Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Daftar 11 Hewan yang Terdampak Perubahan Iklim, 2 di Antaranya Sudah Punah
24 September 2024 18:01 WIB
·
waktu baca 5 menitADVERTISEMENT
Perubahan iklim tidak hanya berdampak bagi kehidupan manusia. Berdasarkan data Intergovernmental Science-Policy Platform on Biodiversity and Ecosystem Services (IPBES) pada 2019, sekitar satu juta spesies hewan dan tumbuhan terancam punah akibat perubahan iklim.
ADVERTISEMENT
Peneliti Conservation International’s Betty and Gordon Moore Center for Science and Oceans, Dr. Lee Hannah, menyebut bahwa satu dari lima spesies terancam punah akibat perubahan iklim. Spesies yang berada di pulau kecil dan pegunungan adalah yang paling rentan karena mereka tidak memiliki tempat untuk migrasi jika hal buruk terjadi.
Dikutip dari International Fund for Animal Welfare (IFAW), ada 10 spesies hewan terdampak perubahan iklim. Catatan IFAW dipublikasikan pada 9 Agustus 2023. Spesies tersebut di antaranya adalah Bramble Cay melomy hingga beruang kutub.
1. Bramble Cay melomy
Bramble Cay melomy atau Melomys rubicola adalah mamalia pertama yang dinyatakan punah karena perubahan iklim. Bramble Cay melomy merupakan hewan pengerat yang habitatnya di Bramble Cay, sebelah timur Teluk Torres, Great Barrief Reef, Australia.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan laporan Department of Environment and Heritage Protection Queensland, hewan pengerat ini pertama kali ditemukan pada Desember 1978 dan jumlahnya konsisten hingga 1998.
Namun, jumlah hewan tersebut merosot hingga 12 ekor pada 2004. Pada Desember 2011 dan Maret 2014, para peneliti tidak berhasil menemukan Bramble Cay melomy sama sekali. Pemerintah Australia kemudian menyatakan Bramble Cay melomy punah.
Spesies tersebut merupakan korban dari erosi akibat kenaikan permukaan laut. Studi pada Maret 2014 mengungkapkan bahwa erosi parah ini menyebabkan habitat Bramble Cay melomy yang semula seluas 4 hektare berkurang menjadi hanya 2,5 hektare.
Penelitian ini juga menemukan bahwa vegetasi yang menjadi sumber makanan dan tempat berlindung Bramble Cay melomy turut berkurang drastis dari 2,2 hektar padaa 2004 menjadi hanya 0,065 hektar pada 2014.
ADVERTISEMENT
2. Katak Emas (Incilius periglenes)
Bernasib sama dengan Bramble Cay melomy, katak emas telah dinyatakan punah oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN) sejak 2004. Memiliki habitat asli di hutan awan di Monteverde, Kosta Rika, katak ini terakhir kali terlihat pada 1989.
Ada dua teori sebab katak emas punah. Teori pertama menyebutkan bahwa perubahan iklim secara mendadak seperti kekeringan parah yang bertanggung jawab atas punahnya populasi mereka.
Teori kedua berargumen bahwa mereka punah karena paparan terhadap jamur beracun. Populasi yang lebih banyak jantan dibanding betina juga memengaruhi kepunahan mereka.
2. Koral
Perubahan iklim sangat memengaruhi ekosistem koral. Sebagai spesies yang berada dalam kelompok, koral termasuk ke dalam spesies yang penurunan populasinya paling cepat. Saat ini, koral mengalami pemutihan, dekonstruksi struktur, penurunan tingkat pertumbuhan karena penurunan tingkat pH.
ADVERTISEMENT
3. Chinook Salmon (Oncorhynchus tshawtytscha)
Chinook salmon adalah jenis salmon yang dilindungi dan terbesar di Pasifik, dengan berat antara 20 hingga 60 kilogram. Mereka terancam karena kegiatan penangkapan untuk keperluan komersial, berkurangnya habitat akibat aktivitas manusia, dan perubahan iklim.
Meningkatnya suhu laut menjadi faktor utama yang menyebabkan penurunan populasi chinook salmon. Meningkatnya suhu juga menyebabkan mereka lebih rentan terhadap predator, parasit, dan penyakit.
Berdasarkan Endangered Species Act (ESA), dua spesies chinook salmon menyandang status endangered, tujuh spesies threatened, dan satu spesies menjadi kandidat untuk masuk ke ESA.
4. Penyu Hijau (Chelonia mydas)
Berdasarkan data IUCN, penyu hijau termasuk spesies yang terancam punah. Mereka mengalami rasio jantan-betina yang tidak rata akibat kenaikan suhu laut saat masa inkubasi telur.
ADVERTISEMENT
5. Beruang Kutub (Ursus maritimus)
Menurut data IUCN, beruang kutub termasuk ke dalam list spesies yang rentan. Perubahan iklim menyebabkan habitatnya – es laut Arktik – mengecil setiap musim panas. Keadaan ini juga membahayakan manusia karena kini beruang kutub dipaksa untuk berada di daratan dan bukan di es.
6. Penguin Adelie (Pygoscelis adeliae)
Penguin ini memiliki status hampir terancam karena sumber makanan mereka yaitu kril (Euphausiids) juga menurun. Kril adalah krustasea kecil menyerupai udang yang tinggal di bawah lapisan es Antarktika.
Penurunan populasi kril ini disebabkan oleh perubahan iklim yang menjadikan lapisan es terus meleleh.
7. Lebah bumblebee
Lebah adalah penyerbuk paling penting di dunia. Perubahan iklim menyebabkan bunga tumbuh lebih cepat sehingga lebah memiliki lebih sedikit waktu untuk dapat melakukan penyerbukan.
ADVERTISEMENT
Perubahan pola cuaca berdampak buruk bagi spesies lebah. Hujan ekstrem dan kekeringan dapat menghancurkan pola mencari makan mereka. Banjir dan kebakaran hutan dapat merusak habitatnya. Saat ini, lebah bumblebee memiliki status rentan dan terancam.
8. Paus
Paus sangat terdampak perubahan iklim karena suhu laut menghangat. Padahal, paus merupakan hewan penjaga lingkungan. Sebagai hewan terbesar di bumi, mereka dapat menyerap karbon dalam jumlah besar.
Paus Atlantik Utara memiliki status sangat terancam punah. Sumber makanan mereka berkurang akibat perubahan arus laut.
9. Gajah Asia (Elephas maximus)
Pola hujan yang berubah menyebabkan banyak gajah asia mati karena banjir. Mereka adalah satu-satunya spesies gajah yang hidup di India dan Asia Tenggara.
Saat ini, gajah asia menyandang status terancam berdasarkan IUCN. Pada awal abad 20, diprediksi terdapat 100.000 ekor gajah asia. Namun, saat ini hanya tersisa 50.000 ekor.
ADVERTISEMENT
10. Hiu (Elasmobranchii)
Temperatur laut yang semakin hangat juga memengaruhi kehidupan hiu. Banyak spesies hiu yang memiliki status terancam karena kehilangan habitat, polusi, hingga tingkat reproduksi yang rendah.
Di Samudera Pasifik, peningkatan suhu air laut mengharuskan hiu berpindah ke utara dengan rata-rata 30 kilometer per tahunnya.
Reporter: Aliya R Putri