Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Suara dentuman misterius kembali terdengar di sejumlah daerah memasuki awal 2021. Tercatat suara dentuman itu terdengar di Bali, Majene, Lampung, Surabaya dan Sukabumi.
ADVERTISEMENT
Suara dentuman di Bali terdengar pada Minggu (24/1) sekitar pukul 10.27 WITA. Suara dentuman itu membuat warga berhamburan keluar rumah untuk mencari tahu sumbernya.
Salah seorang warga bernama Aik yang berada di Desa Kututambahan mengatakan, suara dentuman itu terdengar satu kali. Meski begitu suaranya sangat keras sehingga membuat warga sekitar terkejut.
"Sampai bapak aku di rumah yang jaraknya jauh dari Kubutambahan juga denger. Teman yang rumahnya juga jauh di Desa Panji juga dengar,” ujar Aik.
Menurut Aik semula warga mengira suara itu berasal dari ledakan di Bendungan Tamblang. Namun setelah diperhatikan tidak ada asap yang menjadi tanda adanya ledakan di sana.
Warga tidak mau berspekulasi lebih jauh. Setelah suara itu terhenti, warga kemudian melanjutkan aktivitas seperti biasanya. Meski begitu, mereka masih penasaran.
ADVERTISEMENT
Suara ledakan misterius itu viral di media sosial hingga menjadi pembahasan di sejumlah grup WhatsApp. Sejumlah pihak pun berusaha menyelidiki sumber suara misterius itu.
LAPAN Duga Suara Dentuman di Bali Berasal dari Meteor Jatuh
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) telah membuat rilis resmi pada Senin (25/1) di laman Lapan.go.id
“Berdasarkan informasi tersebut, memang ada kemungkinan bahwa kejadian tersebut merupakan kejadian benda jatuh antariksa,” sebut rilis itu.
Kejadian dimaksud adalah pada tanggal 24 Januari 2021 sekitar pukul 11.00 WITA di mana sejumlah warga Buleleng, Bali, melaporkan adanya jejak cahaya di langit serta suara dentuman yang terdengar cukup jelas.
Sensor gempa di Stasiun BMKG di Singaraja mendeteksi adanya anomali getaran selama sekitar 20 detik mulai pukul 10.27 WITA. Getaran tersebut memiliki intensitas sekitar 1,1 magnitudo.
ADVERTISEMENT
Astronom sekaligus Peneliti Madya LAPAN, Dr. Rhorom Priyatikanto mengatakan sistem pemantauan orbit.sains.lapan.go.id tidak menunjukkan adanya benda artifisial atau sampah antariksa yang diperkirakan melintas rendah atau jatuh di wilayah Indonesia. Hal ini memperbesar kemungkinan bahwa kejadian yang teramati di Buleleng berkaitan dengan benda alamiah.
Meteor berukuran besar atau dikenal juga sebagai bolide atau fireball bisa jadi masuk ke atmosfer, terbakar, dan jatuh di dekat Buleleng. Dalam prosesnya, meteor tersebut dapat memicu gelombang kejut hingga suara dentuman yang bahkan terdeteksi oleh sensor gempa.
Sebagian besar meteor terbakar di atmosfer dan bisa jadi ada sebagian kecil yang tersisa dan jatuh ke permukaan Bumi (darat atau laut). Fragmentasi meteor besar juga jamak terjadi ketika meteor tersebut mencapai ketinggian sekitar 100 kilometer di atas permukaan Bumi.
ADVERTISEMENT
Belakangan ini, tidak ada aktivitas hujan meteor, kecuali dengan intensitas amat kecil. Namun, perlu diketahui bahwa pada tahun 2021 ini, sudah ada sekitar 40 ketampakan meteor besar (fireball) di berbagai belahan Bumi. International Meteor Organization (IMO) menerima dan mencatat laporan akan ketampakan fireball dengan cukup baik. Beberapa kejadian disertai dengan suara dentuman yang terdengar cukup jelas.
