Demonstran Hong Kong Kritis Setelah Ditembak Polisi

11 November 2019 15:51 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepulan asap di dekat Universitas Politeknik Hong Kong di Hong Kong. Foto: REUTERS / Thomas Peter
zoom-in-whitePerbesar
Kepulan asap di dekat Universitas Politeknik Hong Kong di Hong Kong. Foto: REUTERS / Thomas Peter
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Seorang demonstran yang tertembak oleh polisi dalam bentrokan di distrik Sai Wan Ho, Hong Kong, dilaporkan dalam kondisi kritis.
ADVERTISEMENT
Pria yang identitasnya dirahasiakan itu saat ini tengah dirawat di salah satu rumah sakit Hong Kong. Hal ini disampaikan sumber Reuters di rumah sakit yang tidak disebut namanya.
Demonstran itu sebelumnya ditembak dari jarak dekat di bagian perut oleh polisi. Aksi penembakan itu sempat terekam fitur live di facebook dan disaksikan banyak orang.
Bentrokan antara penunjuk rasa dan aparat kepolisian di Sai Wan Ho, Hong Kong. Foto: CUPID via Reuters
Menurut seorang saksi mata, keadaan di Distrik Sai Wan Ho pada Senin (11/11) pagi tadi, begitu kacau. Bentrokan antara polisi dan demonstran pecah.
Insiden bermula saat polisi memblokir jalanan di distrik itu. Aksi tersebut dibalas dengan lemparan sampah oleh para demonstran.
Polisi lalu membalas dengan aksi represif, yaitu melepaskan tembakan ke arah demonstran.
"Mereka tidak melawan tapi polisi berlari dan melepaskan tembakan. Suaranya seperti dor, dor, dor," kata seorang saksi mata yang merupakan warga Sai Wan Ho, Anso Yip, kepada Reuters.
Bentrokan antara penunjuk rasa dan aparat kepolisian di Sai Wan Ho, Hong Kong Foto: PRODUSEN CUPID via Reuters
"Mereka melawan pemerintah, itu kenapa polisi menembak mereka," sambung dia.
ADVERTISEMENT
Selain itu, seorang demonstran lain juga dilaporkan kritis karena luka bakar parah. Ia diduga terkena lemparan bom Molotov orang tak dikenal di depan Ma On Shan Plaza.
Demo di Hong Kong sudah berlangsung hampir enam bulan. Unjuk rasa awalnya digelar untuk mencabut RUU Ekstradisi, namun, saat ini telah menjadi aksi anti-Beijing.
Bahkan sejumlah demonstran telah menyerukan kemerdekaan penuh. Hal ini diprediksi akan memicu kemarahan China.