Daging Cultivate Israel Siap Masuk Pasar Asia Tenggara, RI Jadi Incaran

21 Maret 2023 13:52 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Cultivated meat jenis ribeye steak hasil produksi Aleph Farms Israel. Foto: Dok. Aleph Farms
zoom-in-whitePerbesar
Cultivated meat jenis ribeye steak hasil produksi Aleph Farms Israel. Foto: Dok. Aleph Farms
ADVERTISEMENT
Salah satu perusahaan budi daya daging kultur (cultivated meat) asal Israel, Aleph Farms, sedang mempersiapkan ekspansinya ke pasar Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
ADVERTISEMENT
Saat ini, pihaknya bahkan sedang memproses sertifikasi halal, agar aman dikonsumsi oleh umat Muslim.
Hal tersebut diungkap oleh Co-Founder sekaligus CEO Aleph Farms, Didier Toubia, dalam wawancara dengan kumparan beberapa waktu lalu, pada Selasa (28/2).
Toubia menjelaskan, perusahaannya yang telah berdiri sejak tahun 2017 ini merupakan produsen daging steak berupa cultivated meat pertama yang langsung menggunakan sel hewan tanpa direkayasa secara genetik.
Sel hewan itu berasal dari sapi-sapi premium yang dibudidayakan dan masih hidup — tanpa melalui proses penyembelihan, pada saat bersamaan mengurangi dampak buruk terhadap lingkungan.
Oleh karenanya, bila dibandingkan baik rasa maupun tekstur cultivated meat yang diproduksi Aleph Farms dengan daging konvensional biasa, maka tidak ada perbedaan signifikan.
ADVERTISEMENT
Saat ini, tutur Toubia, Aleph Farms secara khusus memproduksi daging steak sapi dengan dua jenis — rib-eye (iga) dan thin cut. “Kami hanya berfokus pada potongan daging steak secara keseluruhan dan bukan hanya [patty] hamburger atau pangsit, yang juga merupakan pembeda yang penting,” ujarnya.
“Kami menargetkan jenis produk kelas atas sebagai permulaan. Dan kami berniat untuk masuk ke pasar mainstream secara progresif mulai tahun 2023-2024 dengan para koki dan restoran, lalu masuk ke pasar ritel,” sambung Toubia.
CEO and Co-Founder Aleph Farms Israel Didier Toubia. Foto: Dok. Aleph Farms
Dia menambahkan, sehubungan dengan tujuannya untuk memperluas pasar di Asia Tenggara, Aleph Farms telah menyepakati Memorandum of Understanding (MoU) dengan salah satu perusahaan biomanufaktur protein alternatif di Singapura, ECO Aster.
Melalui MoU tersebut, Aleph Farms menempatkan produksinya di Singapura untuk kemudian diekspor ke negara-negara Asia Tenggara lain.
ADVERTISEMENT
“Kami percaya bahwa Asia Tenggara adalah pasar yang penting bagi kami. Inilah mengapa kami membangun fasilitas produksi dengan kapasitas produksi pertama kami di Singapura,” kata Toubia.
“Dan dari Singapura, kami berniat untuk berekspansi ke negara-negara seperti Indonesia, Thailand, Malaysia, hingga Filipina dan negara-negara lain di Asia Tenggara,” imbuhnya.
Menurut Toubia, Aleph Farms memilih Singapura sebagai lokasi penempatan fasilitas produksi cultivated meat lantaran regulasi di Negeri Singa yang lebih maju dibandingkan negara lain di kawasan itu. Singapura juga telah menggencarkan inovasi pangan serupa beberapa tahun terakhir.
Melalui kerja sama dengan ECO Aster di Singapura, pihak Aleph Farms nantinya akan memproses sertifikasi halal atas produk cultivated meat tersebut.
