Dalam 3 Hari, Petisi Desakan Budi Arie Mundur Sudah Diteken 11 Ribu Orang

29 Juni 2024 9:50 WIB
·
waktu baca 2 menit
Petisi SAFEnet di change.org mendesak Menkominfo Budi Arie mundur karena serangan siber pada server PDN. Foto: Dok SAFEnet
zoom-in-whitePerbesar
Petisi SAFEnet di change.org mendesak Menkominfo Budi Arie mundur karena serangan siber pada server PDN. Foto: Dok SAFEnet
ADVERTISEMENT
Desakan masyarakat untuk Menkominfo Budi Arie mundur dari jabatannya karena dianggap gagal memastikan keamanan data terus bergulir. Hal ini buntut dari server Pusat Data Nasional (PDN) yang diretas ransomware dalam waktu yang lama.
ADVERTISEMENT
Dilihat per Sabtu (29/6) pukul 09.55 WIB, petisi yang dibuat oleh Southeast Asia Freedom of Expression Network (Safenet) sudah ditandatangani 11.006 orang dari target 15.000. Petisi ini mulai digagas pada 26 Juni 2024.
Petisi itu termuat dalam laman change.org. Dalam gambar laman itu, terdapat foto Budi Arie dan diberi kartu merah.
"Sebagai lembaga negara yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan data dan informasi, termasuk keamanannya, sudah seharusnya Kominfo juga bertanggung jawab terhadap serangan ransomware pada PDNS saat ini. Untuk itu, Menteri Kominfo Budi Arie Setiadi harus mundur sebagai pertanggungjawaban dan meminta maaf secara terbuka terhadap situasi ini. Selain itu, Kominfo dan BSSN juga harus mengaudit keamanan semua teknologi dan sumber daya manusia keamanan siber negara yang saat ini digunakan. Pak Menteri, cukuplah semua kelalaian ini. Jangan jadikan data pribadi kami sebagai tumbal ketidakmampuan Anda. MUNDURLAH!," bunyi keterangan dalam laman change.org.
ADVERTISEMENT
Budi Arie menanggapi singkat desakan dari masyarakat yang meminta dirinya mundur dari jabatannya. Meski server PDN diretas tetapi ia berdalih belum ada kebocoran data yang terjadi.
"Ah no comment kalau itu, itu haknya masyarakat untuk bersuara," kata Budi di Gedung DPR, Senayan, Kamis (27/6).
"Yang pasti tadi hasil rapat dengan Komisi I kita, tidak ada indikasi dan belum ada bukti terjadinya kebocoran data," ucap Ketua relawan Pro-Jokowi (Projo) itu.
Ilustrasi Ransomware. Foto: Shutterstock