Dendam dan Duka di Pemakaman Jenderal Qassem Soleimani

7 Januari 2020 15:41 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Masyarakat membawa poster Qassem Soleimani dan bendera Iran.
 Foto: Official Khamenei website/Handout via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Masyarakat membawa poster Qassem Soleimani dan bendera Iran. Foto: Official Khamenei website/Handout via REUTERS
ADVERTISEMENT
Sejumlah besar warga Iran, pada Selasa (7/1), berkumpul di kota Kerman. Mereka datang untuk menyaksikan pemakaman pemimpin Pasukan Quds, Qassem Soleimani.
ADVERTISEMENT
Akhir pekan lalu, Soleimani terbunuh oleh serangan drone Amerika Serikat di dekat bandara Baghdad. Kematian Soleimani membuat Iran berkabung besar.
Bukan cuma di Kerman, massa juga berkumpul di sejumlah kota besar seperti di ibu kota Teheran, Qom, Mashad, dan Ahvaz.
Suasana saat masyarakat Iran menyambut jenazah Qassem Soleimani. Foto: Official Khamenei website/Handout via REUTERS
Di tempat Soleimani dimakamkan, sejumlah siswa meneriakkan seruan anti-Amerika Serikat seperti 'Death to America'.
Seorang pelayat yang tak mau disebutkan namanya menyebut, Soleimani merupakan seorang yang berjasa besar bagi Iran.
"Kami ada di sini untuk menyampaikan hormat kepada komandan besar perang suci," sebut warga tersebut.
Warga Iran berkumpul menghadiri prosesi pemakaman jenazah Jenderal Qassem Soleimani di Teheran, Iran. Foto: Nazanin Tabatabaee / WANA/ via REUTERS
Sementara itu, seorang pelayat lainnya, Sara Khaksar, mengatakan kematian Soleimani membuat darah warga Iran 'mendidih'.
"Dia adalah seorang luar biasa yang siap melayani rakyatnya saat perang atau tidak. Dendamnya harus terbalaskan," kata Khaskar, seperti dikutip dari AFP, Selasa (7/1).
ADVERTISEMENT
Kematian Soleimani membuat kondisi dunia memanas. Konflik terbuka antar dua negara ditakutkan pecah dalam waktu dekat.
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatullah Ali Khamenei sudah menyatakan akan menuntut balas. Sedangkan, Presiden Amerika Serikat Donald Trump siap menyerang puluhan target di Iran.
Eskalasi ketegangan menarik perhatian dunia internasional. Pemerintah Indonesia lewat Kementerian Luar Negeri meminta Iran dan AS menahan diri.
Uni Eropa mendorong agar AS-Iran menghindari peningkatan ketegangan. Sedangkan Arab Saudi meminta Iran dan AS untuk tenang.