Darurat Kebersihan China: dari Makanan hingga Hotel Bintang Lima

2 Januari 2018 8:45 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:12 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pelayan hotel jorok di China. (Foto: Youtube/@BBBoymax)
zoom-in-whitePerbesar
Pelayan hotel jorok di China. (Foto: Youtube/@BBBoymax)
ADVERTISEMENT
Apa yang terlintas di benak Anda ketika tahu sikat yang sehabis menyikat WC digunakan untuk membersihkan cangkir teh? Atau handuk untuk mengeringkan badan justru digunakan mengepel lantai kamar mandi dengan air kloset?
ADVERTISEMENT
Jijik, ingin muntah, dan ngeri sekaligus tak percaya barangkali Anda rasakan.
Tapi, itu bukan cerita omong kosong belaka. Pasalnya, kejadian-kejadian menjijikkan tersebut benar-benar terjadi di dunia nyata.
Sebagaimana dilansir The Independent (26/12/2017), sebuah video tersembunyi yang menunjukkan cara petugas hotel bintang lima di China membersihkan perabotan kamar ramai dibicarakan. Rekaman tersebut menunjukkan kualitas kebersihan di hotel Kempinski, Shangri-La, dan Sheraton sangat jorok dan tidak sesuai standar.
Masalah terungkap lewat laporan seorang jurnalis yang menyamar menjadi seorang pegawai magang di Hotel Kempinski di Harbin, China. Dengan menggunakan kamera tersembunyi, ia merekam dengan jelas bagaimana pegawai senior memperlihatkan cara mereka membersihkan perabot kamar --dari gelas sampai kloset.
Staf itu terekam dengan cekatan membersihkan cangkir di westafel dengan sikat WC. Tak lama berselang, sikat WC yang sama digunakan untuk menyikat kloset kemudian diletakkan ke lantai begitu saja.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, handuk mandi yang biasanya digunakan tamu, justru dipakai untuk mengeringkan kloset dan mengepel lantai kamar mandi.
Staf kebersihan itu mengatakan kepada reporter yang menyamar agar ia tidak perlu repot-repot mensterilkan cangkir. Bahkan, bukan hanya cangkir teh: tong sampah, toilet, bahkan alat karet di bathtub dibersihkan menggunakan kain lap yang sama.
Ditanya soal adanya petugas kebersihan lainnya yang melakukan hal serupa, staf itu mengaku tidak mengetahui secara pasti.
“Kami hanya tidak pernah membicarakannya,” kata staf senior tersebut.
Cara pembersihan yang tidak pantas itu juga ditemukan di Hotel Shangri-La di Harbin. Padahal, harga kamar hotel tersebut terbilang tinggi, antara Rp 2,6 juta hingga Rp 5,1 juta per malam. Selain dua hotel tersebut, kasus menjijikkan yang sama juga terjadi di Hotel Sheraton Harbin Xiangfang, yang sewa kamarnya berkisar antara Rp 1,6 juta hingga Rp 2,2 juta per malam.
Shangri-La hotel in Harbin. (Foto: Dok.shangri-la)
zoom-in-whitePerbesar
Shangri-La hotel in Harbin. (Foto: Dok.shangri-la)
Masalah kebersihan perhotelan di China bukan kali ini saja terjadi. September 2017 lalu, kelompok Hak Konsumen China “Better Choice, Better Life” pernah melakukan investigasi terhadap staf hotel bintang lima di Beijing terkait kebersihan di hotel mereka. Mirisnya, seperti kasus di Harbin, Hotel Shangri-La Beijing juga menjadi sorotan.
ADVERTISEMENT
Seperti dilaporkan IBTimes, kelompok pertama berpura-pura memesan kamar di masing-masing hotel dan menandai sprei, westafel, bak mandi, dan barang-barang lainnya dengan cap neon. yang tak kasat mata yang hanya terlihat di sinar UV dan hilang jika dilap atau dicuci.
Setelah kamar dikosongkan, kelompok kedua kemudian memesan kamar yang sama dan memeriksanya. Hasilnya cukup mengejutkan, cap neon tersebut masih ditemukan setelah dilihat dengan sinar UV. Cap tersebut masih melekat pada sprei, selimut, dan bantal --tanda bahwa tempat tidur tersebut tidak dibersihkan.
Bukan hanya hotel, China juga seringkali disorot terkait kebersihan toilet umumnya. Tak heran, jika pemerintah di bawah Xi Jinping gencar melakukan upaya pembenahan terkait kondisi MCK di seantero negeri China, hingga menyebutnya sebagai Revolusi Toilet.
ADVERTISEMENT
Sejak 2015, untuk menjalankan program Revolusi Toilet itu, China rela merogoh kocek lebih dari 1 miliar yuan (Rp 2 triliun) dari anggaran pemerintah pusat dan 20 miliar yuan (Rp 40 triliun) dari anggaran daerah.
Toilet umum di China. (Foto: Flickr/Robert Ennals)
zoom-in-whitePerbesar
Toilet umum di China. (Foto: Flickr/Robert Ennals)
Masalah kebersihan China juga ditemui di bidang restoran dan keamanan makanan.
The Age menyebutkan, empat direktur dan perusahaan restoran di China didenda sebesar USD 70 ribu akibat menyajikan makanan secara tidak higienis.
Seperti, bahan makanan dan sisa sampah makanan yang diletakkan di lantai dapur begitu saja, hingga daging yang tidak disimpan di tempat yang terlindungi dari kontaminasi.
