diumumkan China, 79,34 persen.
Terkait dokumen itu, WHO memastikan dokumen tersebut hanya satu dari beberapa sumber rekomendasi yang ada. Sedangkan Sinopharm belum memberikan komentar soal dokumen WHO tersebut.

Mutasi Virus Dipercaya Jadi Penyebab Lonjakan Kasus COVID-19 di Tokyo

Gubernur Tokyo Yuriko Koike menyatakan, perpanjang status darurat sangat dibutuhkan. Langkah itu dipercaya jitu menahan penyebaran infeksi virus corona.
ADVERTISEMENT
Koike mengatakan, akan segera membahas perpanjangan dengan prefektur tetangga berserta pemerintah pusat. Meski demikian, dia mengaku sudah lebih dulu berdiskusi dengan pengamat kesehatan.
Petugas membawa jenazah pasien COVID-19 di krematorium di New Delhi, India, Senin (26/4). Foto: Adnan Abidi/Reuters
Koike menambahkan, lonjakan kasus yang terjadi Tokyo disebabkan mutasi virus. Mayoritas kasus baru menginfeksi anak muda.
Oleh sebab itu, warga Tokyo diimbau untuk membatasi pergerakan demi mencegah tertular COVID-19.

India Diprediksi Akan Hadapi Gelombang COVID-19 yang Lebih Berbahaya

Jumlah kasus corona di India telah menembus 21 juta. Sedangkan korban jiwa kini mencapai 230 ribu lebih.
Di tengah pergulatan tersebut, seorang ahli medis India memperingatkan bahaya gelombang baru. Dia memprediksi India akan berhadapan dengan gelombang COVID-19 yang lebih berbahaya.
"Mengingat sirkulasi virus, fase tiga tidak bisa dihindari. Tapi belum jelas kapan akan terjadi," kata penasihat ilmiah utama pemerintah India, K. Vijay Raghavan, seperti dikutip dari Reuters.
ADVERTISEMENT
"Kita harus siap dengan gelombang baru," sambung dia.

Bertambah Hampir 4000 Jiwa, Kematian Akibat Corona di India Pecah Rekor

Kasus kematian harian akibat COVID-19 di India memecahkan rekor. Pada Rabu (6/5/2021), korban jiwa corona bertambah 3980.
Petugas kesehatan yang mengenakan APD melintasi jenazah pasien COVID-19 di krematorium di New Delhi, India, Senin (26/4). Foto: Adnan Abidi/Reuters
Dengan penambahan hampir 4000 jiwa, total kematian akibat corona di India mencapai 230.168.
ADVERTISEMENT
Di waktu yang sama kasus COVID-19 di India bertambah 412.262. Kini total infeksi corona di India menembus angka 21 juta kasus.

2 Delegasi India yang Positif COVID-19 Datang ke Pertemuan G7 di London

Dua anggota rombongan Menlu India untuk menghadiri pertemuan G7 di London pada Rabu (5/5) terinfeksi corona. Hal itu membuat seluruh delegasi India diminta isolasi mandiri.
Pertemuan G7 di London, Inggris, Rabu (5/5). Foto: Ben STANSALL / POOL / AFP
Kejadian ini membuat pelaksanaan G7 di Inggris dari 5 sampai 7 Mei 2021 terancam terkendala. Padahal, pertemuan negara G7 ini adalah yang pertama selama dua tahun.
ADVERTISEMENT
Terkait ada anggota delegasi yang terinfeksi COVID-19, Menlu India Subrahmanyam Jaishankar memastikan mereka mengikuti seluruh prosedur kesehatan yang ditentukan. Mereka juga hanya akan mengikuti pertemuan secara virtual.
"Sebagai tindakan waspada dan menjaga pertimbangan orang lain, saya putuskan untuk terlibat dalam pertemuan ini dalam mode virtual," kata Jaishankar seperti dikutip dari Reuters.
***
Saksikan video menarik di bawah ini: