Derita Perempuan di Yogya Patah Tulang Usai Kecelakaan di Waterboom

24 April 2025 19:16 WIB
ยท
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Alya Nugroho (24) saat dirawat usai kecelakaan di sebuah waterboom atau wahana air di Yogya. Foto: Dok. Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Alya Nugroho (24) saat dirawat usai kecelakaan di sebuah waterboom atau wahana air di Yogya. Foto: Dok. Pribadi
ADVERTISEMENT
Seorang perempuan di Yogya bernama Alya Nugroho (24) harus menderita patah tulang tiga titik dan dislokasi di bahu kiri karena kecelakaan di salah satu wahana air atau waterboom di Yogya. Peristiwa itu terjadi pada 31 Maret lalu.
ADVERTISEMENT
"Niat itu Lebaran ngajak adik saya sekeluarga buat bermain ke sana, terus teman saya juga," kata Alya melalui sambungan telepon, Kamis (24/4).
Alya mengatakan dia bersama adik dan temannya kemudian naik salah satu wahana. Tiga kali bermain, semuanya berjalan aman.
Petaka terjadi saat Alya naik keempat kalinya. Saat itu dia merasakan air yang kencang. Ini tak dirasakan saat naik sebelum-sebelumnya.
"Kejadian yang pas main yang keempat kali itu malah di tengah perosotan kita bertiga itu, sama-sama satu wahana itu kan sekali main tiga orang. Jadi bannya itu pegang. Kita tuh bertiga ngerasain tiba-tiba airnya tuh kok agak kencang," katanya
"Karena itu agak kencang dan bikin bannya kita itu jadi hilang keseimbangan. Dan terus teman saya yang paling di depan duduknya itu jatuh di luar, lepas dari ban duluan. Terus susul sama adik saya yang di tengah. Dan mereka lepas dari ban, setelah itu mereka meluncur sendiri tanpa ban," katanya.
ADVERTISEMENT
Saat itu tinggal Alya sendiri yang pegangan di ban. Namun dia malah semakin terpontang panting di dalam perosotan.
"Selama terpontang-panting itu, ya itu, bahu saya kiri kanan terbentur, kepala, sampai akhirnya ban saya muter dan kepala saya sama bahu saya jatuh duluan sebelah kiri. Pas jatuh itu akhirnya kan lepas dari ban. Bannya meluncur di luaran, sayanya di atas sendiri duduk. Nunggu dievakuasi," katanya.
Alya Nugroho (24) saat dirawat usai kecelakaan di sebuah waterboom atau wahana air di Yogya. Foto: Dok. Pribadi

Jalani Operasi

Setelah dievakuasi, Alya kemudian dibawa ke klinik di waterboom tersebut. Dia lalu dibawa ke rumah sakit terdekat. Di sana dirontgen didapati patah tiga titik dan dislokasi di bahu kiri.
"Akhirnya dirujuk (Rumah Sakit) Panti Rapih. Dari Panti Rapih itu baru, mau dilakukan tindakan operasi," bebernya.
ADVERTISEMENT
Sebelum tindakan operasi itu ayah Alya dimintai tanda tangan oleh pihak waterboom yang baru diketahui Alya setelah operasi. Isi perjanjian adalah tidak akan menuntut pihak waterboom jika ingin dioperasi.
"Dalam keadaan seperti itu kan jadinya tertekan ya orang tua saya. Karena kita emang enggak punya biaya sebesar itu untuk melakukan operasi. Jadi mau enggak mau ya sudah. Niatnya orang tua saya tanda tangan yang penting saya dioperasi dulu," katanya.

Hanya Ditanggung Biaya Operasi dan Rawat Inap

Setelah dioperasi Alya hanya dua hari di rumah sakit dan pulang. Alya mengatakan pihak waterboom kemudian ke rumahnya menyampaikan minta maaf. Sementara dalam perjanjian dijelaskan tanggung jawab waterboom hanya operasi dan rawat inap saja.
ADVERTISEMENT
Untuk perawatan lainnya seperti kontrol dan lain sebagainya ditanggung Alya sendiri.
"Jadi, dicover sampai rawat inap aja. Nah, sebenarnya di rumah itu sudah diomongin, kita itu mempertimbangkan lagi. Mengingat selama saya rawat jalan kan, saya sudah tidak bisa bekerja. Saya tidak mendapatkan penghasilan," katanya.
Namun ditunggu beberapa hari tak kunjung ada itikad baik dari pihak waterboom. Sembari menunggu, Alya juga mengurus ke BPJS siapa tahu dicover BPJS.
"Tapi ternyata dari pihak rumah sakit tidak bisa membantu. Karena asuransinya itu harus dicover cuma asuransi wisata. Saya tanyakan lagi ke sama orang BPJS-nya. BPJS-nya pun juga ngomong seperti itu, tidak bisa, harus langsung asuransi dari tiketnya," katanya.
Alhasil, Alya harus batal kontrol selama dua kali karena uangnya sudah digunakan untuk mengaktifkan BPJS. Lantaran tak tahan merasakan sakit, Alya akhirnya kontrol dengan uang pribadinya.
ADVERTISEMENT
"Sambil mama saya follow up ke manajemennya waterboom. Tapi belum dijawab. Dan di-WhatsApp lagi sama Papa saya. Belum dijawab lagi bahkan sampai satu minggu lebih itu tidak direspons sama sekali," katanya.
Total, Alya telah mengeluarkan uang hingga jutaan rupiah.
Alya berharap kejadian ini tak terulang kembali. Apalagi dia mendengar informasi ada kejadian serupa setelah dirinya. Di sisi lain, Alya juga ingin ada komitmen dari waterboom untuk membantu kesembuhannya.
"Iya (ada tanggung jawab waterboom harapannya). Tadi itu niatnya kayak sekadar bahan sharing. Biar nggak ada lagi yang seperti itu," jelasnya.
Di sisi lain, pen yang terpasang di tulang Alya juga harus dicabut ketika sudah satu tahun.
"Paling lama 2 tahun (harus dilepas). Cuma untuk biayanya itu kurang lebih bisa kayak operasi juga, operasi pertama. Nah, itu saya enggak tahu di-cover apa enggak, dari BPJS-ku juga enggak bisa. Dari (waterboom) sama sekali tidak ada informasi (untuk pelepasan pen). Kita terus mem-follow up itu terus. Tapi ya jawabannya tetap sama, kembali ke perjanjian di awal. Maksudnya peng-cover-an cuma dilakukan sampai dirawat inap aja. Selesai rawat inap, pasien sendiri yang menanggung," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Masih Pakai Gendongan
Sampai saat ini Alya juga masih mengenakan gendongan tangan. Gendongan tak boleh lepas enam bulan lamanya demi pemulihan yang optimal.
"Dua minggu pertama sakit banget. Dan saya juga langsung masuk kerja. Tetap gendongan karena tangan saya belum bisa diapa-apain, belum bisa gerak. Cuma gerakin jari aja," pungkasnya.
Hingga berita ini diturunkan belum ada keterangan dari pihak waterboom.