Demo Anarkistis Tolak Reformasi Pensiun di Prancis: Balai Kota Bordeaux Dibakar

24 Maret 2023 11:38 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Poster dengan potret Presiden Prancis Emmanuel Macron dan slogan "49.3, karena ini proyek saya" terlihat di dekat stasiun kereta api ketika para pekerja Prancis unjuk rasa. Foto: Eric Gaillard/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Poster dengan potret Presiden Prancis Emmanuel Macron dan slogan "49.3, karena ini proyek saya" terlihat di dekat stasiun kereta api ketika para pekerja Prancis unjuk rasa. Foto: Eric Gaillard/REUTERS
ADVERTISEMENT
Aksi mogok kerja massal dan demo menentang reformasi usia pensiun di Prancis berubah menjadi anarkistis.
ADVERTISEMENT
Terbaru, pintu depan balai kota di Bordeaux dibakar pada Kamis (23/3) malam waktu setempat, setelah berlangsungnya protes serta bentrokan antara demonstran dan aparat keamanan selama seharian penuh.
Dikutip dari BBC, terbakarnya objek vital nasional itu merupakan tindak lanjut dari bentuk amarah warga yang menentang batas usia kenaikan pensiun dari 62 tahun menjadi 64 tahun sejak beberapa pekan terakhir.
Menurut data Kementerian Dalam Negeri Prancis, sedikitnya satu juta orang turun ke jalan di penjuru negeri pada aksi protes terbaru — sebanyak 119.000 di antaranya berdemo di Kota Paris.
Hingga berita ini dirilis, belum diketahui siapa yang bertanggung jawab maupun jumlah kerusakan yang diakibatkan oleh pembakaran ini.
Petugas pemadam kebakaran di satu sisi dengan cepat memadamkan kobaran api di area yang padat dilalui orang itu, sementara video terbakarnya balai kota Bordeaux beredar luas di media sosial.
ADVERTISEMENT
Demonstrasi besar-besaran yang kerap melibatkan kekerasan terjadi di Kota Paris.
Menurut laporan Reuters, aksi protes dan mogok kerja pada umumnya berlangsung damai, tetapi terkadang diwarnai bentrokan antara polisi dan demonstran bermasker yang bertindak anarkistis.
Contohnya, seperti menghancurkan jendela-jendela toko, fasilitas sipil, serta menyerang restoran cepat saji McDonald’s.
Selain itu, Associated Press juga melaporkan bahwa polisi telah menembakkan gas air mata serta meriam air ke arah para pengunjuk rasa — sebaliknya, para polisi ini dilempari berbagai benda dan kembang api oleh demonstran.
Mereka mengaku kecewa dan marah atas kebijakan yang diambil oleh pemerintahan Presiden Emmanuel Macron.
Para demonstran menilai, kebijakan itu justru bertentangan dengan nilai demokrasi dan mereka sudah muak, dipicu oleh kenaikan biaya hidup serta meroketnya inflasi.
ADVERTISEMENT
Polisi berjaga saat bentrokan dengan pengunjuk rasa demonstrasi menentang rencana reformasi pensiun Paris, Prancis. Foto: Benoit Tessier/REUTERS
Dengan harapan aspirasi mereka dapat didengar dan reformasi pensiun itu dibatalkan, para demonstran yang meliputi berbagai serikat pekerja di Prancis ini kemudian mengerahkan serangkaian aksi protes hingga menimbulkan kekacauan baru.
“Hanya dengan melakukan protes, kami dapat membuat suara kami didengar karena semua cara lain — tidak memungkinkan kami untuk membatalkan reformasi ini,” kata salah seorang demonstran lainnya kepada AFP.
Imbasnya, 80 orang yang dinilai perusuh ditangkap di penjuru Prancis, 33 orang di antaranya ditangkap di Kota Paris.

Dampak Mogok Kerja

Aksi protes dan mogok kerja ini pun berdampak secara signifikan di berbagai sektor — mengganggu jadwal kereta api, menghambat produksi kilang minyak, menutup sekolah-sekolah, serta mengurangi jumlah pekerja di Bandara Charles de Gaulle.
ADVERTISEMENT
Selain di Kota Paris, bentrokan serupa juga terjadi di kota-kota lainnya seperti Nantes, Rennes, dan Lorient.
Seorang pekerja yang mogok mengenakan rompi serikat pekerja CGT memegang suar saat dia berdiri di rel kereta api untuk memblokir kereta kecepatan tinggi TGV selama demonstrasi. Foto: Eric Gaillard/REUTERS
Serikat pekerja dan kelompok sayap kiri telah menganggap serangkaian aksi protes ini sebagai sebuah kesuksesan — tetapi, ke mana arah situasi setelahnya masih menjadi pertanyaan besar.
Pemerintah, pada saat bersamaan, berharap akan adanya momentum yang dapat mendorong orang-orang menjauh dari protes — semisal akibat meningkatnya ledakan kekerasan.
Namun, sejauh ini momentum tersebut belum terlihat, justru angka demonstran kian meningkat dan bentrokan semakin sering dilaporkan.
Sejak Januari 2023, tercatat sudah terjadi sembilan hari protes dan itu belum cukup — serikat pekerja Prancis telah menyerukan diadakannya hari ke-10 pada Selasa (28/3) depan.
Tak cuma itu, para petugas kebersihan di Paris yang memulai aksi mogok kerja sejak Senin (6/3) lalu, telah berencana memperpanjang aksi tersebut hingga Senin (27/3) depan.
ADVERTISEMENT

Kota Paris yang Mewah Jadi Penuh Sampah

Absennya para petugas kebersihan ini sekaligus mengubah pemandangan Kota Paris yang elegan dan mewah menjadi penuh dengan sampah di sisi-sisi jalan.
Sebagian besar dari sampah tersebut bahkan mengeluarkan bau tidak sedap dan membuat jalanan menjadi kumuh.
Pemandangan jalan tempat tong sampah meluap, karena sampah belum terkumpul, di Paris, Prancis 13 Maret 2023. REUTERS/Benoit Tessier Foto: Benoit Tessier/Reuters
Padahal, Raja Inggris Charles III berencana untuk mengunjungi Prancis pada pekan depan — mengunjungi Kota Bordeaux termasuk dalam rencana perjalanan pertamanya ke Prancis sebagai raja.
Lebih lanjut, kerusuhan berkepanjangan di Prancis terjadi menyusul keputusan pemerintah untuk mengesahkan RUU menaikkan usia pensiun melalui majelis rendah parlemen — di mana mereka tidak memiliki mayoritas absolut.
Selama ini, Macron selalu membela langkah yang diambil pemerintahannya — terlepas dari kecaman dan amarah publik yang tak kunjung reda.
ADVERTISEMENT
Macron menilai, reformasi itu adalah sebuah keharusan. Pernyataan ini pun didukung oleh Perdana Menteri Prancis, Élisabeth Borne, yang berargumen bahwa perubahan sangat penting dilakukan guna mencegah defisit besar dalam sistem perekonomian negara di masa depan.