Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
KH Maimoen Zubair atau Mbah Moen meninggal dunia ketika menjalani ibadah haji di Makkah, Arab Saudi, pada Selasa (6/9). Sempat terjadi polemik soal di mana Mbah Moen akan dimakamkan; di Makkah tempatnya meninggal dunia atau di Indonesia. Namun akhirnya keluarga Mbah Moen memutuskan pemakaman dilakukan di Ma'la, Makkah.
ADVERTISEMENT
"Sebagian putranya ada yang menghendaki di Makkah, dan ada yang di Indonesia. Dari tokoh Indonesia juga menghendaki Mbah Maimoen dimakamkan di Indonesia karena ingin memberi penghormatan terakhir di makamnya," kata Mukhlisin, anggota DPR RI komisi VI dari PPP yang mengiringi jasad Mbah Moen hingga pembaringan terakhir.
Berbicara kepada kumparan dan tim Media Center Haji di Makkah, Rabu (7/8), Mukhlisin mengatakan polemik itu akhirnya diselesaikan setelah keluarga memutuskan untuk meminta saran dari Sayyid Ahmad Al Maliki, guru dari anak-anak Mbah Moen di Makkah. Ketika dimintai pendapat, Sayyid Ahmad tengah berada di Turki.
"Setelah istikharah, beliau (Sayyid Ahmad) mensyaratkan Kiai Maimoen dimakamkan di samping ayah dan kakek Sayyid Ahmad (di Ma'la). Karena telah menyerahkan keputusan kepada Sayyid Ahmad, akhirnya keluarga mengikuti," kata Mukhlisin.
ADVERTISEMENT
Hal ini dibenarkan oleh Abdullah Assegaf, khodim pesantren di Makkah yang menjadi penghubung antara keluarga dan Sayyid Ahmad. Menurut Abdullah, Ma'la bukan pemakaman sembarangan. Banyak kiai dari Indonesia yang juga dimakamkan di pemakaman sekitar 500 meter dari Masjidil Haram itu. Beberapa keluarga Nabi juga dimakamkan di tempat ini.
"Sayyid Ahmad berkata, kalau disuruh memilih, saya memilih di sini (Ma'la). Sayyid Ahmad tahu keutamaan Ma'la. Akhirnya Sayyid Ahmad minta dimakamkan di Ma'la dan keluarga setuju," kata Abdullah yang ditemui sebelum pemakaman Mbah Moen.
Mukhlisin mengatakan, tidak semua jemaah haji bisa dimakamkan di Ma'la. Biasanya, jemaah haji yang meninggal dunia di Makkah akan dikebumikan di pemakaman Sharaya. Namun pemerintah Indonesia mengurus pemakaman Mbah Moen ke Kegubernuran Makkah.
ADVERTISEMENT
Staf kegubernuran Makkah, kata dia, telah mengetahui ketokohan Mbah Moen di Indonesia, sehingga proses persetujuan berlangsung dengan cepat. Proses pemakaman Mbah Moen juga berlangsung dengan cepat. Setelah meninggal dunia sekitar pukul 04.00 pagi, Mbah Moen dikebumikan ba'da Zuhur.
Satu contoh cepatnya proses pemakaman, lanjut Mukhlisin, biasanya pemakaman dilakukan setelah sertifikat kematian keluar, namun Mbah Moen dimakamkan sebelum surat itu keluar. Selain itu, proses salat jenazah di Masjidil Haram hingga jasad dibawa ke Ma'la juga sangat kilat.
"Setelah disalati di Masjidil Haram, jasad Mbah Moen dilepas duluan," kata Mukhlisin.
"Seakan Mbah Moen yang ingin jalannya cepat," lanjut dia lagi.
Sebelum dimakamkan, jasad Mbah Moen usai dimandikan dan dikafani disemayamkan di Kantor Urusan Haji Daerah Kerja Makkah. Ratusan jemaah haji berdatangan, menyalatkan dan mendoakan almarhum.
ADVERTISEMENT
Mukhlisin mengatakan, disemayamkannya Mbah Moen di daker juga sebuah pengecualian. Biasanya, jenazah jemaah haji yang meninggal di tanah suci akan langsung dilakukan proses pemakaman tanpa disemayamkan.
"Saya sampaikan kalau Mbah Maimoen adalah tokoh umat di Indonesia. Kami diminta oleh pemerintah Indonesia agar bisa disemayamkan dulu di Daker Makkah untuk memberi penghormatan terakhir," ujar Mukhlisin.