Corona Mu Sudah Ada di Korsel dan Hong Kong, Sifatnya Seperti Varian Beta

10 September 2021 14:57 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman Prof Amin Soebandrio. Foto: Youtube/@DPMPTSP DKI Jakarta
zoom-in-whitePerbesar
Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman Prof Amin Soebandrio. Foto: Youtube/@DPMPTSP DKI Jakarta
ADVERTISEMENT
Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Prof Amin Soebandrio membeberkan seluk beluk varian corona Mu. Varian ini menjadi perhatian Presiden Jokowi sehingga harus diawasi.
ADVERTISEMENT
"Varian ini pertama ditemukan di Kolombia, Amerika Selatan, cukup banyak di sana. Tetapi di dunia ini persentasenya masih kecil 0,1-0,2 persen," kata Amin dalam Live Corona Update kumparan, Jumat (10/9).
Tapi oleh WHO varian Mu masuk ke kategori varian of interest (VOI) atau yang menjadi perhatian. Sebab, memiliki salah satu sifat yang harus diawasi.
Sebuah varian bisa masuk VOI kalau ia diduga menular lebih cepat, bisa lolos dari diagnostik atau tak terdeteksi beberapa platform PCR, menyebabkan gejala klinis berbeda termasuk untuk kematian. Dan terakhir, kemungkinan virus ini bisa meloloskan diri dari antibodi baik pascavaksinasi atau para penyintas dan terapi.
"Salah satu sifat yang dikhawatirkan (dari varian Mu) ia bisa lolos dari antibodi. Jadi menyebabkan vaksinasi menjadi tidak atau kurang efektif. Atau terapi juga tak efektif," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Ilustrasi Virus Corona. Foto: Shutter Stock
Amin menegaskan hal tersebut masih dipantau terus oleh para ahli. Namun sejauh ini varian Mu belum kasuk kategori yang lebih bahaya yakni varian of concern (VOC) seperti varia Alpha, Beta, dan Delta.
"Tetapi belum dianggap memenuhi persyaratan VoC. Salah satu persyaratannya sudah menyebabkan masalah public health yang serius. Karena masih terlokalisir di Amerika Selatan, walaupun ada di Eropa dan beberapa negara di Asia seperti Korea Selatan, Jepang, Hong Kong, Israel sudah ditemukan," urai Amin.
Di sisi lain, ia menyebut varian Mu memiliki sifat varian Beta. Meskipun belum seganas Beta.
"Tapi kalau dibandingkan sifatnya seperti varian Beta yang dulu ditemukan di Afrika Selatan, tapi masih di bawah itu. Varian Mu ini masih terbatas di beberapa negara, dan jumlahnya masih kecil sehingga belum menimbulkan masalah public health," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
"Kalau ada klaster sangat besar dan memiliki 3 sifat lain mungkin berubah menjadi VoC tapi saat ini masih VoI," imbuh Amin.
Salah satu karakteristik varian Beta adalah ia bisa memicu orang yang terpapar lebih berpeluang dirawat di rumah sakit. Namun Amin menegaskan varian Mu masih harus diteliti, apakah betul-betul seperti Beta, sejauh ini masih di bawah.