Akibatnya, kejadian itu disebut sebagai “aib sistematis” --sebuah borok terjadi berulang namun tak juga menghilang.
China juga memiliki masalah serius pada aman atau tidaknya makanan. Seperti diberitakan New York Times, China pernah mengalami kejadian keracunan massal akibat kandungan bahan kimia di susu formula untuk bayi. Akibatnya, enam bayi meninggal dan ribuan lain dirawat di rumah sakit.
ADVERTISEMENT
Pemerintah China juga sempat menarik peredaran “daging gelondongan” dari pasaran. Daging gelondongan yang dimaksud merupakan campuran daging keledai yang dioplos dengan daging rubah. Saat itu, daging tersebut dijual dalam kemasan paket oleh Walmart dengan merek Five Spice. Imbasnya, denda dijatuhkan dan perusahan tersebut berjanji melipatgandakan anggaran untuk keamanan produk jualannya.
Walmart (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Walmart (Foto: Wikimedia Commons)
Menyoal makanan, KFC di China juga pernah terancam mengalami pemboikotan. Alasannya, ditemukan takaran antibiotik berlebih dalam beberapa produk ayam yang dijualnya.
Don Schaffner, seorang profesor mikrobiologi makanan di Rutgers University --sekaligus Presiden Asosiasi Makanan Internasional-- mengatakan, ditemukan banyak kondisi tidak sehat pada industri makanan di China. Ini utamanya terjadi dalam proses pengemasan daging, di mana pemerintah masih seringkali “kecolongan”.
ADVERTISEMENT
"Ada keinginan luar biasa dari kami untuk melakukannya dengan benar, tapi kami harus menempuh perjalanan yang jauh," kata Schaffner, dikutip dari New York Times.  
Dalam sebuah artikel di Food Safety News, ketakutan masyarakat soal keamanan makanan ini telah berlanjut ke level yang memprihatinkan. Bahkan, muncul sebuah petisi di Change.org yang berhasil memperoleh 325 ribu dukungan untuk “menjaga ayam dari China tidak masuk sekolah dan supermarket”.  
Susan, si penggagas petisi tersebut, nekat membuat petisi meskipun ia sendiri adalah warga China. Namun, menurutnya, itu dilakukannya karena mencintai orang-orang China. Ia khawatir makanan yang kurang sehat dan tidak higienis itu mengancam kesehatan saudara-saudaranya.
Terkait ancaman keamanan makanan itu, 24 April 2015 lalu, Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional China merevisi Undang-undang Keamanan Pangan 2009 dari Republik Rakyat Cina (UU Keamanan Pangan). Undang-undang baru tersebut mulai berlaku pada 1 Oktober 2015. Ia bersifat luas, dengan pengetatan kontrol dan pengawasan terhadap produksi dan manajemen pangan.
ADVERTISEMENT
Kemudian, pada 9 Desember 2015, China Food and Drug Administration (CFDA) juga menerbitkan rancangan amandemen Peraturan Pelaksana Undang-undang Keamanan Pangan (Peraturan Pelaksana) untuk publik.
Makanan (Foto: Pexels)
zoom-in-whitePerbesar
Makanan (Foto: Pexels)
Selain penyempurnaan aturan sebelumnya, revisi tersebut juga memperketat penegakan dan mulai memperhatikan pembentukan kesadaran masyarakat tentang kebersihan makanan.
Misalnya saja, program investigasi oleh stasiun TV yang bermarkas di Shanghai, Dragon TV, bertajuk “Meat”. Tayangan tersebut mencoba menguak daftar raksasa makanan cepat saji Amerika Serikat, dengan penelusuran narasumber dan pengambilan gambar lewat kamera tersembunyi.  
Siaran yang tayang tiap hari minggu itu menunjukkan bagaimana pekerja pabrik mengolah ayam dan daging. Penelusuran mulai dari peternakan, hingga menjadi produk siap saji seperti roti burger dan aneka produk ayam.
ADVERTISEMENT
Hasilnya cukup membuat miris. Sebabnya, daging atau ayam yang sisa-sisa yang telah jatuh ke lantai, dipungut kembali, dan dilemparkan ke mesin pengolahan.
Menindaklanjuti siaran itu, pemerintah melakukan penyelidikan dan menemukan fakta lain yang lebih mencengangkan. Perusahaan Shanghai Husi Food bahkan menggunakan daging kadaluarsa atau busuk untuk membuat McNuggets, roti panggang sapi, dan produk makanan lainnya.
Sekali produksi, pabrik itu mampu membuat hingga 5.000 kardus daging yang akan dipasok ke restoran cepat saji seperti McDonald’s, KFC, dan restoran cepat saji lainnya. Tak tanggung-tanggung, seratus ton produk daging disita. Karena kasus tersebut, polisi menahan lima orang tersangka kunci.
Tak ayal, kekhawatiran dan tanda tanya pun bermunculan ke permukaan tentang “darurat”-nya masalah kebersihan makanan di China.
ADVERTISEMENT
Berkaitan dengan beragam darurat higienis, menurut ECNS,  otoritas pemerintah setempat kian giat melakukan sidak dan kampanye pada berbagai sektor meliputi hotel, restoran, toko, transportasi publik dan olahraga.
=============== Simak ulasan mendalam lainnya dengan mengikuti topik Outline!