Di-bully di Medsos, Tentara Perempuan Israel Bantah Tembak Mati Najjar

4 Juni 2018 11:56 WIB
Rebeca dan Razan al-Najjar (Foto: Instagram/@malak_elfahri)
zoom-in-whitePerbesar
Rebeca dan Razan al-Najjar (Foto: Instagram/@malak_elfahri)
ADVERTISEMENT
Tewasnya perawat Palestina, Razan al-Najjar, karena ditembak mati oleh tentara Israel, menyisakan luka mendalam. Terlebih banyak orang yang masih mempertanyakan siapa dalang yang menembak perempuan 21 tahun tersebut.
ADVERTISEMENT
Namun pada Jumat (1/6) malam waktu setempat, warganet ramai-ramai mengecam seorang tentara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) perempuan bernama Rebecca, yang disebut sebagai penembak Najjar. Warganet bahkan mengancam akan membunuh Rebecca, kerabatnya, dan keluarganya.
Nama Rebecca muncul saat seorang warganet asal Chicago, Amerika Serikat, menyebarkan foto dia ke 13 ribu pengikutnya di Facebook. Foto yang diunggah merupakan foto Rebecca empat tahun yang lalu.
Tak berselang lama, laman Facebook 'Freedom for Gaza' yang memiliki lebih dari 100 ribu pengikut, turut mempublikasikan foto Rebecca dan menuduhnya bertanggung jawab atas kematian Najjar. Unggahan itu lantas dibagikan oleh warganet lain sebanyak lebih dari 15 ribu kali.
Tak hanya di Facebook, unggahan foto Rebecca juga tersebar di media sosial lain seperti Twitter. Dalam dua hari, unggahan itu diterjemahkan dalam bahasa Arab, Spanyol, Turki, Prancis, Melayu, bahkan Bahasa Indonesia.
ADVERTISEMENT
Namun hingga kini tuduhan atas Rebecca masih tidak berdasar. Rebecca yang tahu unggahan itu sejak Sabtu (2/6) malam, mengaku terkejut dan membantahnya.
"Saya baru selesai ibadah Shabbat. Ketika membuka telepon genggam saya, ada ratusan pesan dari orang-orang di Facebook, dan semua teman saya mengirim pesan kepada saya di WhatsApp karena mereka juga menerima kecaman," ungkapnya kepada The Times of Israel, Senin (4/6).
Tak hanya Facebook dan WhatsApp, akun Instagram Rebecca juga dibanjiri oleh komentar negatif dari warganet.
"Terus-menerus (mendapat kecaman)," lanjut Rebecca.
Lantas, perempuan 24 tahun itu memutuskan untuk melapor ke polisi atas ancaman yang diterimanya. Ia juga berharap unggahan itu dapat dihapus dari media sosial.
"Saya sedih banyak orang yang percaya kepada kebohongan dan menyebar kebencian," ujar dia.
ADVERTISEMENT
Rebecca juga mengaku sedih karena tak hanya dirinya yang jadi korban, namun juga keluarga serta teman-temannya.
"Saya tidak menyangka teman-teman dan keluarga saya juga jadi korban. Di media sosial, ini seperti tidak mungkin untuk membela diri sendiri yang menjadi korban ancaman dan kebohongan," tutur Rebecca.
Rebecca sendiri sudah dibebastugaskan dari IDF sejak 2,5 tahun yang lalu. Ia juga tak pernah bertugas sebagai sniper selama menjadi tentara. Kini, perempuan berusia 24 tahun itu tengah mengambil program tahun jeda di Israel. Bulan depan, ia berencana untuk mengajar bahasa Inggris kepada pencari suaka Afrika.
Sementara itu, militer Israel menyatakan akan menyelidiki penembakan terhadap Najjar, perawat perempuan Gaza. Kecaman berdatangan, mengatakan Israel telah melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan dan kejahatan perang dengan menembak mati seorang pekerja medis.
ADVERTISEMENT