COVID-19 di DIY Naik, dari Kasus di Sekolah hingga Hajatan

4 Februari 2022 9:40 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas kesehatan menyuntikkan vaksin dosis ketiga atau booster COVID-19 kepada warga di Jiexpo Kemayoran, Jakarta, Jumat (21/1/2022). Foto: Muhammad Adimaja/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Petugas kesehatan menyuntikkan vaksin dosis ketiga atau booster COVID-19 kepada warga di Jiexpo Kemayoran, Jakarta, Jumat (21/1/2022). Foto: Muhammad Adimaja/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Kasus COVID-19 atau corona di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) melonjak tajam. Penambahan kasus corona harian yang biasanya hanya puluhan melonjak ke angka 219 kasus pada 3 Februari, kemarin. Kini angka kasus corona aktif di DIY mencapai 835 kasus.
ADVERTISEMENT
Sejumlah kasus penularan yang cukup besar terjadi di DIY belakangan. Kasus terjadi di sekolah hingga hajatan pernikahan.
Sekolah Boarding School di Sleman
Penularan corona yang cukup masif terjadi di sebuah sekolah boarding school atau asrama di Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman. Di sana ada 60 orang positif corona, mulai dari siswa maupun karyawan sekolah. Sekolah tersebut pun ditutup sementara.
"Untuk klaster PTM di salah satu sekolah di Sleman, tambahan hasil tracing, total ada 60 kasus," kata Kepala Bagian Humas Biro Humas dan Protokoler Pemda DIY Ditya Nanaryo Aji, beberapa waktu lalu.
Kepala Bidang Pembinaan SMP Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman, Dwi Warni Yuliastuti, merinci 60 kasus itu terdiri dari 30 siswa SMP, 17 siswa SMA, dan sisanya guru atau ustaz pendamping asrama.
ADVERTISEMENT
"30 SMP, 17 SMA, selebihnya ustaz-ustaz," katanya.
Saat ini seluruh orang yang terpapar corona tersebut tengah menjalani isolasi di isoter Asrama Haji Sleman.
"Dievakuasi ke (isoter) Asrama Haji. Dan yang pertama masuk diizinkan keluar hari Ahad besok. Tapi nanti di rumah ditambah lagi (isolasi) 4 hari sehingga genap 14 hari sesuai SOP," jelasnya.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman, Ery Widaryana menjelaskan kasus ini bermula dari salah satu siswa SMP yang merasa tidak enak badan pada akhir Januari lalu. Setelah itu, anak tersebut menjalani tes PCR dan ternyata positif corona.
Kemudian dilakukan tracing pada teman-teman sekolahnya yang berkontak erat dan ditemukan 13 anak yang positIf corona.
"Terus setelah 5 hari dites lagi kedua untuk memastikan akhirnya ketemu (total 43)," katanya.
ADVERTISEMENT
Diduga, anak tersebut terpapar virus corona dari luar. Pasalnya meski tinggal di asrama, anak tersebut masih sering mengelaju dan pulang ke rumahnya.
"Siswa ini memang boarding tapi sering ngelaju pulang gitu," bebernya.
Kasus Sekolah di Bantul
Kasus corona juga terjadi di SMA N 2 Bantul. Di sana ada 17 siswa yang terkonfirmasi corona. Saat ini, pembelajaran tatap muka (PTM) di sana kembali diganti dengan pembelajaran jarak jauh (PJJ).
"Leres (17 siswa positif). Sekarang kembali PJJ," kata Kepala Balai Pendidikan Menengah (Baldikmen) Kabupaten Bantul Ismunardi.
Kasus corona di sekolah tersebut diketahui pada Minggu (30/1) lalu. Salah seorang wali murid melapor ke sekolah bahwa anaknya yang duduk di kelas 12 positif corona.
ADVERTISEMENT
"Senin sekolah laporan ke satgas termasuk puskesmas. Kemudian puskesmas di situ memutuskan untuk diadakan PCR di satu kelas tersebut," katanya.
Selain ke siswa, PCR juga dilakukan kepada guru-guru. Pada hari Rabu, hasil keluar dengan 16 siswa lainnya dinyatakan positif corona.
Sehari berselang, sekolah berkoordinasi dengan Satgas Covid-19 kecamatan dan puskesmas untuk melakukan pemeriksaan terhadap teman-teman sekelas siswa terkonfirmasi tadi.
"Hasilnya hari Rabu, 16 anak positif COVID-19," katanya.
Dia menjelaskan bahwa anak-anak yang hasil PCR kemarin negatif, dilakukan PCR ulang untuk memastikan kembali apakah masih ada yang terpapar atau tidak.
- Hajatan di Kulon Progo
Kasus corona juga terjadi di Kulon Progo. Sebuah klaster hajatan pernikahan atau mantenan terjadi di Kecamatan Pengasih. Total ada 28 orang yang terpapar corona.
ADVERTISEMENT
"Untuk perkembangan kasus hari ini untuk klaster mantenan (pernikahan) ada penambahan kasus sebanyak 8, kemarin ada 7 kasus. Total dari klaster ini ada 28 kasus yang positif dengan 2 di antaranya domisili di luar wilayah Kulon Progo," kata Juru Bicara Gugus Tugas Penanganan COVID-19 Kulon Progo, Baning Rahayujati, Rabu (2/2).
Baning menjelaskan, 28 kasus ini didapat dari hasil tes kepada 68 orang. Dia mengatakan, pemeriksaan kepada kontak erat tetap terus dilakukan. Termasuk mengirim sampel 20 kontak erat ke laboratorium BBVet Wates.
Sampai saat ini, semua orang yang terpapar corona dari klaster hajatan ini menjalani isoman di sebuah rumah.
"Semua tidak ada yang dirawat, semua isoman. Baik di rumah, maupun di salah satu rumah yang kosong dijadikan satu," katanya.
ADVERTISEMENT
Sementara, apakah mereka terpapar varian Omicron, Baning belum bisa memastikan. Dia masih menunggu hasil pemeriksaan dari Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Yogyakarta.
Kasus corona di sana bermula dari pesta pernikahan yang digelar warga. Disebutkan bahwa mempelai perempuan berasal dari Sendangsari, Pengasih, Kulon Progo. Sementara mempelai laki-laki dari Jawa Barat.
Kedua mempelai sempat menjalani tes antigen dengan hasil negatif. Akan tetapi, kerabat mempelai pria mengalami sakit dan ketika dites positif corona. Selanjutnya dilakukan tracing dan total ditemukan 13 orang positif corona.
- PTM 50 Persen, TK-PAUD Diminta Libur
Terkait lonjakan kasus corona di wilayahnya, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X atau Sultan HB X ingin sekolah untuk anak di bawah 6 tahun yaitu TK dan PAUD diliburkan.
ADVERTISEMENT
Sejauh ini, Pemda DIY telah menerapkan pembelajaran tatap muka (PTM) 50 persen untuk mengurangi penularan kasus corona di sekolah.
"Sudah kita batasi. Ya kan hanya 50 persen (PTM) dan sebagainya. Kalau yang kecil-kecil ya kalau bisa diliburkan yang (usia) kurang dari 6 tahun," kata Sultan di Kepatihan Pemda DIY, Kamis (3/2).
Sementara itu, untuk sekolah yang di tingkat atasnya juga wajib menerapkan protokol kesehatan yang lebih ketat.
"Yang 6-12 diketati (prokesnya), ya minimal 50 persen. Yang penting jangan 100 persen (PTM) dilakukan," katanya.