Demi Harmonisasi Budaya, Ada Nama Sunda di Jalanan Surabaya

3 Februari 2019 18:34 WIB
clock
Diperbarui 21 Maret 2019 0:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jalan Gunungsari, Surabaya. Foto: Dok. Google Maps
zoom-in-whitePerbesar
Jalan Gunungsari, Surabaya. Foto: Dok. Google Maps
ADVERTISEMENT
Gubernur Jawa Timur Soekarwo meresmikan pengubahan Jalan Gunungsari di Kecamatan Dukuh Pakis, Surabaya, menjadi Jalan Prabu Siliwangi dan Jalan Dinoyo di Kecamatan Keputraan menjadi Jalan Sunda. Peresmian pengubahan nama jalan itu berbarengan dengan peletakan batu pertama pembangunan monumen perjuangan Mas Trip, Surabaya, Minggu (3/2). Soekarwo mengatakan pengubahan nama jalan ini dilakukan sebagai bentuk harmonisasi dan rekonsiliasi antara budaya Jawa dan Sunda. Dua daerah itu diangggap memiliki konflik berkepanjangan akibat Perang Bubat pada masa Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Sunda abad ke-12. Menurut Soekarwo, hingga kini banyak batas-batas yang membendung hubungan antara masyarakat Jawa dan Sunda, misal mitos larangan pernikahan Jawa dan Sunda.
Soekarwo, Gubernur Jawa Timur Foto: Intan Alfitry Novian/kumparan
ADVERTISEMENT
"Jalan adalah manifest contoh kecil dari harmonisasi budaya, 601 tahun konflik budaya Sunda dan Majapahit karena Perang Bubat," kata Soekarwo. Rencana pengubahan nama jalan itu ditolak oleh beberapa komunitas pemerhati sejarah, seperti Roodebrug, Kampung Dolanan Kedung Klinter, Laskar Surabaya, Surabaya Heritage Society, Sjarikat Poesaka Soerabaia, Relawan Peduli Sejarah Surabaya, dan keluarga pejuang TRIP (Tentara Republik Indonesia Pelajar). Bahkan sekelompok orang yang menamakan diri Gerakan Peduli Rakyat Suroboyo menggelar aksi penolakan pengubahan nama dua jalan di Kota Surabaya itu. Yanto Baanteng, salah satu koordinator aksi, mengatakan dengan diubahnya nama Jalan Gunungsari dan Jalan Dinoyo sama saja melupakan sejarah perjuangan para pahlawan di masa kemerdekaan. Menurut Yanto pada zaman kemerdekaan, Jalan Gunungsari merupakan saksi bisu rangkaian pertempuran 10 November 1945 melawan sekutu. Jika nama jalan itu diubah, dikhawatirkan akan mengaburkan fakta sejarah zaman kemerdekaan. "Inisiasi dengan alasan harmonisasi kebudayaan, realitasnya tidak ada hubungannya dengan nama jalan. Karena penggantian nama jalan bentuk pemaksaan" ujar Yanto.
Jalan Dinoyo, Surabaya. Foto: Dok. Google Maps
ADVERTISEMENT
Adapun panjang Jalan Gunungsari (yang diubah menjadi Jalan Prabu Siliwangi) mencapai 600 meter. Sedangkan Jalan Dinoyo (yang diubah menjadi Jalan Sunda) panjangnya hanya 300 meter. Pengubahan nama dua jalan itu memakan proses yang panjang. Usulan pengubahan nama jalan itu muncul dari Soekarwo pada Maret tahun kemarin. Dia kemudian meminta Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dan DPRD Surabaya membentuk panitia khusus. Berbagai aspek dipertimbangkan, mulai dari administrasi warga yang tinggal di daerah sekitar sampai sisi historis.