Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Ribuan masyarakat Thailand menggelar aksi demonstrasi menuntut Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha mundur pada Selasa (17/11). Demo itu berakhir ricuh hingga menyebabkan 41 orang luka.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Reuters, Rabu (18/11), ribuan pendemo itu terlibat bentrok dengan polisi yang berjaga di depan Gedung Parlemen Thailand. Polisi bahkan sampai menembakkan gas air mata dan water cannon.
"Kami mencoba menghindari bentrokan," kata Wakil Kepala Polisi Bangkok, Piya Tavichai, dalam konferensi pers.
Tavichai menjelaskan, sebelum bentrokan pecah, mereka sudah mencoba mendorong massa keluar dari sekitar Gedung Parlemen. Namun massa melakukan perlawanan sehingga bentrokan tak terelakkan.
Sementara berdasarkan data Pusat Medis Erawan Bangkok, dari 41 orang yang luka 12 orang di antaranya akibat terkena gas air mata. Lalu lima orang mengalami luka tembak.
Terkait hal itu, Tavichai membantahnya. Sebab anggota kepolisian yang berjaga tidak dilengkapi dengan senjata api.
"Tapi kita menyelidiki siapa yang mungkin menggunakan senjata api," ucap dia.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, aksi demo di Thailand dipicu tuduhan kecurangan pemilu yang dilakukan Prayuth pada 2019 lalu. Demonstran menganggap monarki sudah melampaui batas dan terlalu dekat dengan militer sehingga berpotensi mengekang demokrasi.
Aksi yang dilakukan setiap hari ini awalnya dipimpin oleh mahasiswa. Mereka mendesak rancangan undang-undang baru, pembubaran parlemen, hingga reformasi kerajaan.
Sejauh ini, Prayuth menegaskan tidak akan mengundurkan diri. Ia juga menolak tuduhan pengunjuk rasa bahwa telah merekayasa kemenangan demi mempertahankan kekuasaan yang dia rebut dalam kudeta 2014.
***
Saksikan video menarik di bawah ini: