Dede Yusuf Curhat PPDB: WA Masuk Bertubi-tubi Minta Masuk Sekolah Favorit

19 Juni 2024 12:07 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Komisi IX DPR Dede Yusuf Foto: Kelik Wahyu Nugroho/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Komisi IX DPR Dede Yusuf Foto: Kelik Wahyu Nugroho/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) kembali menuai polemik. Wakil Ketua Komisi X Dede Yusuf pun menyoroti kekhawatiran orang tua murid yang takut anaknya tidak bisa masuk ke sekolah favorit.
ADVERTISEMENT
“PPDB lagi ramai-ramainya ini sudah masuk WhatsApp, SMS, bertubi-tubi yang minta tolong agar masuk ke sekolah-sekolah favorit,” kata Dede Yusuf, dalam RDP Panja pembiayaan pendidikan Komisi X DPR RI bersama Kemendikbudristek, Kemendagri, Kemenkeu, dan Bappenas, Rabu (19/6).
Dede mengatakan, Menurutnya, stigma sekolah favorit ini harus dihapuskan. Tujuannya, agar seluruh sekolah memiliki kualitas pendidikan yang merata.
“Padahal ide kita adalah dari dulu adalah sekolah favorit harus dikurangi sehingga bisa merata,” katanya.
Sistem sekolah favorit ini membuat orang tua murid berlomba-lomba memasukkan anaknya ke sekolah-sekolah tersebut. Bahkan, ada yang rela membayar uang hingga jutaan rupiah.
Rapat Kerja Komisi X dengan Mendikbudristek RI, Nadiem Makarim, soal UKT Mahal di Ruang Sidang Komisi X DPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa (21/5/2024). Foto: Zamachsyari/kumparan
Untuk menghapus stigma ini, sebenarnya Kemendikbudristek sudah membuat PPDB dengan sistem zonasi. Namun sistem ini justru menimbulkan polemik lain, di antaranya tidak meratanya jumlah sekolah dengan jumlah penduduk yang ada.
ADVERTISEMENT
Salah satunya di Jawa Tengah. Bahkan, Ombudsman RI menerima 10 aduan tentang permasalahan dalam masa pendaftaran Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Jawa Tengah 2024. Antara lain karena masalah zonasi, siswa miskin, aplikasi hingga seragam sekolah.
Hingga saat ini, rapat masih berlangsung.