Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.99.1
4 Ramadhan 1446 HSelasa, 04 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45

ADVERTISEMENT
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi buka suara soal bencana banjir dan longsor yang melanda kawasan Kabupaten Bogor akibat hujan lebat yang terjadi pada Minggu (2/3).
ADVERTISEMENT
Dia menilai, kawasan Bogor terutama Puncak yang semestinya menjadi daerah resapan air telah beralih fungsi menjadi kawasan industri pariwisata, sehingga pada taraf tertentu, itu mengurangi daya resap air kawasan tersebut sehingga menimbulkan bencana hidrometeorologi.
Untuk itu, dia pun berencana untuk melakukan evaluasi ke kawasan area-area rekreasi tersebut, termasuk yang dimiliki oleh swasta. Sebab, dari informasi yang dapat dari Bupati Bogor Rudy Sismanto, alih fungsi lahan sebagai kawasan rekreasi itu telah memicu banjir. Salah satunya, oleh BUMD Jawa Barat, PT Jaswita.
“Saya ngomong terus terang saja. Di situ kan ada Jaswita. Jaswita itu membangun sarana rekreasi di Puncak. Berdasarkan keterangan dari Bupati Bogor, ada salah satu pionnya, kubahnya, atau apa namanya ya, itu kemudian terjatuh masuk ke sungai, kemudian menyumbat dan kemudian menjadi luapan air,” kata Dedi saat ditemui wartawan usai rapat di DPRD Jabar, Senin (3/3).
ADVERTISEMENT
“Nah, ini yang harus segera dilihat dan dibenahi,” lanjut dia.
Dedi mengatakan, dalam waktu dekat dia bakal melakukan inspeksi bersama Menteri Lingkungan Hidup ke kawasan tersebut. Temuan hasil inspeksi itu nantinya akan menjadi bahan bagi Gubernur Jawa Barat itu mengambil keputusan-keputusan penting terkait masalah bencana ini.
“Kalau areal itu ternyata mengurangi daya resapan air dan menimbulkan bencana, enggak ada masalah kok dievaluasi, termasuk swasta juga harus berani evaluasi,” ujarnya.
“Mana yang mesti lebih didahulukan, keselamatan warga atau hanya sekadar kesenangan beberapa orang? Keselamatan warga lebih utama dari apa pun,” tambahnya.
Masih terkait bencana, lebih lanjut, Dedi mengungkap, pihaknya punya rencana mengalokasikan anggaran secara khusus guna merespons bencana alam di Jawa Barat. Dengan langkah itu, dia berharap penanganan atas bencana dapat diurus hingga ke akar. Tak semata berhenti pada penyaluran bantuan yang insidental.
ADVERTISEMENT
“Peraturan gubernur untuk yang merealokasi anggaran itu, termasuk salah satunya adalah merespons peristiwa yang terjadi di masyarakat. Banjir di Karangligar belum selesai-selesai dari dulu, banjir di Dayeuhkolot, banjir di Kota Bandung, kemudian di Garut, dan di Bogor hari ini,” ucapnya.
“Kan perlu realokasi untuk membelanjakan berdasarkan kebutuhan-kebutuhan publik. Karena kebanyakan penanganan bencana kita ini, cukup dengan membagi sembako,” imbuh dia.
Sementara itu, berdasarkan data sementara BPBD Jawa Barat, sebanyak 28 desa dan 16 kecamatan yang terdampak bencana di Kabupaten Bogor.
Hujan dengan intensitas tinggi disertai angin yang berlangsung cukup lama pada Minggu (2/3), disebut telah memicu kadar air dalam tanah dan debit air di hulu sungai meningkat, hingga berujung bencana. Selain banjir, tercatat juga situasi kedaruratan seperti pohon tumbang hingga orang hanyut.
ADVERTISEMENT
Orang yang hanyut itu diketahui adalah Asep Mulyana (55), warga Cisarua, Kabupaten Bogor. Ia telah ditemukan oleh tim gabungan dari kepolisian, TNI, Damkar, dan relawan di kawasan sekitar bendungan Ciawi, Kecamatan Megamendung, dalam keadaan tewas tertutup lumpur, dan telah dimakamkan pada Senin (3/3).