Demo Tolak Lockdown dan Kebijakan COVID-19 Pecah di Penjuru China

28 November 2022 10:06 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah demonstran memegang kertas putih saat menggelar unjuk rasa pembatasan COVID-19 di Beijing, China. Foto: Thomas Peter/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah demonstran memegang kertas putih saat menggelar unjuk rasa pembatasan COVID-19 di Beijing, China. Foto: Thomas Peter/REUTERS
ADVERTISEMENT
Ratusan orang turun ke jalanan di seluruh China untuk memprotes kebijakan ketat nol-COVID di negara itu pada Minggu (27/11).
ADVERTISEMENT
Sejak malam, curahan amarah publik terlihat di Beijing. Setidaknya 400 orang berkumpul di tepi sebuah sungai di ibu kota itu.
Para pengunjuk rasa melambai-lambaikan lembaran kertas kosong yang melambangkan penyensoran oleh pemerintah.
Kerumunan menyanyikan lagu kebangsaan dan mendengarkan pidato. Barisan polisi terlihat menunggu di sisi lain tepi sungai. Mobil-mobil membunyikan klakson sebagai tanda dukungan terhadap unjuk rasa.
Para demonstran masih berada di area tersebut sampai dini hari. Otoritas lalu memblokir jalan untuk menghentikan mobil yang lewat.
Sekitar seratus polisi dan petugas berpakaian sipil tiba di lokasi. Pada pukul 02.00 pagi waktu setempat, polisi paramiliter turut bergabung.
Massa akhirnya pergi setelah membuat petugas berjanji bahwa tuntutan mereka telah didengar.
Sejumlah demonstran memegang kertas putih saat menggelar unjuk rasa pembatasan COVID-19 di Beijing, China. Foto: Thomas Peter/REUTERS
Di hari yang sama, sekitar 200 hingga 300 mahasiswa berunjuk rasa di Tsinghua University di Beijing. Seorang saksi yang merahasiakan namanya mengatakan, mereka memprotes aturan lockdown.
ADVERTISEMENT
Sebuah rekaman yang tampaknya diambil dari universitas elite itu menunjukkan para mahasiswa meneriakkan 'Demokrasi dan supremasi hukum, kebebasan berekspresi'. Rekaman yang beredar secara daring tersebut segera dihapus.
Aksi serupa berlangsung semalaman di universitas-universitas lainnya di seluruh China. Salah satunya adalah di tetangga Tsinghua University, yakni Peking University di Beijing.
Sekitar 100 hingga 200 orang mengikuti protes tersebut. Slogan-slogan anti-COVID dituliskan pada dinding universitas.
"Saya mendengar orang-orang berteriak: 'Tidak untuk tes Covid, ya untuk kebebasan!'," terang seorang pengunjuk rasa, dikutip dari AFP, Senin (28/11).
Sejumlah demonstran memegang kertas putih saat menggelar unjuk rasa pembatasan COVID-19 di Beijing, China. Foto: Thomas Peter/REUTERS
Rekaman yang tersebar di media sosial memperlihatkan demonstrasi pula di Nanjing Institute of Communications di Nanjing. Dalam aksi tersebut, orang-orang memegang lampu dan kertas putih.
Tagar yang berkaitan dengan institut itu disensor di Weibo. Rekaman-rekaman yang muncul pun dihapus dari platform seperti Duoyin dan Kuaishou. Tetapi, semakin banyak rekaman protes lainnya berjamur dari kampus di kota lain termasuk Xi'an, Guangzhou, dan Wuhan.
ADVERTISEMENT
Polisi juga terlihat bentrok dengan sekelompok pengunjuk rasa di Shanghai. Massa yang berkumpul semalaman meneriakkan 'Xi Jinping, mundur! Partai Komunis China, mundur!'
Kerumunan dibubarkan pada pagi hari, Minggu (27/11). Namun, ratusan orang kembali berunjuk rasa di area yang sama pada sore hari.
Menandai protes diam, mereka membawa kertas kosong dan bunga. Menjelang sore, puluhan polisi menutup jalan tempat protes.
Banyak orang ditangkap ketika petugas keamanan menyuruh para demonstran untuk meninggalkan daerah tersebut.
"Polisi tampaknya sedang mencari orang-orang yang diduga memimpin protes," ujar seorang warga negara asing yang menolak menyebutkan namanya.
"Para pengunjuk rasa mengarahkan kemarahan mereka pada polisi dan partai, menggunakan slogan 'mundur!' dari beberapa hari terakhir," tambah dia.
Sejumlah demonstran memegang kertas putih saat menggelar unjuk rasa pembatasan COVID-19 di Beijing, China. Foto: Thomas Peter/REUTERS
Kawasan itu berangsur tenang menjelang tengah malam walau ratusan polisi dan puluhan mobil masih memadati sisi jalan.
ADVERTISEMENT
Sejumlah pekerja membangun penghalang tinggi berbahan logam di sisi jalan itu. Ketika ditanya alasannya, mereka mengaku tak tahu.
China melaporkan 39.506 kasus infeksi corona pada Minggu (27/11). Angka ini merupakan rekor kasus infeksi, tetapi terbilang kecil dibandingkan dengan kasus infeksi selama puncak pandemi di Barat.
Seiring publik frustrasi dengan kebijakan ketat, protes warga akhirnya meletus. Semakin banyak orang merasa lelah dengan lockdown, karantina, dan kampanye tes corona massal.
Amarah ini memuncak dengan kebakaran mematikan di Urumqi, Xinjiang, pada Kamis (24/11). Banyak warga menyalahkan lockdown yang menghambat upaya penyelamatan.
Namun, pihak berwenang menyangkal klaim mereka. Setelah insiden ini, ratusan orang berkumpul di luar kantor pemerintah Urumqi.
"Cabut lockdown!" teriak mereka dalam rekaman yang telah diverifikasi AFP.
ADVERTISEMENT