Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Di balik Tewasnya Pemimpin ISIS: Situasi Mencekam hingga Anak-anak Jadi Korban
5 Februari 2022 7:36 WIB
·
waktu baca 7 menitADVERTISEMENT
Operasi militer Amerika Serikat (AS) di Suriah membuahkan hasil. pemimpin ISIS , Abu Ibrahim al-Hashemi al-Quraishi, tewas dalam serangan ini.
ADVERTISEMENT
Presiden AS Joe Biden Quraishi tewas akibat meledakkan diri setelah dikepung dari segala penjuru oleh militer AS di sebuah gedung tiga lantai di Atmeh yang ditinggali bersama keluarganya.
"Tindakan terakhir dari kepengecutan yang putus asa. Meledakkan diri sendiri seperti pendahulunya, pendiri ISIS, Abu Bakr al-Baghdadi," kata Biden dikutip dari Reuters, Jumat (4/2).
ledakan itu begitu besar. Hampir seluruh orang yang ada di dalam gedung termasuk keluarga Quraishi, tewas.
Quraishi bukan satu-satunya tokoh ISIS yang tewas dalam operasi tersebut. Salah satu letnan Quraisy, yang juga tinggal di gedung itu, membarikade dirinya dan anggota keluarganya di dalam gedung.
Sebelum Quraishi, Pendiri ISIS Baghdadi Juga Ledakkan Diri
Mengakhiri hidup dengan meledakkan diri tak hanya dilakukan Quraishi sebagai pemimpin ISIS. Pada 2019, pendiri ISIS, Abu Bakar al-Baghdadi juga mengakhiri hidup dengan bom bunuh diri.
ADVERTISEMENT
Kematian Baghdadi bermula saat tentara Amerika Serikat melancarkan operasi militer dengan nama kode Operasi Kayla Mueller pada Oktober 2019. Nama ini diambil dari nama korban penculikan dan pembunuhan oleh ISIS pada 2013 lalu, Kayla Mueller.
Badan intelijen Irak berhasil menemukan lokasi persembunyian Baghdadi dan keluarganya di Idlib, barat laut Suriah, pada pertengahan 2019. Mereka langsung berkoordinasi dengan pihak intelijen AS.
Setelah melalui rangkaian penyusunan rencana, Presiden AS saat itu, Donald Trump, memberikan izin untuk melancarkan operasi pada 25 Oktober.
Di tengah situasi mencekam penuh baku tembak, pasukan AS berhasil memasuki kompleks itu. Saat itulah mereka menyadari Baghdadi tidak berada di dalam bangunan, melainkan bersembunyi di sebuah lubang terowongan kecil.
Baghdadi membawa dua anaknya yang masih berusia di bawah 12 tahun bersembunyi. Berhadapan jalan buntu, Baghdadi akhirnya meledakkan diri dengan menggunakan rompi bunuh diri, turut menewaskan dua anaknya.
ADVERTISEMENT
Setelah kematian Baghdadi, Quraishi menjadi pemimpin kelompok radikal ISIS sejak 2019, yang ironisnya juga mengakhiri hidup dengan cara yang sama.
Cerita Mencekam Operasi Militer AS Buru Quraishi
Penduduk setempat di Kota Atmeh menjadi saksi detik-detik operasi militer AS memburu Quraishi. Penduduk mengatakan tanda awal berlangsungnya operasi adalah deru bising dari baling helikopter yang memecah keheningan pinggiran Kota Atmeh.
“Mengerikan. Anda tidak tahu siapa orang-orang ini, apa yang mereka inginkan ataupun siapa yang mereka targetkan,” ungkap Abdulla Amin yang berada sekitar 50 meter dari tempat kejadian, seperti dikutip dari Wall Street Journal.
Pria berusia 30 tahun itu menjelaskan, gemuruh helikopter disusul peringatan dari pengeras suara yang meminta warga untuk segera meninggalkan lokasi. Imbauan itu dikumandangkan dalam bahasa Arab selama 45 menit.
