Dahnil Anzar: Muhammadiyah Butuh Manager Dakwah untuk Pembaharuan Jilid II

17 November 2022 13:42 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana jelang Muktamar ke-48 Muhammadiyah di Solo. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Suasana jelang Muktamar ke-48 Muhammadiyah di Solo. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Muhammadiyah akan menggelar Muktamar ke-48 pada 18-20 November 2022 di Kota Solo. Sejumlah harapan akan arah organisasi yang didirikan KH Ahmad Dahlan pada 1912 itu pun terus disampaikan.
ADVERTISEMENT
Salah satu masukan diutarakan Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah 2014-2018, Dahnil Anzar Simanjuntak.
Menurutnya, Muhammadiyah saat ini membutuhkan sosok yang disebutnya sebagai Manager Dakwah. Tak hanya mampu memaksimalkan seluruh potensi yang ada di Muhammadiyah, sosok Manager itu diharapkan dapat menghadirkan hal dan terobosan baru dalam organisasi.
”Muhammadiyah butuh 'Manager Dakwah' yang mampu meramu semua potensi yang ada menjadi kekuatan dakwah Muhammadiyah yang menghadirkan kebaharuan. Dan, diskursus Manajer Dakwah yang mumpuni itu bukan tentang umur biologis, tapi tentang kapasitas dan kepemimpinan,” ujar Dahnil melalui keterangan tertulisnya, Kamis (17/11).
Juru bicara Menteri Pertahanan RI Dahnil Anzar Simanjuntak. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Menurut Dahnil, momen Muktamar ke-48 kali ini harus menjadi momentum bagi Muhammadiyah merumuskan kembali agenda Gerakan Tajdid (pembaharuan) jilid 2.
Semangat tersebut dinilai penting untuk menghadirkan perubahan di tengah kehidupan sosial masyarakat, berbangsa, dan bernegara yang harus terus dilakukan Muhammadiyah.
ADVERTISEMENT
”Harus ada tawaran kebaharuan yang dihadirkan Muhammadiyah dalam kehidupan umat, seperti banyak aksi dan pikiran-pikiran baru yang dilakukan Muhammadiyah diawal pendiriannya oleh KH Ahmad Dahlan, karen sejatinya Ruhnya Muhammadiyah ya Tajdid, ya kepeloporan pembaharuan,” ucap Dahnil.
Terlebih, Muhammadiyah saat ini juga harus dihadapkan pada sejumlah permasalahan. Sehingga dorongan untuk adanya perubahan dinilai Dahnil tak terlalu berlebihan untuk disuarakan.
”Belum lagi Muhammadiyah masih menghadapi berbagai kesenjangan kualitas amal-amal usaha yang jumlahnya ribuan tersebut. Ada amal usaha sekolah, Universitas dan Rumah Sakit yang maju dan kaya sekali, namun lebih banyak amal usaha sekolah, Universitas dan Rumah Sakit yang berjuang mati-matian untuk tetap bertahan dan melayani,” kata Dahnil.
Oleh karena itu, ungkapnya, dorongan perubahan di tubuh Muhammadiyah diharapkan dapat terwujud pada agenda Muktamar untuk mempertahankan ruh perjuangan.
ADVERTISEMENT
”Bila ruh ini mati, maka mati pula Muhammadiyah, dan Muhammadiyah bisa jadi sekadar yayasan super besar yang mengurusi layanan sosial seperti Rumah Sakit, Sekolah dan Universitas, yang dipastikan juga akan dipenuhi dengan ragam kompetisi dinamis, politik internal dalam pengelolaannya,” pungkasnya.