Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
ADVERTISEMENT
Datang ke Korea Utara berbarengan dengan bebasnya Otto Warmbier (22) dari tahanan. Pernah dekat dengan Donald Trump. Satu-satunya orang Amerika Serikat yang bisa masuk ring 1 pemimpin Korea Utara Kim Jong Un. Dialah Dennis Rodman (56).
ADVERTISEMENT
Mantan bintang Chicago Bulls itu punya hubungan yang sangat dekat dengan Kim Jong Un. Sang diktator kabarnya suka dengan basket dan Rodman adalah salah satu idolanya. Tak heran, Rodman pernah bermain basket di hadapan Jong Un dalam sebuah pertandingan persahabatan. Total sudah lima kali Rodman berkunjung ke Korea Utara, termasuk kunjungan pekan ini.
[Baca Juga: Kali Kelima Temu Mesra Rodman dan Kim Jong Un ]
Namun di sisi lain, tak sedikit juga yang menduga Rodman sebenarnya punya misi rahasia di balik kunjungannya kali ini. Dia disebut-sebut memiliki peran dalam pembebasan Otto Warmbier dari tahanan. Warmbier adalah mahasiswa asal Amerika Serikat yang divonis 15 tahun penjara karena kasus pencurian simbol propaganda Korea Utara.
ADVERTISEMENT
Warmbier sudah menjalani hukuman selama hampir 1,5 tahun. Kepulangannya ke AS menurut keterangan resmi karena alasan kemanusiaan. Warmbier ternyata dalam kondisi koma. Pihak Korut menyebut Warmbier jatuh sakit karena botulisme (penyakit yang disebabkan oleh racun yang dihasilkan oleh bakteri bernama clostridium botulinum). Ia sakit setelah menjalani masa percobaan pada bulan Maret 2016 dan mengalami koma setelah minum pil tidur. Sementara dikutip dari New York Times, seorang pejabat senior AS mengatakan bahwa mereka menerima laporan intelijen yang menyatakan Warmbier dipukuli berulang kali dalam tahanan.
Sebenarnya ada utusan khusus Departemen Luar Negeri AS di Korea Utara, Joseph Yun, yang secara resmi meminta Korut melepaskan Warmbier dengan alasan kemanusiaan. Namun beberapa pihak menduga, justru peran Rodman yang lebih dominan.
ADVERTISEMENT
Tentu saja spekulasi soal ini dibantah oleh pemerintah AS. Juru bicara gedung putih Sarah Sanders mengatakan bahawa 'membawa pulang Otto adalah prioritas utama Presiden'.
Dekat dengan Trump
Bukan tanpa alasan, Rodman diduga sebagai ‘agen ganda’. Bersahabat dengan Kim Jong Un, namun di sisi lain membawa kepentingan Amerika Serikat. Pebasket yang dijuluki si Cacing itu punya kedekatan personal juga dengan presiden Amerika Serikat Donald Trump. Mereka sama-sama pernah terlibat dalam acara Celebrity Apprentice pada 2009 dan 2013.
[Baca juga: Ada Ganja di Balik Romansa Rodman dan Kim Jong Un ]
Darren Prince, agen Dennis Rodman, menyebut bahwa kunjungan ini merupakan salah satu cara untuk menciptakan hubungan yang lebih baik antara AS dan Korut. Terlebih lagi Rodman sama-sama mengenal baik Presiden Donald Trump dan Kim Jong Un.
ADVERTISEMENT
Program Celebrity Apprentice adalah acara televisi bergenre reality show yang dibuat oleh perusahaan Donald Trump. Pada edisi reguler, para pesertanya adalah orang-orang yang ingin bekerja untuk Trump, lalu diuji dengan berbagai tugas. Mereka yang bertahan sampai akhir, akan mendapat pekerjaan dan hadiah.
Nah, edisi selebriti mengusung konsep yang sama, namun dengan tujuan berbeda. Para peserta adalah orang-orang terkenal yang berlomba mengumpulkan uang untuk amal. Dennis Rodman adalah salah satu pesertanya. Dalam beberapa momen, Rodman dan Trump memang terlihat keakrabannya saat itu.
Rodman sang Penyayang
Mengingat latar belakangnya, tak heran sebetulnya bila Rodman memainkan peran ganda dalam hubungan AS-Korut. Dia selalu dekat dengan kaum minoritas sejak dulu, tapi juga bisa jadi sahabat yang baik bila ada orang yang tertindas. Bisa jadi, Rodman memang benar-benar tulus ingin berteman dengan Kim Jong Un karena melihat pemimpin Korut itu dikucilkan banyak negara. Namun bisa jadi dia juga terenyuh ketika mendengar Warmbier dalam kondisi koma karena disiksa, sehingga ingin menolongnya dengan berbagai cara.
