Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Debat antara cawapres nomor urut 01 Ma’ruf Amin dan cawapres nomor urut 02 Sandiaga Uno bermula dan berakhir di Holten Sultan, Jakarta, Minggu (17/3). Usai debat berdurasi 90 menit itu, kubu Ma’ruf dan Sandiaga saling mengklaim jagoannya yang memenangkan debat tersebut.
ADVERTISEMENT
Memang, dalam politik segala hal bisa sangat cair dan relatif. Termasuk dalam Debat Pilpres 2019 yang merupakan perkara tafsir. Setiap orang bebas menilai dan menghakimi siapa yang paling unggul.
Meski demikian, jalannya debat juga memungkinan untuk dibaca secara lebih ketat. Caranya dengan menempatkan perdebatan itu sebagai satuan matematis. Yakni dengan cara mengolah transkrip debat menjadi data yang menarik.
Salah satu data yang dihasilkan misalnya tentang jumlah kata yang diucap Ma’ruf dan Sandi. Usai dihitung, keduanya ternyata memproduksi 7.090 kata atau 41.649 huruf selama debat berlangsung.
Dengan mengetahui berapa total kata yang terucap, ada lebih banyak hal yang bisa digali. Seperti halnya untuk menjawab pertanyaan semacam ini: ‘Siapa sih yang lebih banyak bicara di debat ketiga, Ma’ruf atau Sandi?’
ADVERTISEMENT
Sandi yang Lebih banyak Bicara
Berdasarkan olah data yang dilakukan, Sandi tercatat lebih banyak berbicara. Paling tidak, definisi ‘berbicara’ di sini adalah jumlah kata atau huruf yang keluar dari mulutnya.
kumparan lalu mencatat bahwa Sandi mengucapkan 4.271 kata atau 25.089 karakter sepanjang debat. Secara matematis, Sandi mengungguli jumlah kata yang diucap Ma’ruf sebanyak 2.819 kata atau 16.560 karakter.
Jika dibuat presentase jumlah kata sepanjang debat, Sandi memiliki 60,24 persen porsi berbicara. Sedangkan Ma’ruf sisanya, yakni memiliki 39,76 persen.
Porsi Sandi yang lebih banyak bicara itu juga merata di 6 segmen debat. Mulai dari segmen visi-misi, tematik, hingga penutup. Ma’ruf jelas tertinggal dari Sandi soal perkara tersebut.
ADVERTISEMENT
Namun mesti diingat, banyak kata yang terucap tak berarti berbanding lurus dengan kualitas pernyataan itu sendiri. Hal ini karena debat adalah soal adu gagasan, bukan soal adu banyaknya jumlah kata yang terucap.
Ma'ruf yang Lebih Kaya Kosa Kata
Bukan hanya soal jumlah kata yang terucap, olah transkrip juga dapat menghasilkan data mengenai kata unik. Kosa kata unik itu sendiri digunakan untuk mengukur sejauh mana seseorang itu memiliki kata kunci eksklusif sepanjang ia berbicara.
Semakin banyak seseorang memiliki kosa kata unik, artinya seseorang itu memiliki kosa kata yang lebih kaya. Hal ini berarti seseorang itu tidak mengucapkan sesuatu secara monoton dan berulang-ulang.
Sebagai contoh, pernyataan ‘Satu apel satu hari baik untuk kesehatan’ terdiri dari tujuh kata. Namun kata unik dari pernyataan itu jumlahnya enam kata. Hal ini terjadi lantaran kata ‘satu’ terdapat dua kali dalam pernyataan tersebut.
ADVERTISEMENT
Dalam debat ketiga ini, kumparan mencatat Sandi lebih banyak memiliki kata unik dibanding Ma'ruf. Namun, jumlah kata unik yang dimilikinya itu sebetulnya kalah secara rasio dengan Ma'ruf. Artinya, Ma'ruf lebih kreatif dalam memunculkan kosa kata baru selama debat berlangsung.
Ma’ruf sendiri memiliki 623 kata unik dari 1.357 frasa miliknya. Sementara Sandi memiliki 833 kata unik dari 2.204 frasa yang diucapnya. Secara rasio, Ma'ruf memiliki rasio kata unik sebesar 45,91 persen, sedangkan Sandi 37,79 persen
Ma’ruf dan kata ‘upaya’ miliknya
Selama debat, Ma’ruf paling banyak mengucap kata ‘upaya’. Sedangkan Sandi paling sering mengucap kata ‘anak’. Konteks ucapan keduanya terkait dengan debat yang bertemakan pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, sosial dan budaya.
ADVERTISEMENT
“Pemerintah selama 4 tahun menurunkan stunting sampai 7% dari 37 menjadi 30% karena itu perlu ada upaya upaya lebih intensif,” kata Ma’ruf saat berbicara soal kesehatan.
“Pada satu saat kita harus berpihak kalau ada lowongan tenaga kerja berikanlah kepada tenaga kerja anak-anak negeri kita sendiri, jangan sampai mereka disingkirkan dan terasing karena adanya tenaga kerja asing,” ujar Sandi soal ketenagakerjaan.
Secara berturut-turut, Ma'ruf paling sering mengucap kata 'upaya', 'karena itu', 'kerja', 'dana', hingga 'pendidikan'. Sementara Sandi paling sering mengucap kata 'anak', 'kerja', 'indonesia', 'muda', hingga 'prabowo'.
Kosa kata Ma'ruf:
Kosa kata Sandi:
Saya, kami dan kita
Baik Ma’ruf maupun Sandi cenderung memilih kata ‘kita’ saat menyampaikan gagasannya. Ma’ruf menyebut kata itu sebanyak 76 kali, sedangkan Sandi sebanyak 173 kali.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Ma’ruf menggunakan kata ‘saya’ sebanyak 18 kali, sedangkan Sandi sebanyak 50 kali. Kata ‘Kami’ digunakan Ma’ruf sebanyak 40 kali, sementara Sandi menggunakannya 51 kali.
Sandiaga dan narsisme
Olah transkrip menunjukkan Sandiaga sangat percaya diri dengan menyebut namanya sendiri. Hal ini berbanding terbalik dengan Ma’ruf yang cenderung untuk tidak menyebut namanya.
Konteks ucapan Ma’ruf dan Sandi itu terkait dengan janjinya dalam menuntaskan masalah bangsa. Keduanya sama-sama meyakinkan pemilih bahwa mereka adalah yang terbaik. Yang membedakan hanya jumlah penyebutannya, yakni Sandi lebih banyak ketimbang Ma’ruf. Atau dengan kata lain, Sandi lebih narsis dibandingkan Ma'ruf.
Sandi tercatat menyebut namanya sebanyak 28 kali, serta menyebut nama capresnya, yakni Prabowo, sebanyak 28 kali.
ADVERTISEMENT
“Di bawah Prabowo-Sandi, kita akan seimbangkan pembangunan manusia dan budaya juga harus menjadi prioritas pembangunan Prabowo-Sandi,” kata Sandi.
Sementara itu, Ma'ruf tercatat hanya menyebut namanya sebanyak 3 kali, serta menyebut nama capresnya, Jokowi, sebanyak 8 kali.
“Jokowi-JK telah melakukan banyak hal tetapi kerja belum selesai. Karena itu, kami Jokowi-Ma’ruf akan melanjutkan ikhtiar itu untuk membangun dan melindungi segenap bangsa Indonesia,” ucap Ma’ruf.