Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Demo Tolak Lockdown di China Kembali Pecah di Guangzhou
30 November 2022 13:34 WIB
ยท
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Warga di Guangzhou bentrok dengan polisi anti huru-hara bersetelan hazmat putih pada Selasa (29/11) malam. Bentrokan tersebut terjadi akibat lockdown ketat yang dilakukan pemerintah China.
ADVERTISEMENT
Sepanjang pandemi COVID-19 China memberlakukan kebijakan nol-COVID yang diimplementasikan dengan pemberlakuan lockdown ketat. Kebijakan berdampak pada sektor-sektor ekonomi di China yang makin buruk
Bukan hanya itu, lockdown di China mengganggu rantai pasokan global, dan pasar keuangan. Kepala Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva bahkan memprediksi penurunan peringkat pertumbuhan ekonomi China akibat kebijakan nol-COVID.
Karena lockdown terus menerus dilakukan warga China mulai menunjukkan kemarahan. Mulai pekan lalu demo menolak lockdown terjadi di beberapa kota besar di China termasuk Guangzhou hingga ibu kota Beijing.
Pada awal pekan ini demo sempat mereda. Aparat keamanan China memperketat keamanan di beberapa kota demi mencegah demo.
Setelah sempat mereda, Selasa kemarin demo pecah di Guangzhou. Rekaman bentrok di Guangzhou bahkan tersebar di sosial media. Dalam beberapa rekaman nampak polisi antihuru-hara dilempari barang-barang oleh pengunjuk rasa.
ADVERTISEMENT
Merespons tindakan itu, polisi menangkap beberapa pengunjuk rasa. Warga yang ditangkap, dalam rekaman yang beredar di sosial media, terlihat diborgol dan dibawa polisi.
Rekaman video lainnya juga menunjukkan ketika gas air mata, yang dilempar polisi, mendarat kerumunan pengunjuk rasa hingga akhirnya mereka berlarian untuk menghindari asap.
Dilihat dari lokasi kejadian, bentrokan tersebut terjadi di distrik Haizhu, Guangzhou. Sampai saat ini, belum ada keterangan lebih lanjut dari pemerintah Guangzhou terkait demo berujung bentrok itu.
Sebagai pusat manufaktur terbesar di China, Guangzhou merupakan rumah bagi banyak pekerja pabrik migran. Di hari yang sama dengan unjuk rasa tersebut, pemerintah memutuskan untuk mengizinkan kontak dekat kasus COVID-19 untuk dikarantina di rumah daripada dipaksa pergi ke tempat penampungan sementara.
ADVERTISEMENT
Namun kebijakan itu pada dasarnya melanggar praktik yang biasa dilakukan di bawah kebijakan nol-COVID.
Demi meredam demo China mulai meringankan sejumlah aturan ketat pandemi COVID-19. Aturan fleksibel menyesuaikan pada kondisi di masing-masing wilayah.
Kendati ada pelonggaran, pemerintah tetap mengambil tindakan keras bagi para pengunjuk rasa, khususnya yang menyerukan Presiden Xi Jinping mundur.
"Salah satu teman saya yang memposting video orang-orang yang menyerukan Xi mundur dibawa pergi oleh polisi tadi malam," kata warga Beijing yang tidak berkenan disebutkan namanya.
"Teman-teman lain yang memposting video serupa harus pergi ke kantor polisi. Sebagian besar ditahan selama beberapa jam dan diminta untuk menandatangani surat janji mereka tidak akan melakukannya lagi. Dan sebagian besar sekarang telah menghapus postingan mereka." tambahnya.
ADVERTISEMENT
Komisi Urusan Politik dan Hukum Pusat China mengatakan tidak akan menoleransi segala tindakan ilegal dan kriminal yang mengganggu ketertiban sosial.
Penulis: Thalitha Yuristiana.