Demo di Bundaran UGM: Kampus Jangan Diam, Rektor UGM Mana?

1 Maret 2024 20:37 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aksi mencari 6 rektor dan 6 ketua BEM di Yogya yang berani tegakkan demokrasi di Bundaran UGM, Jumat (1/3/2024). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Aksi mencari 6 rektor dan 6 ketua BEM di Yogya yang berani tegakkan demokrasi di Bundaran UGM, Jumat (1/3/2024). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bertepatan dengan momentum peringatan Serangan Umum 1 Maret, sejumlah orang menggelar aksi di Bundaran UGM, Jumat (1/3).
ADVERTISEMENT
Menamai diri sebagai kelompok Dewe Yoben (sendiri tidak mengapa) mereka mencari 6 rektor dan 6 Ketua BEM di Yogyakarta yang berani menegakkan demokrasi di tengah kondisi proses pilpres yang diawali dengan pelanggaran konstitusi, rusaknya demokrasi, dan spirit reformasi anti-KKN yang tercederai.
"Kampus masih diam (dengan kondisi saat ini). Di sini kami mencari enam rektor pemberani sesuai enam jam di Yogyakarta (Peristiwa 6 jam di Yogya dalam Serangan Umum 1 Maret)," kata Koordinator Aksi Hendri Gundul ditemui di lokasi.
Pantauan kumparan, massa aksi juga membentangkan spanduk bertuliskan "Kampus Jangan Diam Rektor UGM Mana?". Ada pula spanduk "6 Jam di Jogja Cari Rektor Pemberani".
Selain itu ada pula aksi pantomim dengan tema "Surat cinta buat penguasa (dari si bisu buat si dungu)".
Aksi mencari 6 rektor dan 6 ketua BEM di Yogya yang berani tegakkan demokrasi di Bundaran UGM, Jumat (1/3/2024). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Hendri mengatakan ini adalah aksi keprihatinan. Bundaran UGM dipilih karena lokasi ini adalah tempat dimulainya reformasi pada 1998 silam.
ADVERTISEMENT
"Dulu reformasi berasal dari sini di Bundaran ini, tapi hari ini juga pemerintah itu notabene lahir dari UGM tapi hari ini pula negara ini yang rusak kita tahu orang-orang dari mana," katanya.
"Dan di sini lah, kampus ini sekarang ini (UGM) bisu, tidak bersuara sama sekali. Kita lihat dari proses-proses MK dari proses-proses apa pun bisu, mana, sehingga kita mencari enam rektor pemberani, enam BEM pemberani untuk menyuarakan suara rakyat," ujarnya.
Dia mengatakan kampus khususnya UGM merupakan sumber intelektualitas kini seperti sariawan.
"Tapi hari ini (kampus) sariawan, enggak ada suaranya. Sehingga sehingga masyarakat berteriak apa pun tidak bisa hanya si bisu lah yang menyuarakan ini kepada penguasa," jelasnya.
Melalui aksi pantomim ini diharapkan suara rakyat bisa didengar penguasa, termasuk UGM.
ADVERTISEMENT
"Dengan si bisu yang seorang diri ini mungkin mereka akan dengar dan juga kita lihat mungkin di sini di UGM ini rektor UGM akan dengar dan mungkin dia akan bersuara mengajak semua civitas academica untuk memulai gerakan ini, untuk menyuarakan supaya negeri ini kembali, jangan sampai negeri ini menjadi rusak," katanya.