Derita ABK yang Bekerja di Kapal Long Xing: Alami Perlakuan Tak Manusiawi

28 Juli 2020 18:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi kapal China. Foto:  HO / HANDOUT / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kapal China. Foto: HO / HANDOUT / AFP
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
RF merupakan salah satu ABK yang selamat dari perlakuan tidak manusiawi kapten Kapal Long Xing.
ADVERTISEMENT
Dia mengisahkan, pada bulan September tahun lalu, ia kehilangan beberapa rekannya sesama ABK Long Xing karena penyakit akibat perlakuan buruk di kapal penangkap ikan tersebut.
RF mengisahkan, sebelum meninggal, rekan-rekannya menderita penyakit dengan gejala yang sama, yakni tubuh yang membengkak.
"Semuanya satu gejala, kayak almarhum, dia badannya biasa, seminggu dia badannya beda, nambah gemuk tapi kulitnya lembek. Di (Kapal) enggak ada RS ya," kata RF dalam webinar kumparan membahas perdagangan orang di Kapal Ikan Asing, Selasa (28/7).
Saat mengalami rasa sakit dan penderitaan tersebut, awak kapal hanya bisa mengadu ke kapten kapal. Parahnya, sang kapten hanya akan memberikan obat seadanya. Paling buruk, RF pernah menerima infus yang telah memasuki masa kadaluarsa.
Ilustrasi human trafficking Foto: Pixabay
"Kalau ada penyakit kami ngadu ke kapten, yang dikasih kapten cuma suntik infus, dan obat expired, itu-itu aja sih obatnya, jadi enggak bisa lah," kata RF.
ADVERTISEMENT
RF juga sempat bercerita kemungkinan mereka memiliki badan yang bengkak. Selama berada di Kapal, para ABK ini bekerja dengan jam kerja yang panjang. Yakni pukul 10.00 pagi hingga pukul 04.00 dinihari.
Dengan waktu kerja sepanjang itu, para ABK hanya diberi kesempatan makan 10 sampai 15 menit setiap 6 jam. Selain itu, para ABK WNI ini makan makanan tak wajar, yakni makanan expired hingga umpan ikan.
"Kami diberi makan expired, makanan (umpan) ikan, jadi yang kita makan, sama dengan yang ikan makan. Lalu makan ayam yang sudah lama di freezer ikan lama di freezer, itu bau, minum air laut disuling, setiap bangun tidur dada rasanya sesak," tutur RF.
ADVERTISEMENT
Eksploitasi Kapal Long Xing
Perbudakan modern ini menyebabkan ketiga ABK WNI meninggal dunia; Sepri, Alfatah, dan Ari, akibat penyakit yang membuat tubuh mereka membengkak. Ari sempat dipindahkan ke kapal Tian Yu 8, lalu meninggal pada Maret 2020 dan dilarung ke perairan Korea.
Satu ABK WNI lainnya dari kapal Long Xing 629 meninggal dunia setelah berlabuh di Busan, Korea Selatan. Dia disebut menderita pneumonia.
Pihak kapal China Long Xing 629 mengklaim pelarungan jenazah atas persetujuan para ABK. Namun ABK membantahnya, dan ini telah dibenarkan RF. Itu berarti, tindakan ini adalah pelanggaran hukum dan kapal China telah berbohong dalam pernyataannya.
Saat ini, 14 WNI ABK lainnya telah berhasil dipulangkan.
ADVERTISEMENT
***
Saksikan video menarik di bawah ini.