Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Desain Landasan Bandara Muan Korsel Picu Kecelakaan Pesawat Jeju Air?
31 Desember 2024 17:46 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Tiga hari selepas kecelakaan tragis Jeju Air Flight 2216 di Bandara Internasional Muan, Korea Selatan, para pakar penerbangan mulai menggarisbawahi kemungkinan faktor desain bandara dalam insiden ini.
ADVERTISEMENT
Kecelakaan pada Minggu pagi (29/12) itu menewaskan 179 dari 181 penumpang dan kru, menjadikannya bencana penerbangan paling mematikan di Korea Selatan.
Pesawat Boeing 737-800 tersebut menghantam struktur beton di ujung landasan setelah gagal mendarat dengan roda yang tidak terkunci.
Akibatnya, pesawat tergelincir dan terbakar hebat. Pilot sempat melaporkan adanya bird strike (tabrakan dengan burung) sebelum mendarat darurat.
Struktur Beton Jadi Sorotan
Struktur beton di ujung landasan, yang menampung antena untuk membantu panduan pendaratan, memicu perdebatan.
Profesor teknik sipil dari University of Southern California, Najmedin Meshkati, menyebut penggunaan beton “tidak biasa” dibandingkan struktur berbahan logam yang lebih fleksibel.
“Struktur yang kaku ini menjadi bencana saat pesawat yang tergelincir menabraknya,” ujar Meshkati kepada Al Jazeera.
“Jika struktur itu berbahan lebih lunak, tingkat keselamatan mungkin lebih tinggi,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Jarak Tidak Sesuai Standar
Menurut John Cox, mantan pilot 737 dan konsultan penerbangan, jarak struktur beton ini hanya 250 meter dari ujung landasan, lebih dekat dari standar internasional yang merekomendasikan minimal 300 meter.
Direktur Aviation Safety Asia, Dane Williams, juga menyoroti kurangnya engineered material arresting system (EMAS) di landasan. Teknologi ini berupa area khusus di ujung landasan yang mampu memperlambat atau menghentikan pesawat dengan kecepatan tinggi.
“Bandara-bandara canggih menggunakan material seperti pasir atau kerikil untuk mengurangi dampak tabrakan. Namun, jika ada keterbatasan ruang atau kondisi geografis, seperti danau atau lembah, penghalang fisik seperti beton dapat dimaklumi,” kata Williams.
Kemiringan Landasan dan Kecepatan Pesawat
Pilot sekaligus dosen senior di Buckinghamshire New University, Marco Chan, mengkritik kemiringan landasan di Bandara Muan yang memiliki slope turun 0,2 persen.
ADVERTISEMENT
Hal ini, menurutnya, bisa memengaruhi kelayakan pendaratan darurat.
“Video kecelakaan menunjukkan pesawat mendekat dengan kecepatan tinggi, yang menimbulkan pertanyaan apakah pesawat sudah disiapkan dengan benar untuk mendarat atau ada kegagalan sistem yang menghambat mekanisme perlambatan,” ujar Chan.
Pakar keselamatan penerbangan dari Amerika Serikat, Anthony Brickhouse, juga mencatat pesawat mendarat jauh dari zona awal landasan.
“Gesekan pada landasan sangat penting untuk memperlambat pesawat. Sayangnya, pesawat ini tampaknya tidak cukup lama berada di landasan untuk memperlambat kecepatannya,” ujarnya.
Investigasi Masih Berlangsung
Hingga kini, penyelidik dari Kementerian Transportasi Korea Selatan, dibantu Badan Keselamatan Transportasi Nasional AS (NTSB), tengah mengkaji berbagai kemungkinan, termasuk bird strike dan kegagalan sistem pesawat.
Meski bird strike sering terjadi—dengan lebih dari 13.000 laporan per tahun ke Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO)—insiden ini jarang menyebabkan kecelakaan fatal.
ADVERTISEMENT
Namun, para ahli menduga tabrakan burung ini mungkin merusak sistem penting seperti mesin atau hidrolik, yang memicu kegagalan berantai, termasuk roda pendaratan yang tidak berfungsi.
“Investigasi tidak hanya fokus pada pesawat, tetapi juga pada elemen manusia, seperti pilot, pengendali lalu lintas udara, dan teknisi perawatan,” kata Brickhouse.
Upaya Identifikasi Korban
Sementara itu, kotak hitam pesawat telah ditemukan, meski beberapa bagian kuncinya hilang.
Tim penyelidik kini berusaha mengekstrak data untuk mendapatkan petunjuk lebih lanjut.
Di sisi lain, otoritas Korea Selatan mempercepat identifikasi korban menggunakan analisis DNA, sementara keluarga korban terus menuntut informasi lebih lanjut.
Plt Presiden Korea Selatan, Choi Sang-mok, telah memerintahkan inspeksi keselamatan darurat pada seluruh operasi penerbangan di negara itu.
Pemerintah juga melakukan pemeriksaan terhadap seluruh armada Boeing 737-800 yang beroperasi di Korea Selatan.
ADVERTISEMENT