Demi Ratusan Ribu Rupiah Rela Dipindai Matanya di Worldcoin Bekasi

5 Mei 2025 13:23 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penampakan ruko tempat Worldcoin yang sempat beroperasi, kini tertutup rapat tak ada aktivitas, Bekasi Timur, Senin (5/5/2025). Foto: Thomas Bosco/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Penampakan ruko tempat Worldcoin yang sempat beroperasi, kini tertutup rapat tak ada aktivitas, Bekasi Timur, Senin (5/5/2025). Foto: Thomas Bosco/kumparan
ADVERTISEMENT
Pagi ini, Leona (34) sambil membonceng ibu dan anaknya, mendatangi sebuah ruko bercat hitam bertuliskan 'world', di Jalan Ir H Juanda, Bekasi Timur. Namun ia kecewa, lantaran ruko tersebut sudah ditutup.
ADVERTISEMENT
"Saya mau cairin punya ibu," ujarnya sambil menunjuk sosok lansia yang duduk di paling belakang jok motor depan halaman ruko, Senin (5/5).
Ruko itu bukan tempat belanja atau layanan kesehatan, tapi lokasi pendaftaran Worldcoin—proyek kripto berbasis biometrik yang menawarkan imbalan uang usai memindai wajah.
Tempat itu kini tutup. Rolling door-nya rapat. Tak ada papan pengumuman, tak ada notifikasi resmi di aplikasi yang dipakai pengguna sebagai bukti pencairan.
Leona (34), warga Bekasi Timur yang datang ke Ruko Worldcoin di Jalan Insiyur H Juanda, yang telah tutup membonceng anak dan ibunya, Senin (5/5/2025). Foto: Thomas Bosco/kumparan
Leona mengaku awalnya ragu ikut-ikutan program 'uang kaget' Worldcoin. Sebab ia diminta melakukan pemindaian mata dan mengizinkan akses ke file manager di ponsel.
Tapi karena teman dekatnya sudah dua kali berhasil menerima uang, ia pun ikut mencoba.
"Awalnya curiga. Tapi temen udah dua kali cair. Akhirnya saya percaya. Enggak ada tugas dikasih katanya," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Setelah ikutan, dia mengaku sudah berhasil mendapatkan uang yang dikirim ke dompet digital senilai Rp 240 ribu. Di rumahnya, tak hanya dia yang berhasil mendapat keuntungan bebas modal itu dari Worldcoin.
“Saya cair 240 ribu, suami saya 200 ribu, mertua 180 ribu,” ujarnya.
Selain Leona, beberapa warga masih berdatangan, berharap giliran mereka mendapatkan ratusan ribu rupiah seperti yang dikabarkan tetangga atau saudara.
Penampakan ruko tempat Worldcoin yang sempat beroperasi, kini tertutup rapat tak ada aktivitas, Bekasi Timur, Senin (5/5/2025). Foto: Thomas Bosco/kumparan
Nuhyadi (50) misalnya, warga Tambun. Ia baru hendak mendaftar hari itu. Menurutnya, sudah banyak teman-temannya yang mengeklaim insentif dari Worldcoin.
Dengan empat anak dan pekerjaan yang tak menentu—kadang ngojek, kadang serabutan—ia merasa tawaran ini terlalu menggiurkan untuk dilewatkan.
"Temen-temen udah dapet. Saya baru mau coba," ujarnya singkat saat datang dengan sepeda motor bebeknya.
ADVERTISEMENT
Darinya diketahui, Worldcoin memberikan insentif setiap bulan selama setahun. Pencairannya mudah, cukup mendownload aplikasi, mengisi informasi seperti email dan memilih opsi melakukan klaim.
Setelahnya mereka akan diarahkan untuk ke gerai Worldcoin terdekat untuk melakukan scan wajah, dari sana cukup menunggu 24 jam untuk mendapatkan uangnya.
Adapun berdasarkan informasi sekitar, ruko itu sebenarnya baru mulai beroperasi pada 26 April 2025. Tutup sejak Minggu (4/5).
“Baru jalan sepuluh hari. Yang paling jauh ada yang dari Karawang,” kata seorang juru parkir, Robinson, yang tiap hari berjaga di sana. Buka dari jam 08.00 WIB sampai sekitar jam 22.00 WIB.
Warga sekitar menyebut ruko Worldcoin tak hanya ada di situ. Lokasi serupa juga mereka dengar ada di Rawa Lumbu dan Depok. Semuanya ramai didatangi orang-orang yang ingin memindai biometrik dan mengincar bayaran.
ADVERTISEMENT
Kini, ruko itu tutup, tapi minat warga untuk dipindai retina demi mendapat rupiah masih menyala. Demi rupiah warga rela didata tanpa tahu akan diapakan data diri mereka.
Komdigi Setop Operasi Worldcoin
Penampakan aplikasi World. Foto: Syawal Febrian Darisman/kumparan
Kementerian Komunikasi dan Digital membekukan sementara operasi Tanda Daftar Penyelenggara Sistem Elektronik (TDPSE) layanan Worldcoin dan WorldID.
Worldcoin dan WorldID tengah menjadi perbincangan usai seorang warga Bekasi mengaku menerima bayaran Rp 800 ribu usai data retinanya direkam.
"Pembekuan ini merupakan langkah preventif untuk mencegah potensi risiko terhadap masyarakat. Kami juga akan memanggil PT. Terang Bulan Abadi untuk klarifikasi resmi dalam waktu dekat,” kata Direktur Jenderal Pengawasan Ruang Digital Komdigi, Alexander Sabar, dalam keterangan tertulis, Minggu (4/5).
PT Terang Bulan Abadi ternyata tidak terdaftar sebagai Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE). Perusahaan itu tidak memiliki TDPSE yang diwajibkan oleh undang-undang.
ADVERTISEMENT