ADVERTISEMENT
Abdulla mengaku saat pasukan AS tiba dia sedang menonton film bersama keluarganya. Ia kemudian melihat helikopter menembaki gedung dengan senapan mesin.
Seorang wanita mengatakan, tentara AS mengancamnya untuk pergi jika tidak ingin terbunuh. Tentara tersebut juga membuat suaminya berbaring di tanah.
Sejumlah tentara juga mengambil anak -anak ibu tersebut sebelum mengikat tangannya. Ia mengaku ketakutan melihat keluarganya diperlakukan demikian.
Sekitar satu jam setelahnya, suara letupan senjata mulai terdengar dari lokasi pengepungan al-Quraishi. Saat itu, Pasukan AS diketahui tengah memasuki lantai dua gedung tempat Quraishi bersembunyi.
Salah seorang letnan ISIS dan istrinya mulai menembaki pasukan AS. Keduanya terbunuh dalam baku tembak. Seorang anak juga ditemukan tewas di lantai itu.
Abdulla kemudian melihat ledakan dari dalam gedung menyusul letupan senjata ringan. Ledakan yang menghancurkan lantai teratas ternyata disebabkan Quraishi sendiri.
ADVERTISEMENT
Sebelum pasukan AS menyergapnya, ia telah meledakkan bom bunuh diri dan menewaskan keluarganya dan orang-orang yang tinggal di gedung tersebut.
Anak-anak Jadi Korban Operasi Militer AS Buru Quraishi
Badan Pemantau HAM Suriah menyebut, tujuh warga sipil termasuk dari 13 korban jiwa serangan AS di Suriah. Empat di antaranya bahkan anak-anak.
Jumlah pasti korban anak-anak masih simpang siur. Sebab informasi dari pihak AS berbeda-beda.
Menurut seorang pejabat senior Amerika Serikat, sebelum operasi militer meminta seluruh penghuni gedung tempat al-Qurashi bersembunyi untuk segera keluar. Terdapat satu keluarga, terdiri dari suami istri dan seorang anaknya, yang muncul dan dievakuasi.
Pejabat lainnya mempunyai informasi berbeda. Dia mengatakan, delapan anak dan dua orang dewasa berhasil diselamatkan. Tapi, ia belum tahu apakah ada korban lain. Sebab, ketika al-Qurashi meledakkan diri kemungkinan besar masih ada beberapa warga sipil di dalam gedung.
ADVERTISEMENT
Jubir Pentagon, John Kirby, punya jawaban berbeda. Dia mengakui ada korban jiwa yang jatuh Jumlahnya mencapai tiga orang. Mereka adalah istri dari Qurashi dan dua orang anaknya.
Biden dan Harris Tonton Terbunuhnya Qurashi dari Gedung Putih
Biden didampingi Wakil Presiden AS Kamala Harris dan sejumlah pejabat Pemerintahan turut menyaksikan secara langsung upaya tentara AS memburu Quraishi.
Mereka menyaksikan aksi tentara AS di perbatasan Suriah -Turki itu di Ruang Situasi Gedung Putih pada Rabu (2/2) pukul 05.00 sore Waktu Timur (ET). Saat itu, Biden baru saja menyelesaikan diskusi dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron lewat telepon.
“Presiden Biden, Wapres Kamala Harris, dan pejabat Pemerintahan menerima kabar secara real-time dari Austin, Milley, dan McKenzie, sembari mereka menyaksikan berlangsungnya operasi lewat beberapa layar di Ruang Situasi,” ungkap pejabat Gedung Putih yang tak disebutkan namanya.
Kabar-kabar yang diterima Biden dan Harris itu datang dari Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin, Atasan Kepala Staf Gabungan Mark Milley, serta Jenderal Marinir Frank McKenzie, yang memantau langsung pasukan AS di kawasan.
ADVERTISEMENT
Operasi kontra-terorisme ini sebenarnya sudah direncanakan sejak awal Desember 2021. Persiapan dimulai ketika Washington dan Pentagon berhasil memastikan tempat tinggal Quraishi.