Penandatanganan MoU Aleph Farms dengan ECO Aster Singapura, dihadiri oleh CEO & Co-Founder Aleph Farms, Duta Besar Israel untuk Singapura Sagi Karni, dan Lim Chuan Poh (Non-Resident Ambassador of Singapore), (22/02/2023). Foto: Dok. Aleph Farms
Sampai saat ini, produk cultivated meat Aleph Farms telah memperoleh pengakuan dari Ketua Rabi Israel, David Baruch Lau, bahwa daging yang diproduksi adalah aman dikonsumsi oleh kaum Yahudi.
ADVERTISEMENT
Sementara bagi umat Islam, sambung Toubia, saat ini pihaknya sedang berupaya memenuhi persyaratan syariah Muslim agar dapat diakses oleh konsumen di Asia Tenggara dan Timur Tengah.
Perolehan sertifikasi halal diketahui merupakan salah satu prioritas utama Aleph Farms dan proses mendapatkannya sudah berlangsung.
“Kami bekerja sama dengan Uni Emirat Arab [UAE] di Timur Tengah, yang mana Timur Tengah adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Jadi bagi kami, hal tersebut merupakan aspek penting dari perkembangan terkini,” ungkap Toubia.
“Jadi kami telah memulai sebuah proses selama setahun terakhir, kami menerjemahkan dokumen-dokumen dan dokumen-dokumen ilmiah [ke dalam Bahasa Arab]. Kami memulai proses tersebut tahun lalu dengan Mufti Abu Dhabi di UEA. Itulah yang kami lihat hari ini juga,” tuturnya.
ADVERTISEMENT
Toubia menegaskan, ketika proses itu sudah rampung dia yakin bahwa Aleph Farms dapat memperoleh sertifikasi halal.
Pihaknya dalam beberapa tahun terakhir juga sedang membahas penjelasan yang dapat diberikan kepada umat Muslim bahwa cultivated meat — meskipun tidak disembelih, aman dikonsumsi dan halal.
Cultivated meat jenis thin cut steak hasil produksi Aleph Farms Israel. Foto: Dok. Aleph Farms
“Dalam penjualan kami bukan dari tubuh hewan, tetapi dari semua sisi — seperti telur yang telah dibuahi, kami bisa mendapatkan keputusan ini dari otoritas halal dan kami percaya bahwa tidak ada alasan mengapa kami tidak bisa mendapatkan sertifikasi dari para Mufti juga. Tentu saja, kami masih mengupayakannya,” jelas Toubia.
Ketika ditanya soal perkembangan kerja sama regulasi antara Aleph Farms dengan otoritas Indonesia — di mana Israel dan Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik resmi, Toubia mengaku hal itu memang sebuah tantangan, tetapi tidak menutup kemungkinan ekspor cultivated meat miliknya bisa terwujud.
ADVERTISEMENT
Hal ini dikarenakan produksi cultivated meat itu sendiri di Singapura, bukanlah dari Israel. Dia pun menjelaskan tahap apa saja yang perlu ditempuh.
“Pertama, kami berharap bahwa kolaborasi seputar isu ketahanan pangan dan mengatasi tantangan bersama antara Israel dan Indonesia akan membantu mendorong lebih banyak kolaborasi dan akan membuka jalur langsung antara kedua negara,” kata Toubia.
“Hal ini memang lebih menantang, namun kami berharap bahwa hal ini akan membaik dan kolaborasi semacam ini dapat membantu mendukung kemajuan. Kedua, masalahnya adalah Anda tahu bahwa teknologinya telah dikembangkan di Israel tetapi produksinya tidak akan dibuat di sana,” jelas dia.
“Kami tidak berbicara tentang ekspor langsung dari Israel, melainkan melakukan bisnis di Asia Tenggara berdasarkan perusahaan lokal dan produksi lokal. Sekali lagi, kami berharap hal tersebut dapat terwujud. Hal yang sama juga terjadi di Malaysia yang juga tidak memiliki hubungan langsung dengan Israel,” tutup dia.
ADVERTISEMENT