Demo Pribumi Brasil Diwarnai Bentrok dan Gas Air Mata, 2 Orang Dibawa ke RS

23 Juni 2021 6:00 WIB
·
waktu baca 2 menit
clock
Diperbarui 13 Agustus 2021 14:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penduduk asli Brasil dari kelompok etnis yang berbeda mengambil bagian dalam protes, di Brasilia, Brasil, Selasa (22/6). Foto: Henry Romero/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Penduduk asli Brasil dari kelompok etnis yang berbeda mengambil bagian dalam protes, di Brasilia, Brasil, Selasa (22/6). Foto: Henry Romero/REUTERS
ADVERTISEMENT
Warga asli atau pribumi Brasil membawa busur dan panah dalam aksi demonstrasi di luar Gedung Kongres. Demonstrasi itu menentang adanya RUU reformasi agraria yang dinilai kontroversial.
ADVERTISEMENT
Aksi demonstrasi tersebut berujung bentrok dengan pihak kepolisian. Wilayah di sekitar Gedung Kongres Brasil, diselimuti gas air mata. Para anggota parlemen meresponsnya dengan menangguhkan pembahasan RUU tersebut.
Akibat bentrokan, dua orang aktivis dirawat di rumah sakit dengan luka parah. Lebih dari selusin lainnya mengalami luka ringan. Sementara dari pihak kepolisian, setidaknya tiga orang mengalami luka akibat serangan panah.
Kantor berita lokal mengatakan sekitar 500 demonstran mencoba menyerang salah satu pintu masuk Kongres, dan polisi membalas dengan gas air mata, granat kejut dan semprotan merica setelah diserang dengan panah.
Seorang wanita suku Kayapo menari di depan pasukan polisi selama protes di depan Kongres Nasional di Brasilia, Brasil, Selasa (22/6). Foto: Ueslei Marcelino/REUTERS
Berbeda, pihak inisiator menyatakan bahwa protes yang mereka gelar merupakan aksi damai. Pihak kepolisian lah yang bertindak semena-mena.
Dalam video yang diunggah di media sosial, para pengunjuk rasa nampak menunjukkan aksesoris penduduk asli dengan hiasan kepala, bulu tradisional dan cat tubuh. Mereka berteriak, berlari, dan menyeret sesuatu yang tampak seperti pria yang terluka melalui kabut gas air mata.
ADVERTISEMENT
"Hari ini adalah hari yang meresahkan bagi hak untuk memprotes, dan untuk demokrasi," kata anggota parlemen Joenia Wapichana, anggota kongres pribumi pertama Brasil, dalam konferensi pers, dikutip dari AFP, Rabu (23/6).
Akibat protes tersebut, majelis menangguhkan sesi komite tentang pembahasan RUU Agraria yang salah satu substansinya mengubah aturan tanah adat yang dilindungi.
Pemimpin Adat Kretan Kaingang dari suku Kaingang menendang tabung gas air mata yang ditembakkan oleh polisi selama protes di Brasilia, Brasil, Selasa (22/6). Foto: Ueslei Marcelino/REUTERS
Kelompok hak masyarakat adat memperingatkan RUU itu akan membuka jalan bagi hal-hal seperti pertambangan, bendungan pembangkit listrik tenaga air dan pembangunan jalan di cagar alam yang sebelumnya dilindungi.
Presiden sayap kanan Jair Bolsonaro telah mendorong untuk membuka lahan yang dilindungi untuk pembangunan semacam itu sejak menjabat pada 2019.
Kritikus mengatakan itu akan mempercepat perusakan hutan hujan Amazon, sumber daya vital dalam upaya untuk mengekang perubahan iklim.
ADVERTISEMENT