Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Dalam Ketidakpastian, Diktator Fasis Tampil sebagai Pemimpin Idaman
30 Juni 2018 15:44 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB

ADVERTISEMENT
Dalam ketidakpastian, diktator fasis akan menampilkan diri sebagai pemimpin yang kuat. Sayangnya ciri-ciri fasisme tak mudah diidentifikasi.
ADVERTISEMENT
"Tapi salah satu di antaranya adalah sang pemimpin mengidentifikasi diri dengan kelompok besar, di mana dia mengatakan bahwa dia mewakili mereka. Lalu kelompok lain dia kucilkan. Kami versus mereka. Pemimpin fasis memperbesar perpecahan itu lebih lanjut,” demikian mantan Menlu AS Madeleine Albright, dikutip kumparan Den Haag dari programa Nieuwsuur, Jumat malam atau Sabtu (30/6) WIB.
Albright (81) berada di Amsterdam dalam rangka mempresentasikan buku karya terbarunya, “Fascism: A Warning”, versi bahasa Belanda “Fascisme, Een Waarschuwing”, dia memperingatkan bahaya kebangkitan kembali fasisme.

Dalam bukunya ini, Albright menguraikan bagaimana dalam iklim ketidakpastian para diktator fasis muncul menampilkan diri sebagai pemimpin yang kuat, dengan perubahan-perubahan drastis untuk permasalahan rakyat.
Albright menyebutkan pernah duduk semeja melakukan perundingan dengan banyak diktator dan tiran, antara lain Slobodan Milosevic, Viktor Orbán, Recep Tayyip Erdoğan, Hugo Chávez dan lainnya.
ADVERTISEMENT
Adapun Presiden AS Donald Trump, Albright tidak eksplisit menyebutnya sebagai fasis, namun presiden paling tidak demokratis yang pernah dipunyai sepanjang sejarah modern AS.

Dengan Trump, Menlu AS periode 1997-2001 itu mengaku belum pernah bertemu dan dia juga tidak mau bertemu.
“Saya juga tidak mau. Saya tidak bisa mengatakan apa yang seharusnya saya katakan dan dia juga tidak akan mendengarkan apa yang saya katakan,” imbuh Albright.
Menlu wanita pertama AS itu mengatakan bahwa dia percaya pada daya lenting demokrasi, namun sekaligus mengkawatirkan orang-orang yang sudah berpuas diri, yang menganggap demokrasi seolah-olah turun dari langit, dengan sendirinya.
Albright mengatakan bahwa bukunya tidak dimaksudkan untuk membahas Donald Trump, namun terutama untuk memberi peringatan atas kebijakan-kebijakan yang ditetapkannya.
ADVERTISEMENT
“Saya menulis buku ini karena merasa khawatir atas apa yang saya lihat di AS, tapi juga di negara-negara lainnya,” jelas Albright.
Menurut Albright, kutipan terbaik dalam bukunya kali ini adalah yang diambilnya dari ucapan diktator fasis Italia, Benito Mussolini: Jika seekor ayam kamu cabuti bulunya satu per satu, maka tak akan seorang pun tahu.
“Itulah yang ingin saya peringatkan. Saya jelaskan bulu-bulu apa saja yang telah dicabut. Dan jangan mengira bahwa fasisme tidak mendapat peluang di Amerika,” demikian Albright.