Di Bawah Liz Truss Inggris Akan Lebih Tegas Terhadap China
ADVERTISEMENT
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
ADVERTISEMENT
Truss mengadopsi sikap yang lebih tegas daripada pendahulunya, Boris Johnson. Partai Konservatif menilik celah dalam kebijakan-kebijakan Johnson terkait China. Pandangan itu tampaknya tidak akan berlaku bagi pemerintahan Truss.
Hubungan kedua negara pernah menyaksikan 'era keemasan' selama pemerintahan mantan Perdana Menteri Inggris, David Cameron. Pada 2015, Cameron berharap dapat menjadi teman terdekat China di Barat.
Harapan itu terperosok dalam pergantian perdana menteri hingga tiga kali dalam tujuh tahun terakhir. Inggris menjadi semakin sering melayangkan kritik terhadap praktik perdagangan China.
Kedua negara terlibat dalam perselisihan pula terkait situasi HAM di Hong Kong dan Xinjiang. Inggris berubah dari pendukung utama China di Eropa menjadi salah satu kritikus paling sengit.
Inggris mengkhawatirkan investasi China dapat menimbulkan risiko keamanan nasional. London kian merisaukan ketegasan militer dan ekonomi China. Sebab, tindakan itu dapat bertentangan dengan agenda perdagangan bebas pasca-Brexit.
ADVERTISEMENT
Truss sendiri mengaku sebagai pembela tatanan internasional pasca-Perang Dunia II. Dia memandang China sebagai ancaman terhadap tatanan yang mengatur urusan perdagangan dan diplomatik.
Truss lantas menggunakan perannya untuk membangun benteng pertahanan terhadap China di Inggris. Dia sempat menjabat sebagai Menteri Perdagangan Inggris pada 2019-2021.
Kala itu, Truss memperingatkan, Barat akan kehilangan kendali atas perdagangan global bila tidak bersikap keras terhadap China. Dia mendorong reformasi Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
"Jika kita gagal bertindak, maka kita berisiko memecah perdagangan global di bawah tirani terbesar," tegas Truss, dikutip dari Reuters, Rabu (7/9).
Truss kemudian menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Inggris pada 2021-2022. Selama itu, dia meyakinkan para menlu anggota G7 untuk mengutuk kebijakan ekonomi China.
ADVERTISEMENT
Truss merujuk pada kebijakan investasi global Beijing. Para kritikus mengatakan, kebijakan semacam itu dapat memerangkap negara-negara miskin dalam jeratan utang.
Kini, dia menunjuk seorang menlu dengan pandangan dunia yang selaras, yakni James Cleverly. Truss juga mengangkat kritikus keras China, Tom Tugendhat, sebagai Menteri Keamanan Inggris.
Mengingat sikap tersebut, China mungkin dapat membuat ancaman untuk menarik investasi. Kendati demikian, China tampaknya tidak akan mengambil keputusan itu.
"China bukan badan amal. China tidak berinvestasi karena menyukai warna mata kita. China melakukannya dengan alasan yang sangat spesifik," terang peneliti di Royal United Services Institute, Charles Parton.
"China akan terus berinvestasi, dan tugas kami adalah melihat apakah investasi itu terus sesuai dengan minat kami," sambung dia.
Selain mencerca kebijakan ekonomi, pemerintah mulai membatasi pula keterlibatan China dalam sektor tenaga nuklir Inggris.
ADVERTISEMENT
Truss turut menandatangani pakta pertahanan dengan Australia. Dia akan memasok negara itu dengan teknologi untuk membangun kapal selam bertenaga nuklir. Dengan demikian, pihaknya dapat melawan pengaruh China.
Truss berulang kali mengulangi peringatannya agar China bermain sesuai aturan global. Bila tidak, China akan menyaksikan keruntuhan dalam kebangkitannya sebagai negara adidaya. Menurut Truss, China harus belajar dari respons ekonomi Barat terhadap Rusia.
"Negara-negara harus bermain sesuai aturan dan itu termasuk China," ujar Truss.
"[China] dengan cepat membangun militer yang mampu memproyeksikan kekuatan jauh ke dalam wilayah kepentingan strategis Eropa," imbuh dia,
Truss mengakui, kebangkitan China tidak terelakkan. Alhasil, Barat harus memastikan sarana pertahanan diri bagi Taiwan. Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen, mengungkapkan apresiasi atas bantuan tersebut. Dia mengirimkan ucapan selamat pula saat mendengar kabar terpilihnya Truss.
ADVERTISEMENT
"[Truss] melangkah maju dan menyerukan kepada kubu demokrasi global untuk terus memastikan bahwa Taiwan memiliki kemampuan untuk membela diri," ungkap Tsai.
Sikap tersebut membawakan julukan 'populis radikal' terhadap Truss dari China. Pihaknya menggarisbawahi, Truss harus segera membuang 'mentalitas kerajaan yang ketinggalan zaman'.
China mengharapkan, hubungannya akan tetap berada dalam jalur yang benar dengan Inggris. Pernyataan tersebut diungkap oleh juru bicara Kemlu China, Mao Ning, pada Selasa (6/9).
Tetapi, analis meyakini, Truss akan memberlakukan pembatasan tambahan terhadap China dalam membeli perusahaan Inggris. Dia juga akan menyatukan negara-negara lain dalam melawan kebangkitan China.
"[Truss] memahami bagaimana manfaat ekonomi jangka pendek mungkin memiliki dampak strategis dan politik jangka panjang, dan akan mencoba menyeimbangkannya secara lebih efektif daripada sebelumnya," jelas salah satu pendiri Council on Geostrategy, James Rogers.
ADVERTISEMENT