Dari Nepal Mencari Jalan Pulang ke Indonesia

22 Mei 2020 16:03 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Annapurna Circuit di Himalaya, Nepal. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Annapurna Circuit di Himalaya, Nepal. Foto: Dok. Istimewa
Mi rebus dan telur bakal menjadi santapan Yuri Pibriandi melewati Lebaran 2020. Selama ini, menu itu sudah menjadi hidangan rutinnya dalam berpuasa di Kathmandu, Nepal. Perawat asal Mataram, Nusa Tenggara Barat, itu terjebak lockdown. Pintu keluar dari Negeri Atap Dunia, tempat Himalaya bersemayam, tertutup rapat gara-gara virus corona.
Yuri bertandang ke Kathmandu pada 28 Februari lalu untuk menjalani pelatihan anestesi mata selama dua bulan. Namun baru sebulan berjalan, satu orang di kota itu terinfeksi COVID-19. Kebijakan lockdown pun langsung diberlakukan. Rencana Yuri menyelesaikan pelatihan dan menjalani puasa Ramadhan di tanah air pun buyar.
“Kita tidak pernah bayangkan situasinya akan seperti ini. Nanti Lebaran video call sama keluarga saja biar bisa mengurangi rasa rindu,” ucap Yuri ketika berbincang dengan kumparan, Selasa (20/5).
Pihak penyelenggara pelatihan hanya bisa membantu dengan memberikan pemondokan gratis di daerah Tilganga selama ia terkurung di Kathmandu. Yuri tinggal di pondokan itu bersama tiga warga negara asing lain dari Etiopia, Vietnam, dan Thailand. Mereka sama-sama terjebak lockdown.
Yuri Pribianei terjebak lockdown di Nepal. Foto: Dok. Istimewa
Yuri tak tinggal diam. Ia mencari jalan pulang bersama 20-an warga negara Indonesia lain di Nepal yang senasib. Mereka tersebar di Kathmandu.
Adi Murdani dan Teddy, misalnya. Dua pelancong asal Kalimantan Selatan itu juga tak bisa keluar dari Nepal. Upaya keduanya mencari penerbangan keluar Nepal mendekati hari pemberlakuan lockdown 21 Maret lalu menemui jalan buntu. Semua loket dan kantor agen perjalanan tutup. Mereka pun terpaksa menginap di Hotel Yala Peak, Kathmandu.
Kasak-kusuk mencari kabar pemulangan WNI pun dilakukan. Mereka mencari peruntungan, siapa tahu bisa nebeng lewat repatriasi negara-negara lain di Asia. Tapi tiga jalur pemulangan lewat negara tetangga telah mereka coba dan gagal.
Adi menceritakan upaya pertamanya mencari jalan pulang. Ketika itu ia berkenalan dengan turis Jepang yang akan direpatriasi atau dipulangkan oleh pemerintahnya. Adi lantas mencari tahu penerbangan dari Tokyo, Jepang, ke Jakarta. Ternyata ada. Jadi, siapa tahu ia bisa ikut mereka ke Jepang dulu, sebelum kemudian lanjut ke Indonesia.
Alternatif pulang melalui Tokyo ini ia informasikan ke KBRI di Dhaka, Bangladesh. Ia meminjam telepon Kedutaan Besar Jepang di Nepal untuk menelepon KBRI di Tokyo. Tapi ternyata jalur ini tak mulus. Transit di Tokyo tetap butuh visa dan izin diplomasi. Upaya ini pun mampet.
“Saya menyarankan KBRI Indonesia yang berbicara karena masalahnya sudah tahap diplomasi. Jawaban dari mereka, saya tidak bisa ikut dengan beberapa macam alasan,” ucap Adi.
Teddy dan Adi Murdani, dua WNI terjebak lockdown di Nepal. Foto: Dok. Istimewa
Setelah gagal dengan upaya pulang lewat Jepang itu, Adi dan Teddy berkomunikasi dengan para WNI lain yang terjebak di Kathmandu. Mereka saling mencari informasi soal lockdown di negara-negara sekitar Nepal.
Tepat sebulan setelah pemberlakuan lockdown di Nepal, mereka mendapat informasi bahwa WNI di India juga terjebak lockdown. Mereka pun menyarankan evakuasi WNI di Nepal dan India dengan biaya patungan.
