Dari Sebaran Puing, Pesawat Lion Air Diduga Hancur saat Sentuh Air

29 Oktober 2018 13:11 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Basarnas Menyisir Perairan Tempat Diduganya Pesawat Lion Air hilang. (Foto:  Dok SAR Indonesia)
zoom-in-whitePerbesar
Basarnas Menyisir Perairan Tempat Diduganya Pesawat Lion Air hilang. (Foto: Dok SAR Indonesia)
ADVERTISEMENT
Pesawat Lion Air JT-610 dengan rute Jakarta-Pangkalpinang jatuh di Tanjung Karawang, Jawa Barat setelah 13 menit take off dari Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Tangerang. Pesawat Lion Air yang baru beroperasi dua bulan itu jatuh dari ketinggian sekitar 2.500-3.000 meter.
ADVERTISEMENT
Dosen Universitas Pertahanan dan mantan pilot Yono Reksoprodjo menuturkan, untuk melihat kondisi jatuhnya pesawat dapat dilihat dari luasan sebaran puing-puingnya. Jika sebarang puingnya luas, bisa jadi pesawat meledak di udara.
"Kalau sebaran puingnya terkumpul pada satu titik yang tidak terlalu luas, maka bisa diambil sebagai kemungkinan kecelakaan terjadi bahwa pesawat hancur ketika menyentuh air," kata Yono kepada kumparan, Senin (29/10).
Sementara itu, untuk mengetahui seberapa hancur pesawat dapat dihitung dari ketinggian pesawat saat meluncur ke bawah. Jika semakin tinggi, cepat, dan berat, maka dampaknya hancurnya akan semakin luas. Hal itu dilihat dari sebaran puing dan minyak yang keluar dari badan pesawat.
"Kalau pesawat ada yang bagian tenggelam dijelaskan dari badan pesawat yang dibangun lewat bahan yang memiliki berat jenis lebih besar dari berat air. Jadi misal alumunium yang dipakai, kalau dia lebih berat dari jenis air maka otomatis kalau dilempar ke air dia tenggelam," jelas dia.
ADVERTISEMENT
Yono menjelaskan, dalam jenis kecelakaan seperti ini, posisi jenazah bisa ada dua kemungkinan yakni tetap terikat di bangku pesawat atau badan akan mengambang dalam waktu 1-3 hari. Jika pesawat menabrak air dengan keras, kemungkinan besar badan-badan manusia di dalamnya hancur berkeping-keping dan tenggelam bersama pesawat.
Puing pesawat Lion Air JT610 yang ditemukan Basarnas, Senin (29/10/2018). (Foto: Dok. Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Puing pesawat Lion Air JT610 yang ditemukan Basarnas, Senin (29/10/2018). (Foto: Dok. Istimewa)
"Kalau dia impactnya keras, maka kemungkinan besar hancur berkeping-keping. Badan manusia dia akan tenggelam dulu baru setelah 1-3 hari, karena ada gas di dalam badan, maka otomatis akan mengambang ke atas. Karena gas yang terbentuk akibat bakteri pembusuk," ujar Yono.
"Kalau sekarang kemungkinan besar karena dia baru terbang, pada saat kecelakaan mungkin masih terikat kursi. Kalau kursi dibuat dengan bahan berat, maka akan tenggelam bersama-sama. Sampai kemungkinan 1-2 hari dia bisa naik (ke atas permukaan laut)," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Namun, Yono memperkirakan kemungkinan besar tidak ada penumpang pesawat yang selamat dari kejadian tersebut. Ia menilai berdasarkan puing-puing yang sudah tersebar di sekitar Tanjung Karawang dan waktu jatuhnya pesawat.
Selain itu, Yono mengungkapkan setiap manusia memiliki daya tahan terhadap gravitasi. Pada saat pesawat jatuh dan melawan tekanan gravitasi, mungkin saja penumpang sudah tidak sadar sebelum menyentuh air.
"Kita berharap keajaiban masih mungkin terjadi. Walau demikian, secara pandangan normal kalau kita lihat pesawat puing-puingnya masih ada. Kalau dilihat dari jamnya kemungkinan besar orang tidak bertahan terlalu lama di bawah air. Jadi minta maaf kalau saya harus memperkirakan kalau semua dalam keadaan sudah tidak bernyawa," tutup dia.
Pesawat Lion Air JT-610 hilang kontak di sekitar Tanjung Karawang pukul 06.33 WIB, 13 menit setelah lepas landas dari Bandara Soetta. Pesawat membawa 181 penumpang, yang terdiri dari 178 penumpang dewasa, satu anak-anak dan dua balita. Sementara awak pesawat terdiri dari pilot, co-pilot dan 6 awak kabin.
ADVERTISEMENT
Simak selengkapnya pada gambar berikut ini.
Lion Air Jatuh (Foto: Basith Subastian/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Lion Air Jatuh (Foto: Basith Subastian/kumparan)