Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Deretan Kasus yang Menyeret Animal Defenders
15 April 2017 7:08 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
ADVERTISEMENT
Animal Defenders Indonesia tersandung masalah serius. Organisasi yang bergerak di bidang penyelamatan hewan itu dituding menelantarkan binatang hingga tewas, dan karenanya hendak dilaporkan ke polisi.
ADVERTISEMENT
Pihak pelapor dimotori oleh Melanie Subono --yang anjingnya mati di shelter Animal Defenders. Melanie bersama sejumlah orang dengan pengalaman serupa --yang anjing-anjingnya mati atau jadi penyakitan ketika dititipkan di Animal Defenders-- kini sedang melengkapi barang bukti guna dibawa ke Kepolisian.
Tekad Melanie memberikan pelajaran bagi Animal Defenders, terutama Doni Herdaru Tona sang pendiri dan pemimpin organisasi itu, disertai ajakan agar para korban bergerak bersama di jalur hukum. Ini membuat beberapa orang lain yang pernah menggunakan jasa Animal Defenders, buka suara.
Salah satunya adalah Kalina Ocktaranny, mantan istri Deddy Corbuzier. Begitu mendengar kasus yang menimpa anjing Melanie, Kalina langsung menghubungi Doni untuk menanyakan kabar tiga ekor anjingnya yang dititipkan ke Animal Defenders.
Kalina menitipkan ketiga anjingnya --Choky, Piyik, dan Coco-- kepada Animal Defenders karena kondisi rumahnya tak memungkinkan bagi dia untuk menjaga dan memelihara ketiga “anak” berbulunya itu dengan baik.
ADVERTISEMENT
Saat itu Kalina tak bisa merawat tiga anjing itu ia memiliki terlalu banyak anjing. “Anak kaki empat saya ada 10. Lima yang (badannya) besar-besar tidak bisa lagi saya pelihara karena tempat tidak memungkinkan. Jadi mau saya berikan ke orang yang benar-benar sayang anak kaki empat. Lima yang kecil saya pelihara sampai mereka meninggal karena usianya sudah tua dan ada yang sakit.”
Dari lima anjing besar miliknya yang hendak diberikan kepada orang, dua ekor sudah diadopsi kawannya, sedangkan tiga lainnya disanggupi Doni untuk dirawat.
Semula Kalina tak merasa khawatir. Sebab pada masa awal menitipkan tiga anjingnya, ia masih melihat foto-foto mereka diunggah di media sosial oleh Doni atau Animal Defenders.
Namun di kemudian hari ketika Kalina menanyakan kabar anjing-anjingnya itu, Doni tak merespons. Meski begitu, ia tak mau berprasangka karena merasa sudah merepotkan Doni dan Animal Defenders yang bersikap baik dengan mau merawat ketiga anjingnya.
ADVERTISEMENT
“Aku gak mau terlalu bawel menanyakan keadaan mereka. Positive thinking, mungkin beliau (gak membalas pesan karena) sibuk atau karena anak kaki empat aku udah diadopsi,” kata Kalina.
Sampai akhirnya awal pekan ini Melanie mempublikasikan kasus yang menimpa anjingnya, Nina, via Instagram.
Kematian Nina sontak membuat Kalina ketar-ketir dengan nasib ketiga anjingnya. Ia langsung menghubungi Doni lagi, namun sama seperti sebelumnya: tak memperoleh balasan.
Maka serupa Melanie, Kalina mengunggah masalah itu ke Instagram agar segera mendapat klarifikasi, karena ia terus-menerus tak mendapat penjelasan dari Doni.
“Apa mereka baik-baik saja, Mas? Saya hubungi Mas tapi (nomornya) gak aktif-aktif,” demikian pesan Kalina untuk Doni via WhatsApp yang screenshot-nya ia unggah ke Instagram, Kamis (13/4).
ADVERTISEMENT
Kalina menambahkan keterangan pada unggahannya itu. “Maaf saya posting ini, karena saya tidak bisa hubungi Mas Doni. Tadi saya sempat komen di IG Mas, tapi sekarang komennya sudah di-off-in. Saya juga sudah kirim message ke IG Mas dan Animal Defenders, tapi belum ada balasan.”
Melanie, yang ikut di-mention Kalina di Instagram, mencoba membantu mencari kabar tentang anjing-anjing Kalina lewat kennel boy (pengurus anjing) yang pernah bekerja di Animal Defenders. Hasilnya: Choky, Piyik, dan Coco sudah mati.
“Anaknya wafat semua di Cisalak. Aku lupa dulu kenapa, nggak jelas. Banyak yang begitu di Cisalak,” kata kennel boy yang kini tak lagi bekerja untuk Animal Defenders itu.
