Di Balik Buku Ayat-ayat yang Disembelih

22 September 2017 15:39 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Buku Ayat-ayat yang Disembelih (Foto: Ardhana Pragota/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Buku Ayat-ayat yang Disembelih (Foto: Ardhana Pragota/kumparan)
ADVERTISEMENT
Ada banyak buku yang membahas tentang sejarah Partai Komunis Indonesia (PKI) ataupun peristiwa G30S/PKI. Salah satunya adalah buku yang berjudul 'Ayat-ayat yang Disembelih' karya Thowaf Zuharon dan Anab Afifi.
ADVERTISEMENT
Salah satu penulis buku yang terbit tahun 2015 ini, Anab Afifi, menjelaskan di balik lahirnya buku tersebut. Buku tersebut lahir tepatnya bulan Oktober 2015. Pengerjaan buku ini hingga dicetak adalah dua pekan.
Ia menceritakan, buku tersebut berisi cerita tentang banyaknya masyarakat yang menjadi korban kekejaman PKI pada kurun waktu 1926-1968. Korban PKI di tepi Sungai Bengawan Solo bukan dari kalangan Islam, melainkan umat Kristen, Hindu, dan Buddha.
"Seorang pemimpin PKI yang bernama Kutil melakukan pembantaian besar-besaran di Brebes, Pekalongan, dan lain-lain. Kutil mendirikan partai itu pada tahun 1945," kata Anab saat berbincang dengan kumparan (kumparan.com), Kamis (21/9).
Film G30S/PKI  (Foto: YouTube Portal XDP)
zoom-in-whitePerbesar
Film G30S/PKI (Foto: YouTube Portal XDP)
Dalam bukunya setebal 259 halaman, ia menuliskan kisah nyata dari 40 saksi hidup yang terdiri atas korban, kerabat, dan keluarga korban keganasan PKI di Jakarta, Solo, Ngawi, Madiun, Magetan, Ponorogo, Kediri, Blitar, dan Surabaya.
ADVERTISEMENT
Ayat-ayat disembelih yang dimaksudkan Anab dalam bukunya adalah para kiai yang dibunuh oleh anggota PKI.
"Di sana banyak yang dibantai termasuk para kiai. Di sana ada jembatan beruk abang, tempat pembantaian. Tahun 1965 sampai 1968 mengenai aksi-aksi PKI. Polanya itu sama," ujarnya.
"Jadi ulama ulama yang terkenal di Pesantren Termas itu ada Kiai Dimyati ada tokoh pesantren takeran Kiai Imam Mursyid. Mereka dibunuh," imbuh dia.
Tak ada niat untuk mengungkit luka lama dalam penulisan buku ini, Anab dan Thowaf hanya ingin membeberkan fakta sejarah. Ia menyebut proses rekonsiliasi antara pelaku dan pihak korban sudah terjadi sejak lama.
"Sekarang antara keluarga pelaku dan keluarga korban sudah terjadi rekonsiliasi yang terbangun secara alamiah. Mereka sudah ada yang bisa hidup berdampingan.Meski belum semuanya," bebernya.
ADVERTISEMENT