Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.97.0
Datangi Sukabumi, Dedi Mulyadi Ingin Selamatkan Hajat Hidup Buruh Tani
2 Maret 2018 19:13 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
![Dedi Mulyadi sambangi buruh tani di Sukabumi. (Foto: Dok. Humas Dedi Mulyadi)](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1519992504/v9iogpdmjzppuehs9ene.jpg)
ADVERTISEMENT
Cawagub Jabar Dedi Mulyadi melakukan 'kukurusukan' atau blusukan mengunjungi Kampung Cipancur, Desa Padaansih, Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi. Dalam kunjungannya tersebut, ia sempat berdialog dengan para buruh tani setempat, salah satunya adalah Yayah (49).
ADVERTISEMENT
Yayah bercerita, untuk satu kali panen, ia hanya mendapatkan upah 10 persen saja. Artinya, dari 10 kilogram hasil panen, ia hanya bisa mendapatkan 1 kilogram.
"Kalau di sini mah kecil Pak, kita dapat 1 kilogram dari 10 kilogram hasil panen," keluh Yayah kepada Dedi, dalam keterangan tertulis, Jumat (2/3).
Menurut Dedi, kecilnya nilai bagi hasil mencerminkan tingginya nilai jual hasil tani di sebuah daerah. Hal tersebut, disebabkan oleh lahan pertanian yang semakin sempit. Namun, Dedi juga menyebutkan, ada beberapa daerah yang nilai upahnya lebih besar, seperti di Purwakarta, Subang, dan Indramayu yang perbandingan upahnya mencapai 1:6.
"Ini akibat lahan pertanian makin sempit, makanya nilai padi menjadi mahal. Imbasnya, bagi hasil kepada buruh tani makin kecil," kata Dedi.
ADVERTISEMENT
![Dedi Mulyadi sambangi buruh tani di Sukabumi. (Foto: Dok. Humas Dedi Mulyadi)](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1519992504/mfn14tj7nmw2tnd2owlk.jpg)
Mantan Bupati Purwakarta ini mengaku, untuk menanggulangi hal tersebut, ia menerapkan prinsip Marhaenisme. Dengan prinsip tersebut, ia berhasil mencetak lahan-lahan sawah baru dan meningkatkan produksi padi di Purwakarta hingga surplus 20 ribu ton bersa.
Selain itu, menurutnya, pemerintah juga harus membeli sawah-sawah milik tuan tanah agar pengelolaannya bisa diserahkan kepada masyarakat setempat secara penuh. Cara ini, ia percaya bisa menyelamatkan hajat hidup buruh tani di daerah.
"Seluruh lahan sawah tersebut menjadi sawah abadi di Jawa Barat. Lahan-lahan itu harus terselamatkan, makanya harus dibeli oleh pemerintah untuk memperbaiki hajat hidup buruh tani," tegasnya.
Selain berfungsi untuk menjaga ketersediaan pangan di Jawa Barat, lahan-lahan sawah ini menurut Dedi juga bisa dikembangkan sebagai salah satu objek wisata edukasi.
ADVERTISEMENT
"Bisa juga jadi wisata edukatif untuk anak-anak. Sehingga anak-anak kita diajarkan bertani sejak dini," pungkasnya.