Minor Planet Center (MPC) yang dikelola oleh International Astronomical Union (IAU) tidak mengumumkan adanya papasan dekat asteroid dengan potensi bahaya. Pada tanggal 24 Januari 2021, terdapat setidaknya 3 asteroid berdiameter <100 m yang melintas dengan jarak minimum beberapa kali lipat jarak Bumi-Bulan.
Bila memang apa yang terjadi di Buleleng merupakan jatuhnya meteor berukuran besar, maka objek tersebut tidak berasosiasi dengan asteroid yang terdeteksi dan terkatalogkan sebelumnya.
Dentuman di Majene
Selang dua hari setelah dentuman di Bali, Warga Desa Maliaya, Kecamatan Malunda, Kabupaten Majene, Sulawesi Barat, digegerkan dengan adanya suara dentuman yang diduga dari dasar laut pada Selasa (26/1).
ADVERTISEMENT
Kepala Desa Maliaya, Masri, mengungkapkan suara dentuman tersebut terdengar oleh warga sebanyak dua kali, yakni pada pukul 09.00 WITA dan pukul 18.00 WITA.
Hal itu membuat warga di desa tersebut panik dan saat ini memilih mengungsi ke dataran tinggi.
"Iya, memang betul itu ada suara dentuman kayak suara ban pecah dan suara gemuruh dari dalam tanah. Jadi warga pada panik dan lari ke atas gunung mengungsi," kata Masri.
Dia menjelaskan, sebagian warga Desa Maliaya memilih tidur di tenda pengungsian karena tidak berani bermalam di rumahnya. Mereka baru kembali ke rumah pada siang hari.
Sementara Kepala Seksi Trantib Kecamatan Malunda, Yusriah, mengatakan suara dentuman dari dasar laut itu terdengar dua kali di perairan Desa Maliaya, yaitu sekitar pukul 09.00 WITA dan pukul 18.00 WITA.
ADVERTISEMENT
"Memang benar Pak, karena saya konfirmasi langsung sama kepala desanya. Namun kita tidak tahu itu dentuman apa. Hanya saja, saya selaku pemerintah mengimbau masyarakat agar tidak panik," kata Yusriah.
Menurut dia, dari informasi yang diterima kepala desa setempat, warga saat ini memilih mengungsi ke ketinggian. Yusriah menyebutkan, sebelum terjadi gempa berkekuatan 5,9 magnitudo pada Kamis (14/1) siang yang disusul dengan gempa 6,2 magnitudo pada Jumat (15/1), sejumlah warga juga mengaku mendengar suara dentuman di laut.
"Ya memang, sebelum gempa 5,9 (magnitudo) mengguncang, ada juga dentuman yang didengar masyarakat. Menurut penyampaian rekan kami," ujarnya.
Sedangkan Kepala Stasiun Meteorologi BMKG Majene, Agus, dalam rilisnya yang diterima Sulbar Kini meminta masyarakat untuk tetap tenang dan tidak terpancing dengan isu yang beredar.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, dari hasil monitoring Pusat Gempa Regional (PGR) IV Makassar, menunjukkan tidak ada data rekaman seismik yang mencatat adanya gempa di wilayah tersebut.
Dentuman di Lampung
Usai dari Majene, giliran masyarakat wilayah Tanggamus, Lampung Utara, dan Pringsewu digemparkan dengan suara mirip dentuman dibarengi dengan getaran pada hari Kamis (28/1) sekitar pukul 22.00 WIB.
Melalui akun Instagram resmi milik BMKG Provinsi Lampung @infobmkglampung suara dentuman yang didengar oleh masyarakat dini hari tadi bukan disebabkan oleh aktivitas gempa bumi.
"Terkait suara dentuman dan getaran di wilayah Tanggamus, Lampung Utara, Pringsewu bahwa jam 10-an tadi, alat kami tidak mencatat adanya gempa bumi di wilayah Lampung maupun awan-awan hujan di sekitar lokasi tersebut," tanggapan BMKG.