ADVERTISEMENT
Cisalak di Depok, Jawa Barat, adalah lokasi shelter Animal Defenders.
Mendengar kabar tersebut, Kalina kecewa. “Apa penyebab mereka meninggal? Saya mengerti Mas sibuk dengan puluhan atau mungkin ratusan anak kaki empat di shelter. Tapi kalau memang kematian anak kaki empat saya seperti yang diceritakan, kenapa Mas menyanggupi untuk ambil mereka?”
Bukan anjing Melanie dan Kalina saja yang jadi korban. Namun tentu saja, kasus anak kaki empat milik keduanya langsung mencuat karena mereka artis dan sosok populer. Dan hal itu membuat kasus-kasus serupa ikut terangkat.
Akun Cecil Onchenk misalnya, menceritakan betapa anjing miliknya yang bernama Tablo mendapat perlakuan buruk dari Animal Defenders selama sebulan berada di shelter mereka.
ADVERTISEMENT
Tablo yang dititipkan dalam kondisi sehat segar bugar, dipulangkan dalam kondisi memprihatinkan --tak terawat dan amat kurus, seakan tinggal kerangka berbalut kulit.
“Kalo lo bener, lo ngomong ke gw Don kalo lo gak mampu nampung mereka. Lo bilang semua baik-baik, makanya gw tenang. Kalimat manajer lo, astaghfirullah… gak mencerminkan kalian animal lover,” kata Cecil.
Cecil juga menuding Doni berbohong ketika ia hendak mengambil dua anjingnya yang lain --yang ternyata telah mati.
“Gw telat jemput Soker n Kirik Don, telat!!! Lo larang gw dateng karena lo bilang ada demo warga! Gw nekat dateng ke sana sama nyokap, kok adem ayem gak ada demo. Ternyata anak gw mati. Kennel-nya pura-pura nyari di belakang, eh staf lo bilang mereka udah gak ada. Jasadnya di mana pun mereka bungkam.
ADVERTISEMENT
Lebih mengejutkan lagi, ujar Cecil, ia melihat mayat anjing yang sudah membusuk di shelter Animal Defenders.
“Udah berapa lama anjung itu mati gak ada yang ngubur??? Anjing kecil, Don. Gw aja ngelihat, masa kennel lo bilang GAK lihat. Kalo GAK BISA nampung ngomong, jangan lo simpen semua busuknya,” kata Cecil, marah bukan main.
Ia merasa ditipu karena Doni selama ini via pesan WhatsApp mengatakan anjing-anjing yang ia titipkan dalam kondisi lincah.
Cecil sekaligus bergabung dengan Melanie, mempersilakan kasus yang menimpa anjing-anjingnya dua tahun lalu itu dijadikan kesaksian untuk menuntut Doni dan Animal Defenders ke meja hijau.
Setelah Melanie, Kalina, dan Cecilia, ada pula kesaksian Vincy Gween yang ia unggah di Instagram dan Facebook. Vincy yang menitipkan 4 anjing miliknya ke Animal Defenders karena pergi ke luar negeri untuk menempuh studi, kembali dengan mendapati mereka semua telah mati.
ADVERTISEMENT
“Saya terus meng-update situasi saya, menanyakan keadaan anak-anak (tidak terus-terusan setiap hari karena saya paham kalian sibuk), tetapi… Bagaimana mungkin kalian tidak memberi tahu saya soal keadaan anak-anak saya yang wafat satu per satu??? Saya menitipkan 4 anak saya kepada kalian dan SEMUA wafat, dan saya tidak tahu apa-apa sampai detik di mana saya datang ke shelter kalian untuk menjemput mereka,” ujar Vincy.
Ia makin marah mendengar staf Animal Defenders bercerita bahwa mereka ingin memberi tahu dia tentang kematian anjing-anjingnya, namun diberi tahu Doni untuk tak perlu mengabarkan hal tersebut.
Atas berbagai tudingan yang ada, Animal Defenders (AD) memberikan klarifikasi. Melalui akun Instagram resminya, mereka menjelaskan telah mendatangi rumah Vincy untuk memberikan penjelasan sekaligus meminta maaf.
ADVERTISEMENT
Kematian empat anjing Vincy, menurut AD, tak dapat dihindari meski keempatnya telah diupayakan ditolong dengan membawanya ke dokter hewan kepercayaan AD.
Animal Defenders pun memaparkan data dan diagnosis dokter, serta kronologi penitipan empat anjing Vincy ke Pawradiso Pet Inn milik Doni.
Empat anjing Vincy --Cupcake, Gween, Dopey, dan Cheesy-- dititipkan namun belum ada konfirmasi bukti transfer pembayaran down payment sebesar 50 persen dari biaya total yang masuk ke admin Pet Inn bernama Ninis.
