Data CDC AS: Vaksin COVID-19 Bertahan Lawan Varian Delta

11 September 2021 4:43 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang dokter menyuntikkan vaksin corona kepada perawat di fasilitas Memorial Healthcare System di Miramar, Florida, AS, Senin (14/12).  Foto: Marco Bello/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Seorang dokter menyuntikkan vaksin corona kepada perawat di fasilitas Memorial Healthcare System di Miramar, Florida, AS, Senin (14/12). Foto: Marco Bello/REUTERS
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Penyuntikan vaksin menjadi upaya global untuk mengendalikan pandemi COVID-19. Orang yang divaksin secara lengkap (2 dosis), memungkinkan memiliki ketahanan yang lebih dalam melawan varian Delta yang sangat menular.
ADVERTISEMENT
Hal ini sesuai data yang diungkap otoritas pengendalian dan pencegahan penyakit di Amerika Serikat, Centers for Disease Control and Prevention (CDC).
CDC AS memastikan orang yang divaksin 11 kali lebih kecil kemungkinannya meninggal karena COVID-19 dan 10 kali lebih kecil kemungkinannya dirawat di rumah sakit karena varian Delta.
Data tersebut diungkap di salah satu dari tiga makalah baru yang diterbitkan CDC AS, yang semuanya menggarisbawahi efektivitas vaksin COVID-19 yang berkelanjutan.
Petugas memperlihatkan vaksin Moderna Foto: ANTARA FOTO/Stenly
Untuk alasan yang belum sepenuhnya jelas, data dari salah satu penelitian menunjukkan, vaksin Moderna telah menawarkan tingkat perlindungan yang sedikit lebih tinggi pada varian Delta.
"Seperti yang telah kami tunjukkan dalam penelitian demi penelitian, vaksinasi berhasil," kata Direktur CDC AS, Rochelle Walenksy, saat konferensi pers, Jumat (10/9) waktu AS, dikutip dari AFP, Sabtu (11/9).
ADVERTISEMENT
Data ini diungkap sehari setelah Presiden AS Joe Biden mengumumkan rencana vaksinasi baru yang agresif, mencakup kewajiban perusahaan yang mempekerjakan lebih dari 100 orang untuk memvaksinasi pekerja atau melakukan pengetesan setiap minggu.
Seorang dokter menyuntikkan vaksin corona kepada perawat di Rumah Sakit Universitas Louisville, Louisville, Kentucky, AS, Senin (14/12). Foto: Bryan Woolston/REUTERS
Studi pertama memeriksa ratusan ribu kasus di 13 yurisdiksi AS pada periode 9 April-19 Juni, periode sebelum varian Delta menjadi dominan, dan membandingkannya dengan periode 20 Juni-17 Juli.
Di antara periode-periode ini, risiko orang yang divaksin terhadap infeksi COVID-19 sedikit meningkat. Dari 11,1 kali lebih kecil kemungkinannya untuk terinfeksi dibandingkan dengan orang yang tidak divaksinasi, menjadi 4,6 kali lebih kecil kemungkinannya karena varian Delta. Meski demikian, vaksin masih ampuh untuk melawan varian Delta.
Perlindungan terhadap orang yang dirawat inap dan menyebabkan kematian tetap stabil, tetapi turun lebih banyak bagi orang berusia 65 tahun ke atas daripada kelompok usia yang lebih muda.
ADVERTISEMENT
CDC dan Food and Drug Administration (FDA) sedang menilai perlu tidaknya suntikan booster, dan kemungkinan orang tua menjadi yang pertama menerimanya.
Petugas kesehatan menunjukan vaksinasi Pfizer. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Salah satu penelitian, yang menilai efektivitas vaksin dari Juni-Agustus di lebih dari 400 rumah sakit, unit gawat darurat, dan klinik perawatan darurat, mengelompokkan kemanjuran berdasarkan merek.
Khasiat terhadap rawat inap tertinggi untuk Moderna sebesar 95 persen; kemudian Pfizer pada 80 persen; dan terakhir Johnson & Johnson (J&J) di 60 persen.
Kemanjuran keseluruhan terhadap rawat inap adalah 86 persen untuk semua kelompok umur, tetapi ini turun menjadi 76 persen untuk mereka yang berusia di atas 75 tahun.
Ilustrasi vaksin corona Johnson & Johnson. Foto: Shannon Stapleton/REUTERS
Dua vaksin mRNA, Pfizer dan Moderna, selalu bekerja sedikit lebih baik daripada vaksin adenovirus J&J.
ADVERTISEMENT
Tidak jelas mengapa vaksin Moderna tampaknya memiliki sedikit keunggulan dibandingkan Pfizer pada varian Delta.
Ini dapat dikaitkan dengan tingkat dosis yang lebih tinggi dari 100 mikrogram versus 30 mikrogram, atau mungkin interval yang lebih besar antara suntikan pertama dan kedua, yang mungkin terkait dengan respons imun yang meningkat.