KBRI Bangladesh menjanjikan mereka ikut rombongan pemulangan WNI yang berada di Dhaka, Bangladesh. Namun kemudian, tak ada kabar sama sekali soal pemulangan dari Dhaka ini. Mereka justru tahu lewat berita bahwa repatriasi dari Dhaka dilakukan tanggal 11 Mei lalu.
“Kemarin itu ada repatriasi yang di Bangladesh, tetapi WNI di Nepal tidak diinformasikan. Itu tanggal 11 Mei kemarin,” kata Yuri.
Mereka melakukan kontak dengan KBRI dan berharap ikut gelombang kedua pemulangan dari Dhaka tanggal 13 Mei. Perjalanan ke Dhaka dari Nepal bisa ditempuh lewat jalur darat. Namun lagi-lagi, KBRI menjawab kondisi tak memungkinkan.
Sementara di Bangladesh, KBRI Dhaka memfasilitasi pemulangan 196 WNI yang tertunda menggunakan penerbangan khusus Lion Air. Pemerintah Bangladesh menetapkan kebijakan lockdown dan penundaan penerbangan pada Maret 2020.
Dubes RI untuk Bangladesh, Rina Soemarno. Foto: Yudhistira Amran Saleh/kumparan
Duta Besar Indonesia untuk Bangladesh merangkap Republik Federal Demokratik Nepal, Rina P. Soemarno, memberikan solusi pemulangan lewat India ketika melakukan video call dengan WNI yang terjebak di Nepal. Ini klop dengan informasi dari kawan-kawan WNI di India. Mereka akan melakukan repatriasi mandiri.
Tapi, lagi-lagi, upaya melintasi perbatasan Nepal-India melalui jalur darat pun kandas. Permohonan izin ini senasib dengan upaya repatriasi melalui Dhaka, Bangladesh.
“Kami meminta permohonan izin agar bisa ke New Delhi dengan jalan darat, dan jawabannya tetap sama: tidak bisa ikut repatriasi,” ucap Adi.
Repatriasi mandiri WNI di India sendiri tak berjalan mudah. WNI di sana tersebar di beberapa negara bagian India. Mereka harus menempuh perjalanan darat berjam-jam menuju titik kumpul di New Delhi.
Mereka berangkat dari New Delhi menggunakan pesawat milik maskapai Air India pada 20 Mei lalu. Sebanyak 59 WNI, 13 WN India, dan 1 WN Rusia ikut dalam penerbangan itu.
Kini, para WNI di Dhaka harus menerima kenyataan mereka akan berlebaran di Nepal. Toh, jika berhasil kembali ke Indonesia pun mereka belum tentu bisa langsung pulang ke rumah karena pandemi corona juga menghantam tanah air.
Rumah-rumah di Kathmandu, Nepal. Foto: REUTERS/Navesh Chitrakar
“Lebaran tahun ini, lebih banyak hikmah yang saya dapatkan. Otomatis pasti sedih jauh dari keluarga, karena biasanya setiap tahun harus ngumpul sama keluarga, tapi tahun ini sendirian, jauh dari keluarga,” kata Yuri Pibriandi.
Direktur Jenderal Perlindungan WNi Kementerian Luar Negeri, Judha Nugraha, mengungkapkan bahwa lambatnya pelaporan WNI ke Konsul Kehormatan RI di Kathmandu menyulitkan lembaganya menjangkau mereka.
Menurut Judha, sebelum lockdown diberlakukan Nepal, peringatan kepada para WNI di sana sudah dilayangkan oleh KBRI Dhaka. Namun beberapa orang tak sempat keluar atau memilih tinggal.
Sementara proses pemulangan tak bisa serta-merta dibarengkan karena beberapa sebab teknis, seperti aturan protokol. Misalnya saja, jumlah penumpang 196 orang harus mematuhi syarat social distancing dalam pesawat.
Selain itu, pemerintah juga menentukan skala prioritas keselamatan WNI dari paparan COVID-19. Ia mencontohkan, WNI di Dhaka memang perlu dipulangkan sesegera mungkin karena termasuk kelompok rentan.
“Kami akan membuat skala prioritas, tentunya kami juga tetap mengupayakan kepulangan dan memastikan kondisi mereka baik dan aman selama masa lockdown,” ujar Judha.
Sejumlah orang dikurung di tepi jalan karena melanggar aturan semasa lockdown di Kathmandu, Nepal. Foto: REUTERS/Navesh Chitrakar
***
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona.
Yuk, bantu donasi untuk atasi dampak corona