Demo Pemakzulan ala Korsel: Diiringi Lagu K-Pop hingga Bagi-bagi Makanan Gratis

12 Desember 2024 19:41 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Demonstran dari kelompok buruh mengambil bagian dalam protes yang menyerukan penggulingan Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol di luar Balai Kota di Seoul, Korea Selatan, Kamis (12/12/2024). Foto: ANTHONY WALLACE / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Demonstran dari kelompok buruh mengambil bagian dalam protes yang menyerukan penggulingan Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol di luar Balai Kota di Seoul, Korea Selatan, Kamis (12/12/2024). Foto: ANTHONY WALLACE / AFP
ADVERTISEMENT
Suasana protes di Korea Selatan tampak berbeda dari demonstrasi pada umumnya.
ADVERTISEMENT
Dengan tongkat cahaya warna-warni, lagu-lagu K-pop, hingga makanan gratis untuk para peserta, aksi yang menyerukan pengunduran diri Presiden Yoon Suk-yeol ini mencerminkan kreativitas dan solidaritas warga Korsel.
Setelah Presiden Yoon mengumumkan darurat militer pekan lalu, protes meletus di berbagai sudut Seoul hingga hari ini.
Demonstrasi tak hanya menampilkan tuntutan serius, tapi juga elemen budaya pop yang menghibur dan unik.

K-Pop Jadi Suara Perlawanan

Demonstran dari kelompok buruh mengambil bagian dalam protes yang menyerukan penggulingan Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol di luar Balai Kota di Seoul, Korea Selatan, Kamis (12/12/2024). Foto: ANTHONY WALLACE / AFP
Di tengah dinginnya udara malam Seoul, para demonstran menyanyikan lagu-lagu K-pop yang sudah diaransemen ulang untuk menyuarakan tuntutan mereka.
Di salah satu aksi, lagu “Whiplash” dari aespa menggema di udara, dengan para pengunjuk rasa muda bersorak sambil melompat: “Dakwa Yoon Suk Yeol!”
Lagu-lagu ikonik seperti “Into the New World” dari Girls’ Generation juga menjadi simbol harapan. Lagu debut girl group populer ini pertama kali menjadi anthem protes saat gerakan melawan Presiden Park Geun-hye pada 2016–2017.
ADVERTISEMENT
Kini, lagu tersebut kembali menggema sebagai tanda perlawanan generasi baru.
Menurut profesor ilmu politik dari Universitas Nasional Seoul, Kang Won-taek, elemen budaya K-pop seperti lightstick dan fandom memberi dimensi baru pada protes ini.
“Budaya ini mencerminkan kesenangan sekaligus partisipasi aktif generasi muda dalam gerakan demokrasi,” ujarnya seperti diberitakan AFP.

Lagu Natal dan Nostalgia Sekolah

Demonstran dari kelompok buruh mengambil bagian dalam protes yang menyerukan penggulingan Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol di luar Balai Kota di Seoul, Korea Selatan, Kamis (12/12/2024). Foto: ANTHONY WALLACE / AFP
Tak hanya K-pop, lagu Natal juga diubah menjadi seruan pemakzulan. Versi baru “Feliz Navidad” yang viral minggu lalu memiliki lirik unik: “Natal akan meriah jika Yoon Suk Yeol mengundurkan diri.”
Selain itu, protes ini menghidupkan kenangan masa sekolah bagi banyak warga Korsel.
Diiringi musik olahraga era 1980-an dan 1990-an, para demonstran melakukan gerakan sederhana yang dahulu diajarkan di sekolah. Dengan semangat, mereka meneriakkan: “Tangkap Yoon Suk Yeol!”
ADVERTISEMENT

Solidaritas Melalui Makanan

Warga mengukuti aksi protes terhadap Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol di Seoul, Korea Selatan, Rabu (4/12/2024). Foto: Philip FONG / AFP
Di tengah aksi, beberapa warga menggunakan internet untuk membagikan informasi tentang lokasi makanan gratis bagi para demonstran.
Seorang pendukung aksi ini, Yoon Iseo, memesan 40 gulung kimbap untuk para demonstran.
"Saya tidak bisa hadir langsung karena masalah kesehatan, tetapi ini cara kecil saya untuk mendukung mereka,” ujarnya.
Bagi banyak warga Korea Selatan, protes ini lebih dari sekadar tuntutan politik. Ini adalah cerminan perjuangan demokrasi dengan sentuhan budaya yang erat dan penuh kreativitas.
“Darurat militer di negara demokrasi pada 2024 adalah hal yang tak masuk akal,” tutur Iseo.