Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
'Cukur Gundul Itu Pelampiasan Rasa Sakit Hati Kami'
1 September 2017 13:51 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB
ADVERTISEMENT
Sore itu, sekira maghrib menjelang, Rondiman sedang berada di rumahnya untuk bersiap-siap melakukan salat. Tiba-tiba, ponselnya berdering. Sebuah pesan masuk, di situ tertera tulisan:
ADVERTISEMENT
"Bu Wali terkena OTT KPK"
Rondiman awalnya masih ragu membaca kabar itu. Ia lalu mengonfirmasi kepada salah seorang temannya yang mengirimi pesan itu. Sang teman membetulkan.
Tak berselang lama, ada banyak pesan yang bertubi-tubi masuk ke ponselnya. Isinya kira-kira sama, yakni kabar tentang tertangkapnya Wali Kota Tegal Siti Masitha Soeparno oleh KPK. Selepas salat, Rondiman lalu langsung menuju ke Balai Kota, tempat di mana Sitha—panggilan akrab Siti—tertangkap basah oleh KPK.
Rondiman tak sendiri, ia bersama banyak kawannya yang senasib beramai-ramai menuju Pendopo untuk mengetahui apa yang terjadi. Sesampainya di sana, ia melihat ada banyak aparat kepolisian tengah berjaga. Para pewarta media pun tengah berkerumun di depan Pendopo. Setelah benar-benar mengonfirmasi bahwa Sitha memang tertangkap, Rondiman beserta kawan-kawannya sebanyak 20-an orang itu langsung melakukan sujud syukur.
ADVERTISEMENT
“Sujud syukur adalah kemenangan untuk kita yang disakiti. Dia ketangkap OTT kita sujud sukur. Bagaimanapun, Bu Wali untuk dikalahkan kan enggak bisa. Dia kuat sekali. Ibaratnya sujud syukur itu kayak: rasain lu, ketangkep,” jelas Rondiman kepada kumparan (kumparan.com) di kediamannya, di Jalan Kurma 2, Tegal, Kamis (31/8).
Rondiman mengaku, ia dan 20 temannya itu adalah sebagian kecil korban dari tindak kesewenang-wenangan Sitha dalam memimpin pemerintahan Kota Tegal. Ia sendiri, adalah mantan supir Sitha yang hanya dipekerjakan selama 14 hari. Sementara 20 kawannya yang lain, adalah para Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang di-nonjob-kan dengan alasan yang tidak jelas.
Ritual syukuran rupanya tak hanya berhenti sampai di situ. Para PNS yang merasa tertindas selama kepemimpinan Sitha dalam kurun waktu 3,5 tahun itu, melanjutkan ritual syukuran dengan mencukur gundul rambut mereka sampai habis.
ADVERTISEMENT
Prosesi cukur gundul itu, dilakukan keesokan harinya, Rabu (30/8).
“Rabu paginya nonjob semua kumpul, di sana banyak polisi, wartawan. Di depan Pendopo, kumpul di sana. Lalu ada yang manggil tukang cukur. Ada yang bilang ‘eh ayo cukur gundul, cukur gundul’, lalu semua ikut,” lanjut Rondiman.
Rondiman mengatakan, ide cukur gundul itu datang dari salah seorang kawannya yang di-nonjob-kan oleh Sitha. Dia menyebut, ada dua tukang cukur yang dipanggil, keduanya berasal dari salon yang berlokasi tak jauh dari Balai Kota.
“Tukang cukurnya Bintang Cahaya Baru. Kami bergantian cukurnya. Pelontos sampai habis,” tukas Rondiman, girang.
Ritual cukur gundul itu, kata dia, merupakan simbol kemenangan dari PNS yang selama ini merasa dizalimi, dan tak bisa berbuat apa-apa, lantaran memiliki pemimpin yang kontroversial.
ADVERTISEMENT
Menurut Rondiman, kebijakan Sitha yang dinilai terlalu keras, semaunya sendiri, dan antikritik itulah, yang membuat penangkapan wali kota perempuan pertama di Tegal itu adalah sebagai hadiah bagi masyarakat kota Tegal.
“Enggak berlebihan lah, kalau kami cukur gundul. Itu kan sebagai bentuk perasaan lega,” jelas dia.
Rasa lega itu, sangat dirasakan oleh PNS yang telah di-nonjob-kan oleh Sitha. Dengan ditangkapnya Sitha, ada harapan bagi mereka yang di-nonjob-kan, untuk bisa kembali bekerja. Hal itu diungkapkan oleh Mantan Kadishub Tegal Khairul Huda.
“Kita bersyukur. Tertangkapnya Bu Wali membuktikan, bahwa apa yang kami perjuangkan itu benar. Berarti betul Wali Kota ini salah. OTT KPK ini membuktikan kami tidak bersalah,” jelasnya kepada kumparan, di Balai Kota Tegal, Kamis (31/8).
ADVERTISEMENT
Khairul mengaku, setelah Wakil Wali Kota Tegal Nursoleh diangkat menjadi Pelaksana Tugas (Plt) Wali Kota Tegal, ia bersama kawan-kawannya yang di-nonjob-kan, sudah diajak konsolidasi dengan Nursholeh, untuk membahas kelanjutan nasibnya.
“Obrolannya akan melibatkan kami yang nonjob, untuk dilibatkan dalam tata kelola pemerintahan yang benar. Apalagi, Pak Gubernur bilang akan menurunkan tim dari Provinsi untuk membantu. Saya kira itu bagus sekali,” paparnya.