Data: PSBB Ketat Lebih Efektif Tekan Kasus Corona di Jakarta Dibanding PPKM

2 Februari 2021 12:34 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi virus corona. Foto: kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi virus corona. Foto: kumparan
ADVERTISEMENT
Presiden Jokowi menilai Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) tak efektif cegah corona. Padahal kebijakan tersebut telah diperpanjang.
ADVERTISEMENT
Tahap pertama dimulai 11-24 Januari 2021. Ternyata kasus harian masih tinggi, Jokowi menyebut mobilitas masyarakat tak turun.
Membandingkan Data PSBB Ketat DKI dengan PPKM
PPKM diberlakukan di sebagian Jawa dan Bali. Salah satunya tentu di DKI Jakarta sebagai salah satu episenter corona.
Sebelum DKI mengikuti kebijakan PPKM dari pemerintah pusat, mereka menerapkan PSBB. Pernah PSBB Ketat juga PSBB Transisi.
Mural tentang pandemi COVID-19 Foto: Dhemas Reviyanto/Antara Foto
PPKM dinilai cenderung lebih longgar ketimbang PSBB. Sebab, pada kebijakan PSBB ketat, gubernur mengusulkan pembatasan aktivitas masyarakat kepada Menteri Kesehatan berdasarkan kriteria yang telah ditentukan.
Sedangkan pada PPKM, pembatasan ditentukan oleh kepala daerah. Indikator penetapan wilayah PPKM Jawa dan Bali, di antaranya; tingkat kematian di atas rata-rata tingkat kematian nasional, tingkat kesembuhan di bawah rata-rata tingkat kesembuhan nasional, tingkat kasus aktif di atas rata-rata tingkat kasus aktif nasional dan tingkat keterisian rumah sakit atau bed occupancy ratio untuk intensive care unit (ICU) dan ruang isolasi di atas 70 persen.
Infografik pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). Foto: kumparan
Sementara pelaksanaan PSBB bersifat lebih ketat karena terdapat beberapa kegiatan yang dibatasi. Meliputi, peliburan sekolah dan kebijakan WFH tempat kerja, menghentikan kegiatan keagamaan di rumah ibadah, pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum, pembatasan kegiatan sosial budaya, hingga pembatasan moda transportasi.
ADVERTISEMENT
Untuk di DKI, PSBB ketat terakhir dilakukan pada 14 September - 7 Oktober (diperpanjang 1 kali). Saat itu, Gubernur DKI Jakarta menarik rem darurat karena keterisian rumah sakit di atas 80 persen, penularan makin masif.
kumparan pun mencoba menghitung jumlah kasus corona di Jakarta saat PSBB diterapkan kemudian dibandingkan dengan data 2 minggu kemudian. 14 hari merupakan masa inkubasi terlama virus corona, jadi bisa dilihat, apakah penularan bisa ditekan dengan adanya PSBB ketat.
Hasilnya memang ada penurunan laju penularan sekitar 19,7 persen. Berikut datanya:
Lalu, apakah hal yang sama terjadi saat PPKM diterapkan?
Saat PPKM ternyata tidak menunjukkan penurunan yang signifikan. Penurunan hanya terjadi 87 kasus (0.37 persen).
ADVERTISEMENT
Sementara jumlah kasus harian dan akumulasinya jauh lebih banyak. Di sisi lain memang jumlah tes PCR kita meningkat dibanding bulan September/Oktober, sudah mencapai target WHO 38 ribu tes per hari.
Namun di sisi lain, penularan belum bisa ditekan. Bahkan positivity rate corona harian pernah mencapai nyaris 30 persen, padahal ambang batas WHO di bawah 5 persen.
Berikut data lengkapnya:
Jadi berdasarkan data ini, PSBB ketat lebih efektif menekan kasus dibanding PPKM yang dijalankan pemerintah pusat.