COVID Ngamuk, Harga Parasetamol di China Naik 10 Kali Lipat Jadi Rp 600 Ribuan

21 Desember 2022 11:01 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kelangkaan Parasetamol di China
zoom-in-whitePerbesar
Kelangkaan Parasetamol di China
ADVERTISEMENT
Obat-obatan di China mulai langka akibat melonjaknya kasus Covid-19. Harga paracetamol bahkan melonjak hingga sepuluh kali lipat.
ADVERTISEMENT
Peraturan mengenai Covid-19 yang dilonggarkan pemerintah setempat karena protes yang dilakukan oleh rakyat Tiongkok datang dengan peringatan kelangkaan dan lonjakan harga pasokan medis seperti alat Antigen Rapid Test (ART) dan parasetamol.
Lonjakan kasus yang terjadi saat ini terbukti membuat banyak apotek dan platform jual beli online mengumumkan kekosongan stok dan kenaikan harga gila-gilaan pada obat-obatan seperti parasetamol.
Di platform belanja online Alibaba, Harga tablet parasetamol yang biasanya dibanderol seharga $4, atau setara dengan Rp 62.464,- meningkat sepuluh kali lipat pada seminggu terakhir. Harganya menjadi $40 atau Rp 624.646,- untuk kemasan strip berisi 20 tablet.
Kenaikan harga ini juga dapat dijumpai di platform belanja online Taobao, yang dimiliki oleh Alibaba Group Holding (BABA).
ADVERTISEMENT
Situs Taobao
Pada situs berbahasa mandarin ini, satu pak parasetamol berisi 50 pil merek Panadol dijual dengan harga setinggi ¥2.289 (US$328) di China. Kenaikan angka ini bahkan lebih tinggi dibanding harga biasanya yang hanya berada di kisaran US$19, atau sekitar Rp 296.000,-.
Apotek di Hong Kong dan sejauh Australia dan Selandia Baru telah kehabisan obat flu dan parasetamol, dengan persediaan habis di beberapa kota terbesar di China.
Mannings, salah satu dari dua toko obat terkemuka di Hong Kong, tidak memiliki stok Panadol Cold & Flu Extra yang tersedia melalui toko online-nya. Watsons, rantai apotek utama lainnya di Hong Kong, telah menjual habis semua obat itu serta pil Panadol "biasa" yang digunakan untuk mengobati sakit kepala.
ADVERTISEMENT
Dilansir Reuters, Komisi Kesehatan Nasional China mencatat adanya 2.286 infeksi COVID-19 bergejala pada Jumat (16/12). Angka ini mengalami peningkatan dibanding hari sebelumnya yang hanya mencatat 2.157 kasus.
Subvarian baru Omicron BF.7 diduga kuat menjadi penyebab utama terjadinya lonjakan kasus ini.
Penulis: Andin Danaryati