Tetapi, begitu menyadari bangunan tempat tinggal Quraishi juga dihuni oleh sejumlah keluarga, tentara AS meramu rencana evakuasi warga. Opsi serangan jarak jauh pun dicoret.
Lampu hijau diberikan oleh Biden pada Selasa (1/2), dalam rapat di Kantor Oval Gedung Putih bersama Menhan Austin dan Jenderal Mark Milley. Dengan restu itu, pasukan AS bergerak menuju Atmeh pada Rabu (2/2).
Joe Biden: Tuhan Berkati Tentara AS
Usai operasi yang begitu mencekam, Biden berharap pasukan AS selalu berada di bawah lindungan Tuhan. Hal ini disampaikan oleh seorang pejabat Gedung Putih yang tidak disebutkan namanya.
ADVERTISEMENT
“Presiden Biden mengatakan, ‘Semoga Tuhan memberkati pasukan kita,’ ketika pasukan AS lepas landas usai operasi militer berlangsung, dan terus memantau kondisi mereka di malam hari ketika mereka terbang menuju tempat aman,” kata pejabat tersebut, sebagaimana dikutip dari Reuters.
Setelah pasukan AS dipastikan berada di lokasi aman, Biden mengenang kembali peristiwa serangan udara yang diluncurkan AS pada 2015.
Saat itu, serangan menewaskan seorang pimpinan ISIS dan melukai Quraishi—hingga membuatnya kehilangan satu kaki.
ADVERTISEMENT
Pasukan AS mengatakan, mereka berhasil mengkonfirmasi identitas jenazah Quraishi dengan menggunakan data biometrik yang diambil dari sidik jari jenazah. Mereka pun menunggu tes DNA tuntas sebelum akhirnya mengumumkan kematian si pentolan ISIS ini.
Pasukan Khusus AS Pemburu Pemimpin ISIS
Juru bicara Kementerian Pertahanan AS, John Kirby, mengkonfirmasi operasi militer itu dilaksanakan oleh Pasukan Khusus di bawah kendali Komando Pusat Amerika Serikat (US Central Command, CENTCOM).
ADVERTISEMENT
Dalam keterangannya, Menhan AS Lloyd J Austin menyampaikan apresiasinya kepada dua komando kombatan terpadu AS dalam menjalankan misi ini.
“Saya mengapresiasi kepemimpinan dari Komando Pusat AS dan Komando Operasi Khusus AS atas dukungan luar biasa mereka dalam perencanaan dan eksekusi dari misi berbahaya ini,” ucap Austin, sebagaimana dikutip dari situs resmi Kemenhan AS pada Jumat (4/2).
AS memiliki 11 komando kombatan terpadu yang terbagi ke dalam 7 komando kombatan geografis dan 4 komando kombatan fungsional.
Dalam operasi militer ini, merujuk pada pidato Austin, terlibat satu komando kombatan geografis, yaitu Komando Pusat AS, dan satu komando kombatan fungsional, yakni Komando Pasukan Operasi Khusus AS.
Pasukan Khusus AS atau Special Operations Forces (SOF) beroperasi di bawah Komando Pasukan Operasi Khusus Amerika Serikat (USSOCOM atau SOCOM), yang bermarkas di Pangkalan Angkatan Udara MacDill, Tampa, Florida.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari laporan Congressional Research Services oleh Andrew Feickert, SOF merupakan komponen pasukan yang ditunjuk Menhan AS.
Dalam beberapa tahun terakhir, peran SOF semakin signifikan dalam menjalankan operasi kontra-terorisme di seluruh dunia.
Mereka secara spesifik diatur, dilatih, dan dipersiapkan untuk melaksanakan serta mendukung operasi khusus. USSOCOM menjadi komando kombatan bertanggung jawab dalam latihan, doktrin, dan mempersiapkan kebutuhan seluruh unit SOF AS.