Debat Pilwalkot Yogya: Satu Kampung Satu Bidan hingga Satu RW Rp 100 Juta

8 November 2024 21:14 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana debat publik pertama Pilwalkot Yogyakarta di Hotel Tara Yogyakarta, Jumat (8/11) malam. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suasana debat publik pertama Pilwalkot Yogyakarta di Hotel Tara Yogyakarta, Jumat (8/11) malam. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
ADVERTISEMENT
Debat publik pertama Pilwalkot Yogyakarta digelar di Hotel Tara Yogyakarta, Jumat (8/11) malam. Tiga paslon pun menyampaikan sejumlah programnya.
ADVERTISEMENT
Pada debat perdana tema debat yang diusung adalah tata kelola kota yang inklusif dan menyejahterakan.
Satu Kampung Satu Bidan
Paslon nomor urut 2 Hasto Wardoyo-Wawan Harmawan dalam paparannya sempat menyinggung soal program satu kampung satu bidan.
"Saya melihat di trotoar di Jalan Pasar Kembang ramai sekali tapi sulit sekali (untuk difabel). Saya melihat di lorong ada orang tua yang stroke, saya bayangkan dia mau ke Puskesmas saja dia tidak bisa karena lorong terlalu sempit alat transportasi juga tidak memadai," kata Hasto.
"Oleh karena itu kami menghadirkan layanan satu kampung satu bidan itu salah satunya untuk menjangkau negara atau pemerintah hadir ke rumah-rumah," katanya.
Kelompok Belajar Bisnis
Sementara itu, paslon nomor urut 1 adalah Heroe Poerwadi-Sri Widya Supena menyampaikan salah satu program unggulannya adalah kelompok belajar bisnis di kampung-kampung.
ADVERTISEMENT
"Jadi untuk pengembangan kampung kita ingin melibatkan anak muda untuk menguatkan branding dan marketing kampung," kata Supena.
"Program konkretnya adalah setiap kampung itu punya produk, kuliner, atau jasa nah bagaimana kemudian kita bikin kelompok-kelompok pemuda sering kita menyebutnya inkubator atau kelompok belajar bisnis bersama," katanya.
Kelompok bisnis bersama itu akan menajamkan branding dan marketing kampung.
Satu RW Rp 100 Juta
Paslon nomor urut 3 Muhammad Afnan Hadikusumo-Singgih Raharjo mengatakan setiap kampung di Kota Yogyakarta memiliki karakteristik tradisi masing-masing. Ini tidak bisa dipaksakan untuk sama.
"Sehingga kami melihat bahwa di tiap kampung, bahkan di tiap RW perlu ada pembiayaan yang cukup untuk mengembangkan karakteristik masing-masing," kata Afnan.
"Maka kami pasangan 03, ini menggulirkan alokasi anggaran RW, Rp 100 juta per RW per tahun," lanjut Afnan.
ADVERTISEMENT