Dewi Nur Aisyah: Kenaikan Corona di Jabodetabek Akan Terlihat Akhir Mei 2021

24 Mei 2021 13:05 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
dr Dewi Nur Aisyah Foto: BNPB
zoom-in-whitePerbesar
dr Dewi Nur Aisyah Foto: BNPB
ADVERTISEMENT
Anggota tim pakar Satgas COVID-19, Dewi Nur Aisyah, meminta seluruh lapisan masyarakat siaga terhadap lonjakan kasus corona usai Lebaran. Banyak klaster-klaster selama Ramadhan dan Idul Fitri yang dapat memicu kenaikan kasus COVID-19 secara pesat kalau warga tak hati-hati.
ADVERTISEMENT
"Gambaran kenaikan kasus pada masa Ramadhan dan Idul Fitri, kita bisa melihat ada beberapa klaster yang bermunculan. Kita harus bisa belajar. Pertama klaster tarawih, salah satunya di Pati, Malang, Banyumas, dengan berbagai macam jumlah penularan. Kita lihat adapun di Banyuwangi paling banyak 62 orang positif, bahkan 6 dari ini meninggal dan 7 dirawat di RS," kata Dewi dalam siaran pers virtual di YouTube Pusdalops BNPB yang dikutip kumparan, Senin (24/5).
"Kemudian klaster halal bihalal ini kita lihat di Cilangkap ada 2 RT dan jumlahnya cukup banyak, ini nanti kita harus liat di klaster keluarga karena halal bihalal. Kemudian pemudik ini di akhir April sempat terjadi di Pati, 39 warga positif, kemudian juga pemudik di Jakarta juga mulai terlihat," imbuh dia.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, Dewi menjelaskan data dari Mahadata UI terkait pergerakan mobilitas penduduk Jabodetabek per 1 April-18 Mei 2021 yang diambil menggunakan Facebook. Data menunjukkan arus mudik dari Jabodetabek terjadi pada 5 Mei, sedangkan arus balik ke Jabodetabek terjadi pada 16-17 Mei 2021.
Sehingga, Dewi meminta masyarakat harus bisa mewaspadai kapan potensi penularan corona terjadi paling tinggi di daerahnya. Jika dalam masa arus mudik, maka akan terjadi potensi penularan di daerah tujuan mudik.
Potensi Penularan dari Klaster COVID-19 di Masa Ramadhan dan Idul Fitri. Foto: YouTube/Pusdalops BNPB
Sementara di masa arus balik, ada potensi kenaikan di daerah-daerah keberangkatan mudik, khususnya Jabodetabek.
"Semua daerah harus bisa mulai mengcapture potensi penularan-penularan yang terjadi di daerahnya. [Saat arus mudik] maka kenaikan kasus terjadi di daerah tujuan mudik. Sedangkan ketika orang orang dari daerah luar mudik kembali ke Jakarta, ada kemungkinan akan terlihat kenaikan kasus di Jabodetabek mulai akhir Mei 2021," tutur Dewi.
ADVERTISEMENT
Dewi kemudian memberikan sejumlah rekomendasi antisipasi, apa yang harus dilakukan masyarakat untuk mencegah peningkatan penularan COVID-19.
Pertama, ia meminta aparat daerah meningkatkan optimalisasi 3T bagi pelaku perjalanan mudik, non mudik, salat tarawih, halal bihalal, termasuk pelaku kerumunan di pusat perbelanjaan maupun tempat wisata.
"Jumlah testing harus makin ditingkatkan. Tracing paling penting, kalau sudah ditemukan positif pelaksanaan karantina terpusat harus dilakukan, isolasi mandiri boleh tapi pengawasan ketat. Lalu pantau positivity rate dan varian baru. Kedua terkait pengendalian terkecil kita manfaatkan implementasi mikro lockdown," lanjut dia.
"Terakhir, maksimalkan kolaborasi masyarakat, tumbuhkan kesadaran dan gotong royong. Ketika kita lihat 1 RT ada puluhan orang terkena, bagaimana caranya kita bisa gotong royong untuk saling bantu. Lalu 3M dan kolaborasi lintas industri, sektoral dari level pusat hingga daerah," pungkasnya
ADVERTISEMENT