ADVERTISEMENT
Menurut saksi yang mendengar, dentuman terdengar hingga Kota Metro, Lampung seperti yang dikatakan oleh akun Instagram @vivi_chaa56 yang mengatakan suara dentuman tersebut mirip seperti suara petir.
Sementara menurut akun Instagram @yogie_jr11 suara dentuman tersebut disebabkan oleh sebongkah benda asing diduga meteor yang jatuh menimpa rumah warga di desa Mulyodadi, Kecamatan Punggur, Kabupaten Lampung Tengah.
Dentuman Keras 3 Kali Kagetkan Warga Surabaya
Suara dentuman keras sebanyak tiga kali terdengar di Surabaya pada Sabtu (30/1). Suara itu terdengar dari wilayah utara hingga pusat kota.
Salah seorang warga Surabaya bernama Aldy mengatakan, saat kejadian dirinya tengah tidur di tempat kerjanya di kawasan Genteng.
"Keras suaranya. Sampai saya terbangun dari tidur. Saya pikir suara dari ban mobil yang mbledos (meletus)," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Selain Aldy, informasi suara dentuman itu juga dikabarkan netizen. Salah satunya akun Twitter @Hartandh.
"Gess.. Ada yang denger dentuman 3x gak pagi ini... di kawasan Surabaya dan sekitarnya?," tulisnya seperti dilihat jatimnow.com.
"Saya daerah kenjeran denger 2x mas. Saya pikir itu suara gledek mau turun hujan. Soalnya daerah sini mendung," kata akun @mrdanangsaputra mengomentari @Hartandh.
Selain di wilayah tersebut, suara dentuman katanya juga sampai terdengar hingga wilayah Wonokromo.
Dentuman di Surabaya Ternyata Berasal dari Penerimaan taruna-taruni AAL
Kabag Ops Polres Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, Kompol Eko Nur Wahyudion, mengatakan suara dentuman itu berasal dari acara penerimaan taruna-taruni AL.
"Benar. Itu suara dentuman dari tradisi tahunan penyambutan penerimaan taruna-taruni AAL," jelas Eko.
ADVERTISEMENT
"Kenapa sampai terdengar keras? karena sekarang kan lagi pandemi COVID-19, jalanan sepi, semuanya sepi. Makanya sampai terdengar hingga radius cukup jauh. Kalau sebelum pandemi kan, banyak yang lalu lalang, suara dentuman jadi tidak begitu keras terdengar," tambahnya.
Dentuman di Sukabumi
Terbaru, suara dentuman terdengar oleh warga Sukabumi. Suara dentuman disertai gemuruh terjadi pada Sabtu (30/1) malam sekitar pukul 19.00 WIB.
Warga merasakan dua kali getaran sebelum muncul akibat suara gemuruh dan dentuman itu.
Kepala Mitigasi Gempa dan Tsunami BMKG, Daryono, mengatakan, pihaknya menangkap tanda terkait fenomena tersebut. Beberapa sensor seismik milik BMKG, kata Daryono, menunjukkan adanya anomali seismik saat bunyi dentuman itu terjadi.
"Hasil monitoring BMKG terhadap beberapa sensor seismik di wilayah Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, menunjukkan adanya anomali gelombang seismik saat warga melaporkan suara gemuruh yang disertai bunyi dentuman," ujar Daryono.
Daryono menambahkan, anomali seismik ini terlihat sebagai gelombang frekuensi rendah (low frekuensi). Dari sensor yang ditangkap, kata dia, bentuk gelombang suara dentuman (waveform) seismiknya mirip rekaman saat longsoran atau gerakan tanah terjadi.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, menurutnya, fenomena alam gerakan tanah memang lazim menimbulkan suara gemuruh bahkan dentuman yang dapat didengar warga di sekitarnya.
Kendati demikian, Daryono menuturkan, peristiwa itu masih memerlukan proses verifikasi lebih lanjut di lapangan. Hal itu dimaksudkan untuk mencari lokasi asal suara itu muncul.