Dalam 5 Hari Terakhir, 70 Ribu Orang Mudik ke Yogyakarta

30 Maret 2020 20:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pedagang menjajakan makanan kepada calon penumpang bus di Terminal Kampung Rambutan, Jakarta, Senin (30/3/2020). Foto: Antara/Aditya Pradana Putra
zoom-in-whitePerbesar
Pedagang menjajakan makanan kepada calon penumpang bus di Terminal Kampung Rambutan, Jakarta, Senin (30/3/2020). Foto: Antara/Aditya Pradana Putra
ADVERTISEMENT
Sejak penyebaran pandemi virus corona, banyak masyarakat memutuskan mudik ke kampung halamannya masing-masing tak terkecuali Yogyakarta. Tercatat sejak (26/3) hingga Senin (30/3) sudah 70 ribu orang yang mudik ke Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
"Sampai hari ini data yang terkumpul di Dishub 70.875 orang. 70 ribu lebih dalam waktu rentang 5 hari baik itu melalui moda kereta api, bus, pesawat," kata Kepala Pelaksana (Kalak) Badan Penanggulangan Bencana Daerah ( BPBD) DIY itu di Pusdalops BPBD DIY, Biwara Yuswantana, Senin (30/3).
Jadi semua pemudik yang datang tadi akhirnya akan bermukim ke tempat tinggal saudaranya atau tempat tinggal orang orang di DIY tinggal di masyarakat," tambahnya.
Ilustrasi mudik. Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Menyikapi banyaknya pemudik, Pemda DIY akan terus menata dan memberdayakan masyarakat desa untuk ikut melakukan pendataan. Hal ini menjadi penting karena proses kepulangan pemudik akan bermuara ke desa-desa.
"Peran tadi desa lurah RT/RW, Pak Camat menjadi penting karena semua akan ke sana," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Wakil Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 itu mengatakan, untuk mengurangi penularan virus corona, pihaknya sudah membentuk posko-posko gabungan di terminal-terminal pintu masuk. Petugas yang berjaga terdiri dari Dishub, TNI, Polri, dan dinas kesehatan.
"Dilakukan thermogun, pendataan, dan penyemprotan terhadap kendaraan yang masuk terminal. Kita upayakan meminta pemerintah pusat ada ketentuan bus-bus harus masuk terminal dan menurunkan penumpang di terminal," ucap Birawa.
Biwara menambahkan, jika melihat analisis data yang ada, puncak arus mudik akan terjadi sebelum lebaran atau nyadran.
"Kalau melihat perkembangan terjadi bisa jadi puncak akan terjadi pada masa sebelum nyadran. Ini yang menjadi perhatian semua pihak terkait arus mudik," tutupnya.
Sebelumnya, Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X menanggapi masyarakat yang mudik dari Jakarta ke kampung halaman. Raja Keraton Yogyakarta itu tidak mempersoalkan warganya pulang ke kampung halaman jika memang di perantauan beban hidupnya semakin berat karena tak ada pekerjaan.
ADVERTISEMENT
"Saya tidak mempersoalkan mudiknya. Yang saya persoalkan ki (ini) pemudik itu wong mau ketemu saudaranya mau ketemu ke tempatnya kok nggak boleh. Biarin aja. Yang penting dia bisa kontrol dan bisa mendisiplinkan diri untuk tidak menular kalau dia positif (corona)," kata Ngarsa Dalem di kompleks Kepatihan Pemda DIY, Senin (30/3).
Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Sultan mengatakan, setiap orang ada motivasinya ketika memutuskan pulang. Belum tentu orang itu memutuskan pulang untuk bertemu keluarga. Bisa jadi orang tersebut memang sulit secara ekonomi karena di Jakarta zona merah.
Pemda DIY sendiri sudah mengambil kebijakan bahwa setiap pendatang atau warga yang mudik akan berstatus orang dalam pemantauan (ODP). Mereka diminta isolasi mandiri atau pembatasan sosial di rumah selama 14 hari.
ADVERTISEMENT
---------
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!