ADVERTISEMENT
Pelatih Rodman sewaktu bermain di Chicago Bulls, Phil Jackson, pernah bercerita dalam bukunya Eleven Rings bahwa Si Cacing memang punya kepribadian khusus. Selalu datang telat ke tempat latihan, selalu melawan aturan, terlibat perkelahian, tidak disiplin, melawan wasit dan pola hidupnya tidak teratur. Namun Rodman juga adalah seorang pekerja keras yang rela mengorbankan apapun demi tim. Pemilik nomor punggung 91 itu juga penyayang kepada rekan-rekannya, bahkan sampai pada petugas keamanan dan kebersihan.
“Tidak diragukan lagi, dia adalah salah seorang pribadi yang terkenal selama kariernya 20 tahun bermain basket. Namun tak semuanya menyangkut soal basket,” cerita Jackson.
Pernah suatu waktu, Rodman mengajak salah seorang pegawai kebersihan klub untuk menikmati malam di Las Vegas, hal yang belum pernah dilakukan oleh sang pegawai sebelumnya. Malam itu adalah malam yang tak terlupakan bagi pegawai tersebut. Ada juga cerita tentang Rodman yang menyelamatkan seorang anak muda di Oklahoma dari tindak kekerasan rumah tangga.
ADVERTISEMENT
Dua wajah Rodman yang pemberontak sekaligus penyayang sesama tak terlepas dari masa kecilnya. Dia tumbuh dengan hanya dibesarkan oleh ibu dan dua kakak perempuannya yang juga pemain basket profesional. Kehidupannya keras. Dia harus menjalani hidup antara sekolah dan bekerja.
Sejak kecil, Rodman dikenal sebagai berandalan dermawan. Dia pernah mencuri jam di toko bandara, tempatnya bekerja. Namun ternyata jam itu dibagikan untuk teman-temannya. Kasus ini berhenti ketika Rodman meminta kembali jam-jam itu kepada rekannya dan mengembalikan ke toko.
Setelah kasus itu dia diusir dari rumah, lalu tinggal di sebuah dealer mobil. Sampai akhirnya dia mendapat beasiswa untuk bermain basket di kampus lalu melanjutkan karier di NBA.
Rodman juga dikenal sebagai sosok penyendiri. Tak punya banyak teman. Namun bila sekali sudah bersahabat, dia akan menjaga itu dengan hati. Sebuah kisah menarik diceritakan seorang jurnalis di Chicago, Sam Smith, tentang persahabatan Rodman dan seorang kawan saat berada di kamp pelatihan basket. Saat itu, sahabat Rodman tewas karena kecelakaan saat berburu. Sejak saat itu, Rodman jadi penyendiri, tak ada yang berani mengajaknya bicara.
ADVERTISEMENT
Saat jadi bintang ‘The Bad Boys’ Detroit Pistons, Rodman bersahabat baik dengan pelatih Chuck Daly dan media chief Matt Dobek. Nah, pada suatu hari, Rodman hendak diberikan penghormatan dengan cara mempensiunkan nomor punggungnya di Pistons. Namun Rodman menolak karena saat itu Daly sudah pergi dari Pistons dan Matt Dobek baru saja meninggal dunia. Dia menolak penghargaan bergengsi itu dengan alasan tak bisa membaginya dengan Daly dan Dobek.
Di Bulls, Rodman juga sangat menghormati Phil Jackson dan Michael Jordan. Dua orang itu adalah sosok yang paling mengerti Rodman. Bahkan bisa dibilang rekan satu tim di Bulls semua sudah maklum dengan kelakuannya. Mereka menganggap Rodman adalah pribadi unik.
Jackson menerapkan konsep kepemimpinan ala zen pada Rodman. Dia tidak berusaha mengekang Rodman dengan aturan yang ketat, namun justru memberikan ruang yang lebih luas agar bisa mengendalikannya. Hingga akhirnya bisa memberikan banyak hal untuk tim saat pertandingan.
ADVERTISEMENT
Begini cerita Jackson soal Rodman:
“The rules (for the team) remained the same, but there was some variance in administering them for Dennis. He wasn't able to come to the game an hour and a half before (required of all players). There was too much tension around the game for him. He didn't go out and shoot. I let him come an hour before the game and I set up a fine structure for him (fining Rodman every game).
He'd find a place to work out (on his own) until game time. Thirty minutes before tip we'd meet (with players). He'd come in, take a shower and sit at his locker naked with a towel over his head. All the presentations, the (scouting) video going on he'd have a towel over his head. It was tough for him to pay attention. He had to do things, work out, lift weights, shower. He had a very unique attitude toward getting ready for the game.
ADVERTISEMENT
“But Dennis put his heart into it. He was a very capable triangle player, a good passer. He was an enigma, really soft hearted, a kind, good guy, yet reluctant to talk in any conversational setting."