Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.80.1
Demokrat: Rakyat Belum Dewasa, Hindari Perang Tagar di Ruang Publik
6 Mei 2018 9:24 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
ADVERTISEMENT
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
ADVERTISEMENT
Jansen Sitindaon mengaku setuju dengan kreativitas yang dilakukan oleh para relawan dalam bentuk tagar. Menurutnya, hal itu tidak terkandung perbuatan yang melanggar hukum.
"Di dalam demokrasi apalagi mendekati tahun pemilu seperti saat ini, setiap orang bebas mengekspresikan berbagai ide dan imajinasi politiknya. Termasuk melaunching dan memperkenalkan berbagai "tagar-tagar" itu ke masyarakat. Bahkan menciptakan berbagai produk turunannya seperti kaos, cangkir, gelas, gelang, dll," kata Jansen ketika dihubungi, Minggu (6/5).
"Kemudian mengenakannnya di ruang publik, untuk dilihat dan memunculkan ajakan agar orang mengikuti gerakannya. Sampai batas itu kita setuju. Karena tidak ada perbuatan melawan hukum di situ," lanjutnya
Kendati demikian, Jansen mengatakan, pertemuan dua kubu yang berseberangan dalam satu lokasi sebaiknya perlu dihindari. Sebab, ia menilai masyarakat belum memiliki kedewasaan dalam berpolitik.
ADVERTISEMENT
Terlebih lagi, situasi di lapangan yang tidak sulit ditebak berpotensi memuculkan tindakan yang mengarah kepada kekerasan karena perbedaan pandangan politik. Hal ini, tercemin dalam insiden intimidasi yang terjadi dalam kegiatan Car Free Day , Minggu (28/4) pekan lalu.
"Namun yang kita hindari adalah, bila bertemunya 2 kelompok berbeda suara politiknya ini atau berbeda tagarlah kalau dalam hal ini, di satu lokasi dan tempat yang sama. Karena belum semua warga kita ini kan dewasa dalam berpolitik. Bisa saja karena perbedaan posisi politik ini darah jadi cepat panas dan emosi karena bertemu di lokasi yang sama," kata dia.