“Saat (Vincy) menanyakan tentang (keadaan) anak-anaknya ke Ninis pun, ia tidak menanyakan tentang biaya,” ujar AD.
Cupcake, Gween, Dopey, dan Cheesy dijemput Ninis dari rumah Vincy pada 29 September 2016. Beberapa minggu kemudian, Vincy menanyakan kabar mereka ke Ninis, dan dijelaskan bahwa mereka baik-baik saja.
ADVERTISEMENT
Keempat anjing itu mau makan, namun yang sering berkumpul bersama hanya tiga di antaranya, kecuali Cupcake. Dari empat anjing Vincy, Gween disebut mudah kedinginan sehingga Ninis mengirimkan foto Gween sedang dipakaikan baju Superman agar tak kedinginan.
Sebulan setelah masuk ke Pet Inn, tepatnya 28 Oktober 2016, Cupcake ditemukan sudah kaku. Padahal hari sebelumnya, menurut AD, dia masih bermain seperti biasa.
“Tidak diketahui penyebabnya karena di hari-hari sebelumnya ia selalu aktif, tidak stres, makan baik, dan tidak ada tanda seperti mencret atau muntah,” kata AD.
Kondisi mendadak kaku tersebut dianggap AD hampir sama seperti serangan jantung. Cupcake yang mati pun dikremasi oleh AD.
AD melanjutkan pemaparannya. Sekitar sepekan kemudian, 6 November 2016, Doni melihat Gween, Dopey, dan Cheesy tak seperti biasanya, meski mereka tetap makan dengan baik.
ADVERTISEMENT
Ketiga anjing itu lalu dibawa ke Dokter Nyoman di Duren Sawit, Jakarta Timur. Gween didiagnosis kekurangan enzim sehingga tubuhnya tak bisa menyerap makanan dengan baik, plus ada faktor usia yang menua. Namun Cheesy dan Dopey dinyatakan baik-baik saja, hanya perlu tambahan vitamin.
Empat hari berlalu, kondisi Gween tak membaik sementara obat, enzim, dan vitamin yang diresepkan dokter sudah mau habis. Maka 10 November malam, Gween kembali dibawa ke dokter. Kali ini ke Dokter Magda di Pluit, Jakarta Utara.
AD langsung meminta Gween rawat inap. Keesokannya, 11 November, AD dikabari bahwa Gween wafat. Gween lantas dimakamkan di klinik Drh. Magda.
Bulan berikutnya, 1 Desember 2016, Dopey tak nafsu makan. Ia diperiksakan ke Dokter Nyoman. Hasil tes darah menyatakan Dopey mengalami kegagalan fungsi hati.
ADVERTISEMENT
Ia diberi obat dan diberi makanan yang lebih halus, namun akhirnya wafat pada 4 Januari 2017 dan dimakamkan di Pet Inn.
Anjing terakhir Vincy, Cheesy, kesehatannya terus naik-turun dan badannya terlihat kurus. Ia wafat hanya dua jam sebelum dijemput Vincy pada 29 Januari 2017.
“Sdri. Vincy masih bisa melihat jasadnya dan kami tawarkan kremasi. Staf kami memasukkan jasad Cheesy ke dalam freezer dan dengan kantong dogfood untuk mencegah bau, karena kami tidak memiliki formalin. Posisi yang dianggap menyedihkan oleh Sdri. Vincy adalah posisi sesuai saat Cheesy wafat,” jelas AD.
Atas kritik yang menyebut Animal Defenders semestinya tak menampung banyak anjing apabila tak mampu, AD punya penjelasan sendiri.
“Tak jarang kami diancam, ‘Kalau tak diambil, anjing ini akan kami suntik mati/jual ke lapo.’ Akhirnya kami terpaksa menerimanya padahal shelter kami sudah melebihi kapasitas dan kami lebih mementingkan kasus yang darurat.”
ADVERTISEMENT
Di belakang semua hal tentang Animal Defenders yang terlihat menyenangkan di media sosial, ujar AD, “Ada beban-beban yang bertambah yang harus kami emban dan pada akhirnya kami yang akan menjalankannya.”
Bagaimanapun, imbuh AD, berbagai kasus yang menyeruak belakangan akan menjadi pelajaran berharga bagi organisasi, pun Doni selaku founder, agar dapat lebih selektif dalam menerima anjing dari luar.
“Karena sering kali, maksud baik berakhir diputarbalikkan,” ujar AD.
Animal Defenders lantas menghaturkan maaf atas segala kesalahan.
“Biarlah masing-masing teman-teman kami yang memutuskan mau tetap mendukung pergerakan atau tidak.”
Yang jelas, kasus telah bergulir dan mereka yang merasa dirugikan siap melapor ke Kepolisian.