Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
ADVERTISEMENT
Sebuah video yang beredar di dunia maya membuat geger warga Pandeglang , Banten. Pasalnya, video tersebut menampakkan sejumlah laki-laki dan perempuan yang mandi tanpa busana di sebuah rawa.
ADVERTISEMENT
Orang-orang dalam video tersebut diduga sedang melakukan ritual aliran sesat . Polisi pun akhirnya bertindak mengamankan 16 orang warga Kecamatan Cigeulis Kabupaten Pandeglang yang terlibat dalam ritual tersebut.
"16 orang yang diamankan terdiri dari 5 orang perempuan, 8 orang laki-laki dan 3 orang anak-anak," ujar Wakapolres Pandeglang, Kompol Riky Crisma Wardana kepada kumparan, Jumat, (12/3).
Setelah diselidiki, Riky menyebut laki-laki dan perempuan dalam video viral itu sedang melaksakan ritual ajaran Balakasuta. Ajaran ini diadopsi dari ajaran Hakekok yang dibawa oleh pimpinan berisial A, seorang warga Bogor.
"Ketuanya ini saudara A (52). Ajarannya mengadopsi dari ajaran hakekok, dibawa oleh almarhum E kemudian diteruskan ke saudara A ini dengan ajaran Balakasuta," ujar Riky.
Kepada polisi, A mengaku aksi mandi bersama sebagaimana terlihat di video itu untuk membersihkan dari dosa dan menjadikan diri lebih baik. Namun demikian, polisi belum memberi keterangan bahwa kelompok Hakekok ini merupakan aliran sesat atau bukan.
ADVERTISEMENT
"Kita masih lakukan penyelidikan, nanti kita akan berkoordinasi juga dengan Bakorpakem yang diketuai oleh Bapak Kejari Pandeglang," terang Riky.
Di balik praktik mandi bareng laki-laki dan perempuan tersebut, A (52 tahun) sebagai pimpinan ajaran Hakekok memang dikenal sebagai pribadi tertutup dan tidak pernah bersosialisasi oleh warga sekitarnya.
Tetangga A berinisial I menyebut bahwa A hampir setiap hari pergi ke dalam hutan. Masih menjadi misteri bagi warga sekitar apa yang dilakukan A di dalam hutan.
"Sering ke hutan, tiap hari. Memang saya denger kalau A ini sering melakukan ritual. Tapi enggak tahu ritual apa," ungkap I.
Gerak-gerik A pun mendapat sorotan kepolisian. Rumah pimpinan Hakekok yang terletak di daerah Cegeulis, Pandeglang, Banten itu pun diperiksa. Hasilnya, sejumlah barang mencurigakan ditemukan.
ADVERTISEMENT
"Kami menemukan kitab-kitab, pusaka-pusaka, jimat-jimat serta alat kontrasepsi berupa kondom," ujar Kapolres Pandeglang AKBP Hamam Wahyudi kepada wartawan, Jumat (12/3).
Hamam menduga barang tersebut diduga digunakan A untuk mempengaruhi pengikutnya. Selain itu, ia juga menjanjikan anggotanya kekayaan berlimpah dan keselamatan.
"Jadi (A) pemimpinnya ini mengiming-imingi kalau mau selamat dunia akhirat harus mengikuti aliran tersebut. Dan mereka pun dijanjikan akan mendapat kehidupan yang layak berupa kekayaan yang berlimpah," jelas Hamam, Jumat (12/3).
Pihak keagamaan pun turun tangan atas ajaran Hakekok yang diduga sesat tersebut. Ketua MUI Pandeglang Hamdi Ma'ani turut menemui pimpinan ajaran Hakekok di Kejari Pandeglang, Jumat (12/3).
Dari pertemuan itu, terungkap motivasi di balik ajaran Hakekok. Yakni untuk komitmen dengan Imam Mahdi yang diklaim sebagai Mbah para pengikutnya agar diberi kekayaan luar biasa.
ADVERTISEMENT
Hamdi menambahkan bahwa ritual mandi bersama yang dilakukan A dan pengikutnya disebut untuk membubarkan diri. Sebab, pengikut ajaran Hakekok itu menilai kekayaan yang dijanjikan tak pernah terwujud.
"Maka pas momen rajab kemarin itu sekaligus haul Mbah mereka, akhirnya mereka berniat mensucikan diri bersama-sama untuk kemudian membubarkan diri," tambahnya.
Pernah Muncul 2009
Ajaran Hakekok yang mengajarkan mandi bugil lawan jenis itu bukan kali pertama mencuat di Pandeglang, Banten. Menurut eks Kepala Desa Sekong Wawan Gunawan, pernah ada ajaran serupa di Padepokan Hakekok pada 2009.
Padepokan tersebut dibakar massa karena mengembangkan ajaran yang dinilai sesat. Pemimpinnya, Sahrudin, telah mendirikan padepokan itu sejak 2004 di Desa Sekon, Cimanuk dengan embel-embel majelis zikir.
ADVERTISEMENT
"Padepokan itu berdiri sudah lima tahun dan santrinya dari daerah lain seperti Jawa Barat, DKI Jakarta dan Banten," kata Wawan kepada Antara pada 2009.
Wawan menyebut warga kesal setelah mengetahui Sahrudin kerap menggauli santri wanita. Dilaporkan dua santri dilecehkan oleh Sahrudin. Bahkan, dua anak tiri Sahrudin pun menjadi korban.
"Kemungkinan pembakaran itu akibat kekesalan warga karena Sahrudin pemilik padepokan mengembangkan ajaran sesat," katanya.