Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Di tengah ketegangan yang belum juga reda di Polytechnic University, ratusan warga Hong Kong sedari pagi telah antre mengular di tempat pemungutan suara. Pada Minggu (24/11), jutaan warga Hong Kong akan menggunakan suara memilih anggota dewan kota.
ADVERTISEMENT
Diberitakan Reuters, sudah tujuh hari mahasiswa membarikade diri di Polytechnic University. Beberapa dari mereka menyerahkan diri ke polisi karena tidak kuat bertahan di kampus. Polisi dilaporkan masih mengepung kampus tersebut.
Enam bulan sudah ketegangan di Hong Kong terjadi antara massa pro-demokrasi dengan pemerintah. Mereka menolak campur tangan pemerintah China di Hong Kong, khawatir kebebasan yang selama ini mereka nikmati akan hilang.
Pemilu kali ini dianggap akan jadi suara bagi pendukung demokrasi. Banyak kandidatnya adalah para pemuda pro-demokrasi yang menantang dominasi politikus pro-Beijing di dewan kota.
Kampanye sebelumnya dinodai oleh penyerangan kandidat pro-demokrasi Hong Kong. Salah satunya adalah Jimmy Sham dari Front Hak Asasi Sipil yang diserang dengan palu oleh beberapa orang tak dikenal pada Oktober.
ADVERTISEMENT
Ada 1.104 kandidat yang memperebutkan 452 kursi dewan. Tugas mereka nantinya adalah adalah mengatur kehidupan masyarakat, mulai dari anggaran, transportasi, hingga kesehatan publik.
Tercatat 4,1 juta pemilih akan menggunakan hak suaranya di Hong Kong. Hampir seluruh dari 31 ribu polisi Hong Kong dikerahkan mengamankan pemilu.
Namun pantauan Reuters, tidak banyak polisi yang terlihat berjaga. Padahal banyak warga yang khawatir akan terjadi kerusuhan lagi pada pemilu kali ini. Kekhawatiran itu membuat warga datang pagi-pagi ke tempat pemungutan suara.
"Beberapa orang takut pemilu akan dihentikan oleh alasan yang tidak bisa diprediksi, mungkin protes. Kami harus mendukung Hong Kong. Banyak dewan Hong Kong memihak pemerintah China dan tidak menolong Hong Kong," kata Kevin Lai, 45, warga distrik Kowloon.