Dalam Hitungan Bulan Korut Bakal Produksi Rudal untuk Rusia Perang di Ukraina

19 Desember 2024 10:31 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gubernur Administrasi Sipil Militer Daerah Odesa Oleh Kiper melihat bagian dari rudal Rusia yang ditembak jatuh oleh Pasukan Pertahanan Udara Ukraina, di tengah serangan Rusia ke Ukraina, di Odesa, Ukraina (29/4/2024) Foto: Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur Administrasi Sipil Militer Daerah Odesa Oleh Kiper melihat bagian dari rudal Rusia yang ditembak jatuh oleh Pasukan Pertahanan Udara Ukraina, di tengah serangan Rusia ke Ukraina, di Odesa, Ukraina (29/4/2024) Foto: Reuters
ADVERTISEMENT
Korea Utara tahun ini menunjukkan dapat memproduksi rudal balistik dan memasoknya ke Rusia untuk digunakan melawan Ukraina dalam hitungan bulan. Temuan ini diungkapkan Jonah Leff, kepala lembaga penelitian yang melacak penggunaan senjata di perang antara Rusia dan Ukraina.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari AP, Kamis (19/12), Leff mengungkapkan temuannya itu kepada Dewan Keamanan PBB. Kepada Dewan Keamanan PBB, ia mengatakan para peneliti di lapangan memeriksa sisa-sisa 4 rudal dari Korut yang ditemukan di Ukraina pada Juli dan Agustus, termasuk satu rudal yang memiliki tanda yang menunjukkan rudal tersebut diproduksi tahun 2024.
“Ini adalah bukti publik pertama bahwa rudal telah diproduksi di Korut dan kemudian digunakan di Ukraina dalam hitungan bulan, bukan tahun,” katanya.
Leff juga telah memberi pengarahan kepada Dewan Keamanan PBB pada akhir Juni lalu, mengatakan kepada para anggota bahwa lembaga yang dia pimpin, Conflict Armament Research, telah “tanpa diragukan lagi” menetapkan bahwa sisa-sisa rudal yang ditemukan di Ukraina awal tahun ini merupakan rudal yang diproduksi di Korut.
Rudal balistik antarbenua Hwasong-18 diluncurkan dari lokasi yang dirahasiakan di Korea Utara. Foto: KCNA/via REUTERS
Sebelumnya, pemimpin Korut Kim Jong-un berjanji negaranya akan “selalu mendukung” perang Rusia di Ukraina ketika dia bertemu dengan kepala pertahanan Rusia akhir November lalu.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Dubes Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia keberatan dengan kehadiran kedua Leff di pertemuan dewan yang diketuai Dubes AS untuk PBB Linda Thomas-Greenfield. Ia mengeklaim Leff mewakili NATO dan Uni Eropa, dan mempertanyakan apakah organisasinya dapat memberikan penilaian yang tidak menilai. Ia juga menuduh Thomas-Greenfield melanggar praktik Dewan Keamanan dan mengubah pertemuan itu “menjadi tindakan konyol yang dipolitisasi”.
Dubes AS itu membalas bahwa Rusia telah memveto resolusi yang mengakhiri pemantauan sanksi terhadap Korut oleh para ahli PBB, yang menurutnya membuat organisasi seperti Conflict Armament Research dan ahli independennya yang disegani semakin kritis.
Ia mengatakan laporan itu menunjukkan mengapa Rusia sangat bertekad memblokir pembaruan mandat bagi para ahli PBB. Menurut Thomas-Greenfield, Rusia dan Korut “terlibat dalam transfer dan pelatihan senjata yang melanggar hukum, yang merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap berbagai resolusi dewan”.
Presiden Rusia Vladimir Putin bertemu dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un di Vostochny Cosmodrome di wilayah Amur timur jauh, Rusia, Rabu (13/9/2023). Foto: Sputnik/Mikhail Metzel/Kremlin/Reuters
Meski demikian, Leff mendukung penelitian organisasinya dan mengatakan analisisnya menyoroti 3 pengamatan tentang aktivitas rudal Korut.
ADVERTISEMENT
Ini mengkonfirmasi penggunaan rudal balistik Korut yang baru diproduksi di Ukraina, dan juga penemuan tanda produksi tahun 2024 pada salah satu rudal yang menunjukkan periode yang singkat antara produksi rudal tersebut, transfernya, dan penggunaannya di Ukraina.
Leff juga mengatakan keberadaan komponen dari rudal yang baru diproduksi bukan dari Korut, beberapa di antaranya memiliki tanda produksi tahun 2023, “mengilustrasikan jaringan akuisisi Korut yang kuat untuk program rudalnya, meski sanksi PBB melarang transfer material ini untuk keperluan militer”.
Dubes Korut untuk PBB, Kim Song, menegaskan bahwa hubungannya dengan Rusia adalah “kontribusi positif bagi perdamaian dan keamanan internasional dan sama sekali tidak dapat dikritik”.
Ia menuduh AS dan sekutunya memicu “konfrontasi dan perselisihan antarnegara,” dengan melakukan intervensi militer di seluruh planet dan memberikan Ukraina bantuan militer senilai miliaran dolar, termasuk senjata jarak jauh.
ADVERTISEMENT