Curhat Relawan PMI Semarang: Kini Suvenir Dihilangkan, dari Mug sampai Kaus

26 Desember 2022 12:15 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sebagai ilustrasi: PMI di lokasi gempa Cianjur. Foto: PMI
zoom-in-whitePerbesar
Sebagai ilustrasi: PMI di lokasi gempa Cianjur. Foto: PMI
ADVERTISEMENT
Yoga, salah satu sukarelawan Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Semarang, turut menandatangi petisi yang meminta pimpinan PMI Kota Semarang minta maaf dan mundur.
ADVERTISEMENT
Yoga mengaku kecewa dengan banyaknya kebijakan baru pimpinan tersebut.
"Sekarang suvenir seperti mug, kaus, kalender, itu dihilangkan. Fasilitas kesehatan juga dihilangkan padahal dulu ada fasilitas kesehatan khusus untuk pendonor. Mulai ada masalah sejak kepemimpinan yang baru, kalau yang dulu tidak ada masalah," ujar Yoga saat dihubungi kumparan, Minggu (25/12/2022).
Ia juga mempertanyakan, mengapa PMI justru mengundang artis ibukota Yuni Shara dengan budget fantastis. Sementara fasilitas bagi pendonor juga malah dikurangi.
"Malah buat acara besar ngundang artis denger-denger habis ratusan juta. Untuk ngundang Yuni Shara aja bisa, jadi perbandingannya dengan itu Yuni Shara," jelas dia.
Tak hanya itu, relawan juga mendapat sikap yang tak enak saat mempertanyakan keresahan mereka kepada pimpinan. Meski, jawaban dari pimpinan PMI Kota Semarang justru mengundang amarah.
ADVERTISEMENT
"Ketika para relawan bertanya kenapa sudah tidak ada lagi fasilitas yang ada. Kemudian dijawab dengan kalimat yang tidak pas, seperti meremehkan relawan. Malah dijawab 'Anda sudah urun (menyumbang) berapa ke PMI, saya sudah menyumbang Rp 10 juta, berapa sih harga kalender saya ikut urun Rp 10 juta, kalian urun berapa," ucap Yoga menirukan jawaban pimpinan PMI.
Pria yang sudah menyumbangkan darah sebanyak 145 kali, menegaskan, ini bukan soal harga mug, kaus atau kalender yang diberikan. Menurutnya, fasilitas yang itu merupakan bentuk penghargaan atas jasa mereka menyelamatkan banyak nyawa.
"kaus itu tuh harga berapa sih, tapi bagi relawan ini bentuk penghargaan. Ketika saya di jalan ada orang pakai kaus yang sama, saya merasa punya keluarga. kaus yang harganya tidak sampai ratusan juta itu juga bisa menarik orang untuk donasi darah. Kok malah dihilangkan," imbuh Yoga.
ADVERTISEMENT
Ia berharap segera ada titik terang dari masalah ini. Yoga khawatir arogansi pimpinan PMI itu justru merusak hubungan yang sudah lama terjalin.
"Kami minta beliau (Ketua PMI Kota Semarang) minta maaf, dan mengundurkan diri. Fasilitas-fasilitas itu juga dikembalikan lagi," kata Yoga.
Pimpinan PMI Kota Semarang belum dapat diwawancarai. Pada acara penyerahan bantuan peralatan kedaruratan bencana dari Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo kepada PMI se-Jawa Tengah di halaman kantor gubernur, Senin (26/12), tidak tampak sosok Ketua PMI Kota Semarang.
Sedangkan Komite Etik PMI Kota Semarang akan menggelar rapat pleno untuk membahas kisruh antara pimpinan PMI Kota Semarang dengan para pegawai dan relawan.
"Komite Etik akan memanggil kedua belah pihak yakni relawan dan pimpinan PMI Kota Semarang dalam rapat pleno, akan dimintai klarifikasi terkait permasalahan yang terjadi," kata Anggota Komite Etik PMI Kota Semarang, Wiwit Rejanto, Senin (26/12).
ADVERTISEMENT