Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Detik-detik Bashar al-Assad Kabur dari Suriah ke Rusia
15 Desember 2024 14:25 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Setelah 24 tahun, pemerintahan Bashar al-Assad berakhir secara dramatis pada 8 Desember lalu, ketika dirinya memutuskan kabur dari Suriah ke Moskow.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Reuters, Assad merahasiakan rencana pelariannya bahkan dari lingkaran terdekat, termasuk ajudan, pejabat militer, hingga anggota keluarganya sendiri.
Hanya beberapa jam sebelum kabur, Assad masih meyakinkan sekitar 30 kepala militer dan keamanan bahwa bantuan dari Rusia akan segera datang.
Ia meminta mereka bertahan menghadapi pemberontak, yang saat itu hampir menguasai Damaskus. Namun, tak satu pun dari pernyataan itu benar.
Penguasa Suriah sejak tahun 2000 itu mengatakan kepada manajer kantor kepresidenannya, Sabtu (7/12), bahwa dia akan pulang ke rumah selepas bekerja.
Tapi, menurut ajudannya, ia malah pergi ke bandara dan melarikan diri dari Damaskus pada Minggu (8/12) dini hari, terbang di bawah radar dengan transponder dimatikan.
Keluarganya —istri dan tiga anaknya— sudah terlebih dahulu berada di Moskow.
Assad juga menipu penasihat medianya, Buthaina Shaaban, dengan memintanya datang ke rumah untuk menuliskan pidato. Ketika Shaaban tiba, rumah tersebut sudah kosong.
ADVERTISEMENT
Bahkan, adik Assad, Maher al-Assad, pemimpin Divisi Lapis Baja ke-4 Angkatan Darat, tidak mengetahui rencana pelarian tersebut.
Video yang diunggah pemberontak menunjukkan rumah Assad ditinggalkan begitu saja, dengan makanan masih tersisa di atas kompor dan barang-barang pribadi seperti album foto keluarga tercecer.
Saat Rusia dan Iran Tak Lagi Mendukung
Meski menjadi sekutu utama Assad selama perang saudara, Rusia dan Iran menolak memberi bantuan militer ketika situasi memburuk.
Assad sempat memohon intervensi langsung saat mengunjungi Moskow pada akhir November, namun Kremlin lebih memprioritaskan konflik di Ukraina.
Diplomat senior Iran yang bertemu Assad beberapa hari sebelum kejatuhannya mengungkapkan bahwa pemimpin Suriah itu terlihat tertekan dan menyadari pasukannya terlalu lemah untuk bertahan.
Assad akhirnya memilih untuk tidak meminta bantuan militer dari Teheran, khawatir hal itu memicu serangan Israel.
ADVERTISEMENT
Upaya Penyelamatan Diplomatik
Meski Rusia menolak intervensi militer, Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov memimpin upaya diplomatik untuk memastikan keselamatan Assad.
Moskow bekerja sama dengan Qatar, Turki, dan bahkan kelompok pemberontak Hayat Tahrir al-Sham (HTS) untuk menjamin perjalanan Assad ke Rusia.
Keputusan Assad untuk kabur tanpa perlawanan memicu kecaman keras.
“Dia meninggalkan pendukungnya untuk menghadapi nasib mereka sendiri,” kata Nadim Houri dari Arab Reform Initiative.
Dua sepupu Assad, Ehab dan Eyad Makhlouf, mencoba melarikan diri ke Lebanon tetapi disergap pemberontak. Ehab tewas, sementara Eyad terluka parah.
Pelarian Assad menandai akhir kekuasaan dinasti keluarganya yang telah berlangsung selama lebih dari 50 tahun. Bagi banyak pihak, kejatuhannya bukan hanya soal kekalahan militer, melainkan simbol pengkhianatan terhadap mereka yang pernah berdiri di belakangnya.